Nadira masuk kedalam rumah mama mertuanya. ia memandang seisi rumah yang ditempati oleh Mama mertuanya. Rumah yang penuh dengan kenangan. Namun di rumah ini pasti lebih banyak kenangan yang menyakitkannya setelah peristiwa pembunuhan papa mertuanya.
"Kita duduk disini." Luna memegang tangan menantunya dan mengajak menantunya untuk duduk di sofa besar yang berwarna putih.
"Iya ma," jawab Nadira yang mendaratkan tubuhnya diatas kursi sofa tersebut.
"Mama senang melihat kalian datang. Arga gak kasih tahu nama kalau kalian akan datang." Luna tersenyum dan mengusap perut menantunya.
"Nadira minta ke sini, katanya mau ketemu sama mama." Arga tersenyum memandang mamanya.
Nadira duduk di kursi belakang bersama dengan mama mertua nya sedangkan suaminya duduk di kursi disebelah supir.Nadira memegang tangan mamanya. Dirinya tidak ada henti-hentinya mengajak mamanya bercerita. Ia berharap bisa mengalihkan perhatian mamanya."Mama sudah pernah belum ke danau Toba?" tanya Nadira.Luna tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Disana sangat enak ma, udaranya dingin sekali dan danaunya bersih." Nadira begitu sangat bersemangat menceritakan tentang danau yang sudah dikunjunginya itu."Iya, mama dengar ceritanya seperti itu. Mama begitu sangat ingin kesana, tapi tempatnya sangat jauh. lagipula kita baru membuka cabang di sana, jadi Mama belum sempat berkunjung ke Medan," jelas Luna. Sejak tadi Luna begitu sangat antusias ketika mendengarkan menantunya bercerita. Melihat ekspresi wajah menantunya yang begitu sangat serius dan bersemangat saat be
"Susunya diminum dulu." Arga duduk di tepi tempat tidur dengan memegang segelas susu coklat untuk istrinya.Nadira tersenyum dan mengambil susu yang diberikan oleh suaminya tersebut. Nadira meminum susunya hingga habis tanpa sisa. "Susu buatan Hubby sangat enak Dira suka." Nadira tersenyum ketika suaminya mengambil gelas kosong di tangannya.Arga tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. Setiap pagi dan juga malam Arga akan selalu membuatkan istrinya susu hamil. "Alhamdulillah anak daddy yang pinter, pandai ya minta-minta sama Daddy nya untuk bikin susu," ucap Arga.Nadira tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Arga memandang bibir istrinya yang menempel susu. "Kebiasaan kalau minum susu suka se
Iswandi sudah menyiapkan ruangan untuk Arga menggelar konferensi pers bersama para wartawan.Arga duduk di depan kamera, alat perekam dan alat pengeras suara yang sudah memenuhi meja yang di depannya. Saat ini ia didampingi mama Luna, Iswandi dan beberapa orang kuasa hukumnya. Sesuai janjinya dengan para wartawan, Arga akan mengklarifikasi kebenaran kasus yang saat ini menimpa keluarganya.Arga duduk di kursinya dengan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Dipandangnya para wartawan yang saat ini sudah berjejer berdiri di depan mejanya."Untuk pertanyaan kami batasi," ucap Iswandi."Terimakasih pak Iswandi, terima kasih pak Arga, terima kasih ibu Luna. Kami begitu sangat senang, karen
Nadira tersenyum ketika mendengar suaminya yang mengatakan perasaannya. Dirinya begitu sangat senang ketika suaminya mengatakan di depan semua wartawan bahwa dia sangat mencintai istrinya."Dira juga sangat cinta Hubby, Dira sayang Hubby. Hanya Hubby yang sangat Dira cintai." Nadira tersenyum memandang wajah suaminya di layar televisi. Nadira sungguh sangat tidak menduga bahwa suaminya mengatakan hal ini di depan kamera yang ditonton oleh semua orang.Hatinya terasa berbunga-bunga setelah mendengar pernyataan suaminya. Ingin rasanya Nadira menghubungi suaminya namun ia membatalkan niatnya karena mengingat mungkin sekarang suaminya masih sedang berbicara bersama wartawan.Nadira duduk di atas tempat tidur dengan terus memandangi lay
