"Senyumnya begitu sangat manis sekali." Iswandi tersenyum tipis ketika melihat Lala yang tersenyum saat mendengar Nadira yang berbicara di podium. Raut wajah Iswandi berubah seketika saat melihat Teddy yang berjalan mendekati Lala.
"La, mau makan apa. Jangan duduk saja di sini. Ini restoran belum dibuka, jadi kamu bebas makan apa aja sepuasnya. Kamu juga bebas berkeliaran kemana aja. Tapi ingat, masih di areal restoran." Teddy tersenyum memandang Lala.
"Iya bang Teddy, bentar lagi Lala akan ambil." Lala tersenyum dan memperlihatkan gigi putihnya.
"Ya sudah kalau gitu, ingat ya jangan segan-segan untuk makan apa yang kamu suka. Pokoknya ambil saja, makan sepuasnya." Teddy tersenyum dan kemudian pergi meninggalkan meja Lala.
Iswandi merasa sangat lega ketika melihat Teddy yang meninggalkan meja kasir Lala. Dirinya tidak suka bila Teddy yang berbicara dengan Lala. Aneh, itulah yang dirasakannya. Perasaan ini terasa begitu sangat aneh, padahal gadis itu bukan
Setelah mendengar ada yang langsung jatuh cinta pada saat pertama kali berjumpa. Lala tidak percaya dengan apa apa yang telah disampaikan Teddy kepadanya."Percaya diri amat sih aku, kalau beranggapan dia suka sama aku. Bang Teddy sengaja ini, mau ngerjain. Pasti dia sengaja buat aku salah tingkah." Lala berkata di dalam hatinya."Om, ini kopinya." Lala meletakkan cangkir yang berisi kopi susu sesuai seperti yang diminta Iswandi tadi."Terima kasih," ucap Iswandi."Om mau aku ambilin apa?" Lala bertanya dengan sedikit tersenyum."Nanti saja, aku ingin mengambilnya bersama dengan mu." Iswandi sudah memikirkan bagaimana caranya agar tidak membiarkan Lala pergi sendiri untuk mengambil makanan. Ia tidak ingin Lala berbicara lagi bersama dengan Teddy.Lala tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia kemudian duduk di samping Iswandi. "Om, kenapa keringatan?" Lala mengambil tisu yang ada di atas meja dan mengusap keringat pria ters
"Apa tempat istirahat yang Hubby bilang disini?" Nadira memandang tempat istirahat yang dikatakan oleh suaminya.Arga tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Ini tempat selalu Hubby pakai untuk istirahat. Di tempat ini jugalah, kesalahan pahaman dengan si Nadira terjadi. Tanpa di sadari dia hadir untuk menyatukan kita." Arga mengulum senyumnya dan mengusap perut istrinya."Hubby …." Nadira mencubit pinggang suaminya. "Aduh, hanya salah paham." Arga tertawa dan memegang tangan istrinya. Ia kemudian membuka pintu dengan sebelah tangannya. Bila Arga datang ke klub miliknya, ia hanya akan menghabiskan waktunya di ruang kerjanya. Ia akan berada di ruangan kerjanya untuk memeriksa seluruh laporan tentang klub malamnya, dan bila lelah maka dirinya akan menghabiskan waktu di rumah istirahatannya tersebut."Jadi klub malam ini Hubby yang punya?" Nadira memandang suaminya dan membesarkan matanya.Arga menganggukkan kepalanya. "Gak pernah
Steak daging yang saat ini dinikmati terasa hambar saja. Iswandi tidak mengerti tentang hal ini. Apakah dirinya memang sedang tidak berselera makan, atau memang rasa masakan chef di restoran ini yang bermasalah."Om ini enak." Lala memotongkan daging di piringnya dan memberikan potongan daging di tangannya ke mulut Iswandi.Iswandi sedikit tersenyum, dengan malu-malu ia memakan potongan daging yang diberikan Lala.Lala tersenyum memandang Iswandi. Ia kembali melanjutkan makannya."Ini om, kita tos dulu, agar makan siang kita berkesan jadi romantis." Lala tersenyum dan memberikan gelas berisi sirup merah kepada pria kaku yang duduk di sampingnya.Iswandi sedikit tersenyum dan melakukan tos sebelum meminum air sirup yang ada di dalam gelasnya.Begitu sangat banyak yang ingin diucapkan oleh Iswandi, namun mulutnya terasa begitu sulit untuk mengeluarkan setiap kalimat yang sebenarnya sudah tersusun di dalam benak kepalanya."Om, di
