Max, yang melihat Ayahnya Tengah berbincang bersama dengan seorang pelayanan saat ini menjadi istrinya, berjalan mendekat ke arah Ayahnya yang tengah berbincang bersama dengan Lyra."Ayah sebenarnya-.""Ayah, apa kalian sedang membicarakanku?"perkataan Lyra terhenti saat melihat suara Max yang berjalan menghampiri meja mereka.Lyra segera berdiri dari duduknya, untuk menyambut kedatangan Max yang menghampiri Tuan Antoni, dan kemudian memandang ke arah Max yang saat ini membuang muka darinyaTuan Antoni yang melihat Lyra masih berdiri didepannya, meminta Lyra untuk kembali mendudukkan dirinya saat melihat Max sudah duduk di kursinya."Lyra, duduklah kembali, jangan hanya berdiri diam disitu!" titah Tuan Anroni kepada Lyra, yang kemudian Lyra kembali menundukkan dirinya di kursi berhadapan dengan Tuan Antoni dan juga Max.Max melihat teh yang ada di hadapannya hendak mengulurkan tangan hendak mengambilnya, untuk menuangkan di cangkir kosong yang ada di hadapannya, namun niatnya dihenti
yang berani melecehkan Lyra, seharusnya saat itu Max Tidak memperkosanya sehingga kejadian yang dilihat Tuhan Antoni di dapur tidak harus diketahuinya, dan membuatnya harus menikah bersama dengan Max.Max yang melihat sikap Lyra yang berani dihadapannya, menyunggingkan senyum tipis tidak menyangka jika sikap pendiam Lyra selama ini dia tunjukkan dihadapannya, ternyata bisa mengusirnha keluar dari dalam kamarnya.Mendengar perkataan Lyra yang mengusirnya, Max semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Lyra, yang membuat Lyra melangkah mundur hingga menabrak lemari pakaian yang ada di belakang punggungnya.Max, mengulurkan tangannya mengusap kepala Lyra,.sebelum melepaskan kain yang menutup rambut Lyra, sebelum Max mendekatkan wajahnya di leher Lyra menghirup aroma Lyra membuat Lyra merinding merasakan hembusan nafas Mqx di lehernya."Lyra, segeralah bersihkan tubuhmu dan setelahnya kembali untuk melayaniku!" titah Max, ditelinga Lyra.Lrya ketika berdiri menegang, mendengar apa yang baru saja
Entah berapa lama Max menyiksa Lyra didalam kamar mandi, namun beberapa saat kemudian Max keluar dengan menggendong Lyra dan meletakkanya di atas tempat tidur. "Istirahatlah, jangan sampai tubuhmu sakit saat aku kembali membutuhkanmu!" setelah mengatakannya Max kemudian menutupi tubuh Lyra dengan selimut, sebelum berbalik pergi meninggalkan Lyra. Di atas tempat tidur, Lyra yang tubuhnya merasa kelelahan perlahan membuka matanya yang memerah, Entah berpa lama dirinya menangis saat Max me aksanya melayaninya, namun Max sama sekali tidak merasa ibah, dan malah melakukannya berulang kali sehingga beberepa kali Lyra sempat tidak sadarkan diri.Tok Tok TokKetukan di pintu kamarnya menaydarkan Lyra, yang kemudian perkahan turun dari atas tempat tidurnya, bermaksud ingin mengenakqn pakaiannya sebelum berjalan meligat siapa yang datang menemuinya,Tok Tok Tok"Sebentar!" dengan suara parau, Lyra berteriak menjawab, takut akan disalah pahami saat dirinya terlambat membukakan pintu kamarnya.
