"Anthoni, apa kamu tidak merasa kasihan kepada putra kita, dia harus menikah dengan wanita rendahan seperti Lyra, karemamu. Seolah tidak ada wanita lain yang jauh lebih baik dari Lyra di luar sana untuk menjadi pendamping Putra kita," Nyonya Clara tiba-tiba membuka suara yang membuat Tuan Anthoni mengerutkan dahinya dalam mendengar apa yang diucapkan istrinya."Clara Apa maksudmu dengan mengatakan itu? Apa kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan?" tanya Tuan Anthoni menatap istrinya, di mana Nyonya Clara hanya mendelik kesal melihat tatapan mata suaminya, yang tidak menyukai apa yang diucapkan."Kenapa, lagi pula apa yang aku katakan tidak ada yang salah, apa kamu sadar Jika kamu sudah terlalu egois memaks Max menikah dengan Lyra, yang merupakan pelayan di rumah Kita? Seharusnya kamu hanya perlu memberi Lyra uang atas apa yang sudah dilakukan Max kepadanya, bukan malah meminta Putra kita untuk menikah dengannya."Brak!! "Clara! Kamu sudah sangat keterlaluan, apa kamu sadar d
Max sebenarnya tidak ingin membahas masalah pernikahannya bersama Lyra dengan ibunya, apalagi saat ini ibunya terus mempertanyakan keputusannya yang belum meminta kepada ayahnya agar segera bercerai dari Lyra."Ibu, aku pikir Ibu tidak perlu memikirkan itu, masalah pernikahanku bersama dengan Lyra biar aku saja yang memikirkannya, Ibu lebih baik memikirkan hal yang lain daripada harus memikirkan masalah masalah yang menurutku Tidaklah terlalu penting."Max hanya tidak ingin jika ibunya terlalu banyak ikut campur mengenai hubungannya bersama dengan Lyra, lagi pula dirinya bukan lagi anak kecil yang terus mendapat pengawasan dari ibunya.Nyonya kelar mengerutkan dahinya dalam mendengar ucapan putranya, dan memberinya tatapan tidak suka melihat putranya.Nyonya Clara kemudian mengeluhkan ucapan putranya kepadanya. "Apa maksudmu, Max? Kenapa kamu mengatakan hal itu kepada Ibu, lagi pula sudah sewajarnya jika Ibu bertanya perihal hubungan pernikahanmu bersama dengan Lyra, Apa kamu ingin tet
Lyra mengangkat pandangan dan menatap Tutik. "Tutik, apa kamu tidak lelah terus datang menggangguku, aku hanya heran kenapa kamu begitu membenciku, selama ini aku tidak pernah melakukan kesalahan apapun kepadamu, namun sepertinya kamu masih tidak ingin melepaskan ku," Lyra merasa lelah, dirinya terus saja di pojokkan oleh Tutik yang merasa jika Tutik berkuasa di kediaman Tuan Anthoni, yang bisa memperlakukannya seenaknya.Padahal selama ini Lyra selalu saja menuruti semua yang dikatakan Tutik, walaupun terdengar perintah Tutik kadang terdengar tidak masuk akal di dalam pikirannya, namun Lyra tetap melakukannya dan tidak oernah menolak.Tetapi semakin lama Lyra diam dengan perlakuan Tutik padanya, sepertinya semakin membuat Tutik menganggap tinggi dirinya, membuat Lyra tidak tahan untuk tidak mengeluhkannya.Tutik tidak menyangka akan mendengarnya ucapan seperti itu keluar dari mulut Lyra, dengan membulatkan matanya Tutik berdiri dengan tangan terkepal melihat Lyra berani menantangnya.
