Max, menatap tajam Diego saat mendengar apa yang dikatakan Rio didepannya, namun Dieogo hanya tersenyum tipis saat mendengar perkataan sahabatnya, dan itu malah membuat Max mengerutkan dahinya dalam melihat balasan yang di berikan Diego."Rio, kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?" Diego tidak tahu, bagaimana sahabatnya memiliki pemikiran tentang dirinya yang menaruh hati kepada Lyra, pelayan yang beberapa kali disebut oleh Max, tempat dimana Max melampiaskan kebejatannya.Rio merasa tidak yakin dengan pemikirannya namun tetap menyeruakan semua yang dia pikirkannya. "Aku hanya menebak. Siapa yang tahu, saat kamu mendengar Max terus membicarakan tentang pelayan itu, kamu menaruh hati kepadanya, sehingga kamu merasa iba bahkan mungkin ingin membantunya terlepas dari Max, dengan berniat membawanya pergi dari hidup Max, lagi pula wanita itu pasti sangat cantik, jika tidak, Max tidak mungkin mau menidurinya!"Diego tersenyum mendengar ucapan sang sahabat, dan mengangkat tatapannya yang
Max melihat tidak ada satupun orang tuanya, ataupun pelayan rumah yang datang membantunya saat ini.Max berusaha berjalan walau dengan gontai mencari tempat untuk mengistirahatkan tubuhnya, dimana saat ini kepalanya sudah berdenyut sakit akibat banyaknya minuman beralkohol yang dia minum.Max berjalan tanpa menyadari Arah tujuannya, dan menemukan sebuah pintu yang dia pikir itu adalah kamarnya. Max dengan samar mendorongnya paksa dan masuk ke dalamnya, melihat sesuatu terbaring di atas tempat tidur, Max memutuskan untuk ikut berbaring di atas sana di mana tanpa Max sadari, hal itu membuat Lyra yang semula terbaring, perlahan merasa terganggu dengan kehadiran Max yang mengambil tempat tidurnya."Tuan Max, apa yang anda lakukan di sini," Lyrs menatap mata Max yang memilih untuk tidur tengkurap di atas tempat tidurnya, menggeser posisi Lyra yang membuatnya merasa sempit dengan kedatangan Max yang berbaring di tempat tidurnya.Max dengan samar membuka matanya dan melihat ke arah Lyra yan
Ceklek!Lyra berjalan memasuki kamarnya dengan nampang yang berisi minuman herbal yang dia buat untuk dia berikan kepada Max. Sebelumnya Turil menumpahkan minuman yang dia buat, sehingga membuat Lyra harus kembali membuatnya ulang obat herbal untuk Max. Max membuka matanya melirik ke arah Lyra yang berjalan memasuki kamarnya dengan nampan yang ada di tangannya. Dengan alis mengerurut, Max menatap Lyra dan memperhatikan cara Lyra berjalan terpincang mendekat ke arahnya."Ada apa dengan langkahmu? Kenapa kamu berjalan seperti itu?" Max dengan tatapan tanya menatap Lyra, namun Lyra tidak menjawab dan hanya meletakkan nampan yang berisi minuman herbal di atas meja, sebelum Lyra berbalik dengan menyerahkannya kepada Max. "Tuan Max, minumlah, aku membuatkan minuman herbal pereda mabuk, agar membuat sakit kepala Tuan Max meredah!" Lyra mengulurkan tangan menyerahkan minuman didepan Max, menunggu Max untuk menyambut gelas yang dia berikan kepadanya.Dengan dahi yang masih mengerut, Max mena
Lyra menggigit bibirnya mendengar pertanyaan yang diberikan Max kepadanya, dengan mencoba untuk terlihat baik-baik saja Lyra mencoba menjelaskan kepada Max jika luka yang dia alami adalah ketidaksengajaan saat dirinya menyeduh herbal untuk dia berikan kepada Max."Saya tanpa sengaja melukai tubuh saya sendiri Tuan Max, saat itu saya tanpa sengaja menyenggol air panas yang hendak saya seduhkan untuk anda," elak Lyra mencoba memberi alasan kepada Max yang masih menatapnya dengan mengerutkan dahinya dalam.Tatapan mata Max seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Lyra di depannya dan masih menutup rapat bibirnya menatap Lyra yang berdiri dengan mengepalkan tangannya gugup mencoba untuk menghindari tatapan Max dengan keluar dari kamarnya."Lyra bukankah aku tidak mengatakan kepadamu untuk tidak keluar dari dalam kamar, kenapa kamu masih melawan perintahku?" Max bersuara dengan tajam membuat niat Lyra yang sudah mengeluarkan tangannya hendak membuka pintu kamarnya, kembali mengurungka