Selama diperjalanan Iswandi tidak banyak berbicara, dirinya begitu sangat sulit untuk mengeluarkan setiap kalimat yang ingin diucapkannya.Iswandi hanya menuruti perintah gadis yang duduk disampingnya."Apa ingin makan dulu!?" Iswandi bertanya dengan sedikit memandang Lala."Aku udah kenyang Om, tapi kalau Om pengen makan aku temanin," jawab Lala."Saya juga masih kenyang." Iswandi sedikit tersenyum."Kenapa sih Om, mau antar jemput aku seperti ini? Repot tahu om." Lala berkata dengan memandang Iswandi."Apa kamu merasa repot? "Iswandi memberhentikan mobilnya di tepi jalan.Lala begitu kaged ketika melihat sikap pria tersebut. "Maksud aku yang repot itu om, karena Om yang bolak-balik jemput aku." Lala tersenyum. Ia berharap Iswandi tidak salah paham dengan maksudnya.Raut wajahnya berubah seketika setelah mendengar penjelasan Lala. Iswandi tersenyum dan kembali menjalankan mobilnya. Dirinya memang bukan tipe pria hu
Lala mengerutkan keningnya ketika mendengar ucapan pria tersebut. "Om bilang suka dulu. Om harus ungkapkan rasa cintanya dulu Om, barulah bisa memiliki, itu juga kalau diterima." Lala tersenyum memandangnya.Iswandi begitu sangat malu ketika mendengar ucapan Lala, dirinya memang tidak berpengalaman urusan wanita, bahkan ia sendiri tidak pandai cara mengutarakan isi hatinya kepada seorang wanita."Kenapa aku tantang dia untuk mengutarakan perasaannya, kalau dia bener-bener ungkapkan cinta, aku harus jawab apa." Lala berkata dalam hatinya."Apakah itu penting?" tanya Iswandi."Ya pasti penting dong Om, segala sesuatu itu harus jelas om. kalau gak jelas nanti aku akan bebas cari pacar ke mana-mana," jelas Lala."Kamu bilang apa?" Iswandi bertanya dengan membesarkan matanya.Lala tersenyum ketika mendengar pertanyaan Iswandi. Pria itu terlihat sangat menggemaskan dimatanya. Dirinya tidak bisa membayangkan bila memiliki pacar seperti Iswandi, pri
Arga harus menelan air ludahnya ketika melihat rambut panjang Nadira yang basah, handuk yang melingkar di dadanya, dan hanya menutupi sebagian pahanya. Perut yang sudah besar dan bulat, membuat istrinya semakin menggoda. Melihat pemandangan seperti ini, sungguh membuat dirinya seakan tidak mampu menahan hasratnya."Hubby mau apa?" Nadira mundur beberapa langkah ketika suaminya mendekat dengannya."Peluk anak." Arga memberi alasan."Dira nggak percaya, Hubby selalu alasan peluk anak, nanti setelah peluk anak lihat anak." Nadira sudah sangat hafal dengan sikap suaminya. Terkadang dirinya bisa mandi berulang kali hingga dua bahkan tiga kali bila tidak cepat memakai pakaian."Mau bagaimana lagi, hubby terlalu sangat menyayangi anak, sehingga ingin melihatnya setiap saat." Arga berkata dengan mengulum senyumnya.Nadira menggelembungkan pipinya dengan bibir bawah yang maju ke depan. Suaminya tidak pernah kehabisan kata-kata untuk membela diri dan u
"Lala,"panggil Iswandi.Lala kaged ketika mendengar Iswandi memanggilnya. "Iya om," jawabnya."Apa kamu sering pulang ke daerah asal kamu?" tanya Iswandi."Belum ada om, aku sibuk kerja di sini bisa dikatakan, aku juga gak ada libur." Lala beralasan."Meskipun idul Fitri?" Tanya Iswandi.Lala menganggukkan kepalanya.Iswandi bingung untuk melanjutkan pertanyaannya setelah mengetahui jawaban Lala. "Apa kamu masih memiliki kedua orang tua?" Iswandi mencoba untuk kembali bertanya."Masih om, kedua orang tua aku juga masih sehat." Lala tersenyum.Iswandi hanya diam dan mengerutkan keningnya. Semakin bertanya membuatnya semakin bingung dengan jawaban yang diberikan Lala untuknya."Tunggu sebentar ya Om, aku buat minum." Lala beranjak dari kursi sofa yang didudukinya. Sejak tadi ia lupa untuk membuatkan minum untuk tamunya."Sepertinya saya sudah duduk di sini cukup lama, dan kamu baru mengingat tentang minum." Is
"Hubby." Nadira menggenggam tangan suaminya."Iya," jawab Arga. Matanya yang baru saja akan terpejam kini harus dibukanya lagi, ketika mendengar istrinya yang memanggilnya."By, perut Dira rasanya tegang. Hubby coba pegang, ini keras." Nadira memegang tangan suaminya dan meletakkan di bagian perut yang terasa keras dan menonjol tersebut."Ini kenapa kayak gini?" tanya Arga.Nadira menggelengkan kepalanya. "Anak sekarang sudah pintar seruduk by, ini sepertinya kepala anak. Bulat dan keras." Nadira menebak tonjolan yang terasa bulat dan kertas tersebut."Apa mungkin lututnya?" Arga ikut serta menebak."Bisa jadi ya By, soalnya kalau siku pasti kecil." Nadira dan Arga tertawa ketika mereka saling menebak apa yang terasa menonjol saat ini.Arga mengusap-ngusap bagian perut istrinya dengan penuh kasih sayang. "Hai sayang Daddy ini sudah malam, anak bayi kenapa malah pengen main di jam seperti ini?" Ucapnya yang sudah mulai merasa ngantuk.