Di lantai atas Max yang terus saja memikirkan Lyra memilih untukku keluar dari dalam kamarnya, dengan langkah pelan berharap ibunya Nyonya Clara tidak mengetahui apa yang hendak dilakukan.Max melirik ke arah sofa tempat dimana ibunya semula duduk dan melihat jika Nyonya Clara tidak berada di tempatnya semula, Max nampak semang dan segera melanjutkan langkah kakinya yang lebar dengan pasti menuju kamar Lyra, yang letaknya berada di dekat dapur.Max tidak menyadari jika apa yang saat ini dia lakukan terlihat tidak biasa. Jika saja seseorang melihat Apa yang dia lakukan Max dengan berjalan menghampiri kamar Lyra, mungkin mereka benar akan menyangka jika Max menaruh hati kepada Lyra sehingga meluangkan waktu untuk datang menghampiri Lyra di kamar.Namun Max tidak perduli demgan anggapan para pelayan di kediama ayahnya, saat ini dikiran Max hanya ingin segera bertemu dengan Lyra, dimana pikiran dan tubuhnya tiba-tiba membuatnya sangat menginginkan Lyra kan tiba-tiba membuatnya ingin mengul
"Tuan, sepertinya anda salah paham. Saya tidak beemaksud membantah anda, tetapi saya hanya menjelaskan alasan mengapa saya menolak permintaan anda untuk melayani Anda. Lagi pula sepertinya anda tidak membutuhkan saya, anda bisa menghubungi Nona Jennifer dan memintanya untuk datang melayani Anda seperti sebelumnya."Tanpa merqsa takut sedikit pun l, Lyra menjawab Max. "Bukankah Nona Jennifer merupakan kekasih anda, yang dengan terangan Anda sendiri mengakuinya di depan saya, sepertinya Anda juga tidak lupa malam sebelumnya Anda meminta saya menemani anda untuk menjemput Nona Jennifer di bandara, dan setelahnya anda menghabiskan malam bersamanya, Tuan?"Lyra mengabaikan tatapan keseal Max yang menunjukkan kemarahan di hadapannya, saat ini Lyra hanya ingin membela dirinya dan tidak ingin jika Max terus mempermainkannya, apa lagi dengan seenaknya datang dan memintanya untuk melayaninya di saat Mas menginginkannya, dan di saat Max tidak menginginkannya Max bisa dengan sesuka hatinya menghin
DerrMax yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi, melirik ke arah ponsel yang berdering. Langkah kakinya berjalan mendekat ke arah ponsel yang tergeletak di atas meja samping tempat tidurnya, dan melihat jika yang menghubunginya tidak lain adalah kekasihnya Jennifer.Tubuh tegaknya terlihat begitu mempesona, dengan kulit putih dan kekar dimana air yang masih menetes dari rambutnya membuat penampilannya begitu menawanDengan handuk yang masih melilit pinggngnya, Max segera mengangkat panggilan masuk di ponselnya. "Ada apa Jennifer?" dengan suara datar, Max menjawab panggilan dari Jennifer yang menyadari jika suara Max terdengar berbeda saat ini."Max, ada apa? Kenapa cara berbicsramu seperti itu kepadaku?" Jennifer tidak tahu apa yang terjadi dengan kekasihnya, namun saat dirinya mendengar suaea Max yang terdengar tidak senang menjawab oanggilannya, Jennifer tahu jika sesuatu telah terjadi dengan kekasihnya itu.Max yang merasa lelah tidak ingin membahasnya, dan segera balas mengga
Tok Tok Tok"Tuan Muda, Nyonya Clara dan Tuan Anthoni sudah menunggu anda di meja makan untuk makan siang bersama Tuan Muda," Tutik berdiri tegak di depan pintu kamar Max, yang siang ini di tugaskan oleh Nyonya Clara untuk memanggil Max makan siang bersama dengannya di meja makan.Tutik sesekali merapikan penampilannya memastikan jika penampilannya saat Max membuka pintu kamarnya, dan melihatnya membuat Max teresona akan kecantikanny yang tak kalah dari Lyra. Tutik merasa cemburu mengetahu jika Lyra bisa menarik perhatian Max, sedangkan dirinya jauh lebih cantik dari Lyra, sama sekali tidak dapat membuat Max tertarik kepadanya.Hal itu jelas buat Tutik merasa iri. Bagaimana tidak, Lyra yang merupakan pelayan rendahan dengan luka bakar di kakinya, mampu membuat Max tertarik, sedangkan dirinya yang jauh di atas Lyra, membuat Max meliriknya pun enggan."Ck, sial. kenapa Lyra begitu beruntung dariku!"Ceklek!Pintu kamar Max terbuka, dengan senyum merekah dari Turuik. Max berdiri memanda
Lyra berdiri melihat perdebatan yang terjadi antara Tuan Anthoni dan juga putranya, Lyra tidak bersuara dan hanya diam mendengar semua ucapan yang mereka berdebatkan, yang tidak lain masalah dirinya yang menikah dengan Max.Sedari awal Lyra sudah mengetahui jika Nyonya Clara sangat menentang pernikahannya dengan ax, tetapi Tuan Anthoni tetap memaksa Max untuk bertanggung jawab dengan apa yang dia perbuat kepada Lyra."Max, kamu...""Tuan, Lyra sudah datang," kepala pelayan segera menyebutkan nama Lyra agar membuat kedua majikannya menghentikan perdebatan mereka.Jujur kepala pelayan merasa sedih melihat perdebatan sang majikan, apalagi masalah dari perdebatan mereka tidak lain karena Max dan Lyra yang menikah, yang sangat ditentang keras oleh Nyonya Clara.Dan sampai saat ini kepala pelayan masih tidak mengerti alasan mengapa Nyonya Clara begitu membenci Lyra, yang menurutnya tidak pernah melakukan kesalahan seperti pelayan lainnya dan Lyra selalu mengerjakan pekerjaannya dengan baik.