Lyra keluar dari kamarmya dengan membawa mangkuk bubur yang telah kosong, dan saat kembali pandangannya melirik ke arah tempat tidurnya, dimana Max sebelumnya berbaring disana sudah tidak terlihat sama sekali, Lyra bernapas lelah memikirkan jika Max akhirnya meninggalkan kamarnya dan membiarkannya untuk beristirahat.Semalam dirinya tidak mendapatkan tidur yang nyenyak karena kedatangan Max yang mengambil separuh tempat tidurnya, Lyra juga tidak mungkin mengusir begitu saja keluar dari dalam kamarnya mengingat mereka adalah putra dari majikannya dan juga saat ini menjadi suaminya.***Di lantai atas Max baru saja selesai membersihkan tubuhnya melirik ke arah ponselnya yang dari tadi berdering, melihat nama yang tertera di layar ponselnya sebelum mengangkatnya."Halo Halo Sayang, maafkan aku aku baru saja keluar dari kamar mandi sehingga tidak mendengarkan panggilan darimu. ada apa Jennifer apa kamu sudah tiba di apartemenmu?" Max mengira jika Jennifer kekasihnya telah tiba saat dirinya
"Tuan Max, kita akan kemana malam ini?" tanya Lyra saat mereka sedang berada di dalam mobil yang entah ke mana Max akan membawanya bersamanya. Sebelumnya Max mendatangi kamarnya mengatakan Jika dia akan membawanya keluar bersamanya hari ini, namun Max tidak menjelaskan lebih dengan alasan dia ingin membawanya bersmanya.Sebelumnya Lyra mengetahui jika Max meninggalkan kamarnya tanpa mengatakan apapun atau mengucapkan terima kasih kepadanya, namun tidak lama setelahnya Max tiba-tiba datang mengetuk pintunya dan menyuruhnya untuk segera bersiap-siap karena akan membawanya keluar malam ini.Max melirik ke arah Lyra yang duduk di sampingnya, saat dirinya tengah fokus mengemudikan mobil. "Kamu tidak perlu banyak tanya, Lyra. Lebih baik kamu diam dan mengikuti apa yang aku katakan!" balas Max terdenfar tidak suka mendengar pertanyaan Lyra padanya, Max tidak suka mendengar Lyra terlalu banyak memberinya pertanyaan.Max hanya ingin fokus mengemudikan mobilnya menuju bandara untuk menjemput kek
Max tiba di sebuah hotel dengan menggandeng tangan Jennifer berjalan bersamanya memasuki hotel, yang telah dia pesan sebelumnya di mana Lyra ikut mengekor di belakangnya.Saat berada di dalam lift, Lyra memilih untuk berdiri di belakang mereka, mengabaikan Max yang sedang sibuk bermesraan dengan Jennifer seolah kehadiran Lyra yang berdiri di tengah mereka tidak terlihat. Begitu pintu lift terbuka mereka melangkah keluar dan berdiri tepat di sebuah kamar hotel, di mana Max yang masih menggandeng tangan Jennifer menoleh menatapnya datar. "Lyra, kamu tidur di kamar itu, dan aku akan tidur bersama dengan Jennifer malam ini. Dan satu lagi, kamu garus Ingat untuk tidak mengaktakan apapun kepada ayahku, tentang pertemuanku bersama Jennifer malam ini!" Max menatap Lyra dengan penuh peringatan, tatapan matanya tajam memperingatkan seolah jika Lyra berani membocorkan tentang pertemuannya bersama dengan Jennifer malam ini, Max pasti akan memberikan pelajaran kepada Lyra. Lyra mengangguk mengia
"Max, ada apa? Kenapa kamu dari tadi aku lihat begitu diam?" Jennifer membuka suara saat melihat Max lebih banyak diam di hadapannya, memandangi ke arah makanan yang telah disajikan pelayan restoran di depan mereka.Max mengangkat tatapan. elirik Jennifer dengan tersenyum, mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah kekasihnya."Tidak, aku hanya sedang memikirkan pekerjaan," elqkak Max memberi alasan kepada Jennifer, namun Jennifer tahu jika bukan itu yang sedang dipikirkan oleh Max saat ini, tetapi Jennifer tidak ingin bertanya lebih lanjut dan akan merusak suasana romantis mereka berdua."Kalau begitu nikmatilah makanannya, Max. Lagi pula Sudah lama kita tidak menikmati waktu berdua seperti saat ini, aku sangat merindukan momen Ini saat aku jauh darimu," Jennifer berucap lirih, membuat Max merasa bersalah melihat tatapan kekasihnya."Maafkan aku, Jennifer. Baiklah, kita akan menikmati malam ini sebagai malam kita berdua, dan lupakan yang lain," Jennifer tersenyum melihat Max akhirnya