116Arga duduk di kursi kerjanya. Ia diam memikirkan semua permasalahannya. "Aku mau, masalah ini sudah selesai sebelum kelahiran anakku." Ucapnya dalam hati. Ia ingin semua permasalahannya selesai sebelum anaknya lahir nanti. Arga tersenyum saat mengingat wajah istrinya yang sudah bulat. Sebentar saja duduk di kursi kerjanya seperti ini, Arga sudah merasa sangat merindukan istri polosnya. Diambilnya ponsel miliknya dan di pandangannya wajah istrinya yang saat ini memenuhi layar ponselnya. "Hubby janji akan memperbaiki diri hubby dan berbuat lebih baik lagi. Selalu dampingi hubby, selalu ingatkan hubby bila hubby salah. Daddy mau, anak Daddy mengenal Daddy nya sebagai ayah yang baik. Daddy akan selalu berjuang untuk lebih baik, demi kalian berdua." Arga tersenyum memandang foto istrinya.Arga melakukan panggilan Vid
Bobby hanya diam dan menyimak obrolan Teddy dan juga Arga. Setelah mendengar apa yang disampaikan Arga membuat pria yang bertubuh tinggi dan besar itu memiliki firasat yang tidak baik."Bobby saya ingin kamu kembali menormalkan pabrik gula tebu yang kita miliki," jelas Arga"Baik tuan," ucap Bobby."Untuk senjata api yang ada di gudang, kamu musnahkan saya. Saya tidak mau tahu bagaimana caranya, yang pasti senjata api itu semuanya musnah." Perintah Arga."Sudah ku duga," Bobby berkata di dalam hati. "Apa anda tidak ingin saya menjualnya, kemarin ada yang menawar senjata api kita," jelas Bobby.Arga menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingin mereka membeli senjata api itu d
Lala begitu sangat terkejut ketika mengetahui klub malam tempat ia bekerja akan ditutup. "Sepertinya klub ini tidak ada masalah, tapi kenapa ditutup secara mendadak seperti ini. Terus bagaimana nasib aku. Aku mau cari kerja di mana?Gaji di toko sangat sedikit dan tidak cukup untuk membayar kredit rumahnya.Lala berjalan dengan sangat tergesa-gesa, ia berencana untuk ke ruangan Teddy untuk menanyakan tentang l informasi yang beredar. Ia harus memastikan bahwa informasi itu memang benar atau hanya hoax mata."Maaf om, aku tidak sengaja." Lala begitu sangat menyesal karena dirinya yang berjalan tergesa-gesa berakhir dengan menabrak seorang pria. Yang lebih parahnya lagi Lala memijak kacamata pria itu hingga pecah.Iswandi memandang gadis yang saat ini berdiri di depannya. Mengapa dirinya begitu sangat apes hari ini. "apa aku ini sudah tua sampai dia mengira aku om, apa aku sudah seperti om-om. Apa gadis
"Apa aku harus duduk disini sampai dia datang." Pria itu terlihat begitu sangat bingung dengan apa yang harus dilakukannya saat ini. Duduk menunggu seperti ini sudah pasti sangat tidak mengenakkan untuknya."Mengapa dia tidak memindahkan tempat duduk ku terlebih dahulu di tempat yang nyaman dan tidak panas seperti ini. Bukan langsung main tinggal saja. Apa aku pergi saja?" Iswandi bertanya di dalam hatinya."Aku tidak boleh pergi, aku harus menunggunya di sini, karena aku cukup penasaran dengannya. Mengapa dia manggil aku Om, padahal aku tidak tua." Iswandi tidak terima ketika gadis tersebut memanggilnya Om."Tapi duduk di sini panas, aku juga seperti orang aneh bila duduk disini. Jika Teddy mengetahui aku seperti ini, dia pasti akan menertawakan aku habis-habisan. Berita ini juga akan tersebar luas hingga ke telinga si Bobby. Bisa habis ini reputasi ku, dijadikan bahan tertawaan mereka berdua. " Iswandi memandang ke sekitar tempat dirinya berada, untuk me