"Max, kamu mau kemana malam ini?" nyonya Clara menatap sang putra yang melangkah keluar dengan oenampilan rapi yang membuat nyonya Clara menatap tanya putranya. Max menghentikan langkah kakinya, menoleh saat mendengar suara ibunya memanggilnya."Mom, Aku ingin keluar bertemu dengan Diego malam ini, aku juga sudah mengatakannya kepada Ayah, dan Ayah juga sudah mengizinkanku!" malam ini Max ingin bertanya kepada kedua sahabatnya, mengenai keputusan apa yang harus dia lakukan saat kekasihnya Jennifer akan kembali besok malamnya.Nyonya Clara mengangguk mendengar jawaban Sang putra, dan membiarkan Max melanjutkan langkahnya yang ingin menghampiri mobilnya."Em.. Baiklah. Ingat Max, jangan pulang terlalu larut, Mom tidak ingin jika kamu pulang dalam keadaan mabuk, dan kamu juga harus didampingi oleh sopir yang menemanimu pergi!"Nyonya Clara memperingati Max putranya mengingat jika dia hanya memiliki Max sebagai Putra satu-satunya, dan Jika sesuatu hal buruk terjadi kepada Max seperti bebe
Max, menatap tajam Diego saat mendengar apa yang dikatakan Rio didepannya, namun Dieogo hanya tersenyum tipis saat mendengar perkataan sahabatnya, dan itu malah membuat Max mengerutkan dahinya dalam melihat balasan yang di berikan Diego."Rio, kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?" Diego tidak tahu, bagaimana sahabatnya memiliki pemikiran tentang dirinya yang menaruh hati kepada Lyra, pelayan yang beberapa kali disebut oleh Max, tempat dimana Max melampiaskan kebejatannya.Rio merasa tidak yakin dengan pemikirannya namun tetap menyeruakan semua yang dia pikirkannya. "Aku hanya menebak. Siapa yang tahu, saat kamu mendengar Max terus membicarakan tentang pelayan itu, kamu menaruh hati kepadanya, sehingga kamu merasa iba bahkan mungkin ingin membantunya terlepas dari Max, dengan berniat membawanya pergi dari hidup Max, lagi pula wanita itu pasti sangat cantik, jika tidak, Max tidak mungkin mau menidurinya!"Diego tersenyum mendengar ucapan sang sahabat, dan mengangkat tatapannya yang
Max melihat tidak ada satupun orang tuanya, ataupun pelayan rumah yang datang membantunya saat ini.Max berusaha berjalan walau dengan gontai mencari tempat untuk mengistirahatkan tubuhnya, dimana saat ini kepalanya sudah berdenyut sakit akibat banyaknya minuman beralkohol yang dia minum.Max berjalan tanpa menyadari Arah tujuannya, dan menemukan sebuah pintu yang dia pikir itu adalah kamarnya. Max dengan samar mendorongnya paksa dan masuk ke dalamnya, melihat sesuatu terbaring di atas tempat tidur, Max memutuskan untuk ikut berbaring di atas sana di mana tanpa Max sadari, hal itu membuat Lyra yang semula terbaring, perlahan merasa terganggu dengan kehadiran Max yang mengambil tempat tidurnya."Tuan Max, apa yang anda lakukan di sini," Lyrs menatap mata Max yang memilih untuk tidur tengkurap di atas tempat tidurnya, menggeser posisi Lyra yang membuatnya merasa sempit dengan kedatangan Max yang berbaring di tempat tidurnya.Max dengan samar membuka matanya dan melihat ke arah Lyra yan
Ceklek!Lyra berjalan memasuki kamarnya dengan nampang yang berisi minuman herbal yang dia buat untuk dia berikan kepada Max. Sebelumnya Turil menumpahkan minuman yang dia buat, sehingga membuat Lyra harus kembali membuatnya ulang obat herbal untuk Max. Max membuka matanya melirik ke arah Lyra yang berjalan memasuki kamarnya dengan nampan yang ada di tangannya. Dengan alis mengerurut, Max menatap Lyra dan memperhatikan cara Lyra berjalan terpincang mendekat ke arahnya."Ada apa dengan langkahmu? Kenapa kamu berjalan seperti itu?" Max dengan tatapan tanya menatap Lyra, namun Lyra tidak menjawab dan hanya meletakkan nampan yang berisi minuman herbal di atas meja, sebelum Lyra berbalik dengan menyerahkannya kepada Max. "Tuan Max, minumlah, aku membuatkan minuman herbal pereda mabuk, agar membuat sakit kepala Tuan Max meredah!" Lyra mengulurkan tangan menyerahkan minuman didepan Max, menunggu Max untuk menyambut gelas yang dia berikan kepadanya.Dengan dahi yang masih mengerut, Max mena
Lyra menggigit bibirnya mendengar pertanyaan yang diberikan Max kepadanya, dengan mencoba untuk terlihat baik-baik saja Lyra mencoba menjelaskan kepada Max jika luka yang dia alami adalah ketidaksengajaan saat dirinya menyeduh herbal untuk dia berikan kepada Max."Saya tanpa sengaja melukai tubuh saya sendiri Tuan Max, saat itu saya tanpa sengaja menyenggol air panas yang hendak saya seduhkan untuk anda," elak Lyra mencoba memberi alasan kepada Max yang masih menatapnya dengan mengerutkan dahinya dalam.Tatapan mata Max seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Lyra di depannya dan masih menutup rapat bibirnya menatap Lyra yang berdiri dengan mengepalkan tangannya gugup mencoba untuk menghindari tatapan Max dengan keluar dari kamarnya."Lyra bukankah aku tidak mengatakan kepadamu untuk tidak keluar dari dalam kamar, kenapa kamu masih melawan perintahku?" Max bersuara dengan tajam membuat niat Lyra yang sudah mengeluarkan tangannya hendak membuka pintu kamarnya, kembali mengurungka
Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu
"Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing
Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist
Max merasa begitu bersyukur dan beruntung. Dia mencium kening Lyra dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Lyra. Kamu telah membuatku pria yang paling bahagia di dunia ini," ucapnya dengan suara bergetar. Dokter yang melihat kebahagiaan mereka, ikut tersenyum bahagia melihat wajah Max yang terharu menyambut kehamilan istrinya, kemudian sang Dokter, keluar meninggalkan mereka.Lyra tersenyum, merasa begitu dicintai oleh suaminya. "Kita akan menjadi keluarga yang bahagia, Max. Aku tidak sabar menantikan kehadiran bayi kita," Lyra menunduk, dengan mengusap perutnya yang rata dengan harapan.Mereka akan menjadi orangtua, dan perjalanan baru dalam kehidupan mereka akan segera dimulai."Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat kamu dan bayi kita bahagia, Lyra. Kamu adalah segalanya bagiku," ucap Max dengan suara yang penuh dengan tekad.Lyra tersenyum, merasakan cinta yang begitu dalam dari suaminya. "Aku tahu, Max. Dan aku tidak bisa meminta lebih dari kamu. Kita akan menjal
Jennifer beberapa hari ini menghabiskan waktunya di Bar dan akn kembali ke apartemen yang diberikan Max untuknya saat mabuk. Jennifer memilih untuk melupakan kekecewaannya dengan meminum minuman keras, untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.Damian, yang kebetulan melihat Jennifer juga berada di sebuah Bar dengan minuman di hadapannya, beranjak dari duduknya meninggalkan beberapa rekannya untuk menghampiri Jennifer.Damian melirik wajah Jennifer yang memerah oleh pengaruh minuman keras, matanya menata dalam Jennifer yang terlihat mabuk duduk sendirian. "Jennifer ada apa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damian, matanya memerhatikn raut wajab Jennifer yang terlihat jika dia tidak baik-baik saja.Jennifer menoleh saat mendengar suara seseorang yang bertanya kepadanya, matanya menyipit memandang Damian dengan senyum getir diwajahnya."Damian, itu kau?" tunjuk Jennifer meletakkan minumannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Damian yang berdiri di hadapannya.Da
Max disatu sisi merasa lega mendengar kata-kata itu, namun di sisi lain dirinya merasa bersalah, terutama saat melihat wajah Lyra yang kembali terluka, yang harus mengingat penyebab Lyra mengalami kecacatan di kakinya, semua karena menolongnya."Aku menyesal, Lyra. Aku menyesal telah tanpa sengaja menyakiti kamu. Tetapi percayalah, jika aku akan menebus semua pengorbanan yang telah kamu berikan padaku, aku berjanji Lyra." ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Max tidak akan mengingkarinya, dirinya telah berjanji kepada Lyra jika dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan kepada Lyra, sehingga Lyra tidak akan merasa bersedih atau pun menyesal karena telah menolongnya saat itu.Lyra meraih tangan Max dengan lembut. "Aku tahu kamu menyesal, Max. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana dengan hubunganmu bersama dengan Nona Jennifer? Aku tidak ingin jika Nona Jennifer datang dan terus menggangguku, Max. Kamu harus membuat keputusan, agar membuatku semakin percay
Dengan tekad yang baru ditemukan, Max mulai bekerja keras untuk memperbaiki hubungannya dengan Lyra. Dia melakukan segala pekerjaan suami yang dia bisa untuk membuat Lyra merasa dicintai dan dihargai. Setiap hari, dia memberikan perhatian maksimalnya untuk menjadi suami yang lebih baik.Setiap Max pulang dari bekerja, dia akan melakukan pekerjaan rumah untuk meringankan pekerjaan Lyra, berusaha untuk tidak membuat Lyra merasa terbebani.Lyra yang baru saja membersihkan tubuhnya setelah lelah seharian bekerja di cafe, keluar menuju ruang tengah untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tengahnya meraih remote memutar siaran TV sembari menyandarkan punggungnya di sofa, mekirik sekilas Max yang saat ini berjalan menghampirinya dengan secangkir kopi di tangannya."Lyra, apa yang bisa aku lakukan untuk membuatkanmu makan malam?" tanya Max dengan suara lembut, mencoba mengetahui keinginan istrinya. Max kemudian meletakkan cangkir kopi yang dia buat di depan Lyra, kemudian ikut mendudukan tubuhnya t
Max mengangkat sebelah bibirnya tersenyum mengejek di hadapan Jennifer, sembari menggelengkan kepalanya."Jangan pura-pura tidak tahu apa yang aku maksud jennifer. Aku sudah terlalu muak dengan kebohonganmu selama ini...." ucapnya tanpa ragu."Apa tujuanmu membohongiku selama ini, Jennifer? Bukankah selama ini aku menuruti semua keinginanmu, namun apa balasanmu?" tanya Max, suaranya terdengar tercekik oleh rasa kekecewaan. Matanya masih memandang Jennifer yang nampak terkejut dengan apa yang dia ungkapkan.Melihat Jennifer tidak mengatakan apapun, Max kembali membuka suaranya berusaha mengatakannya dengan jelas di hadapan Jennifer."Apakah kamu sangat puas telah membodohiku selama ini?" ucap Max dengan sorot tajam memandang Jennifer.Jennifer terdiam, wajahnya pucat dan tak bisa berkata-kata. 'Bagaimana bisa?' pikirannya berkecamuk mendengar apa yang baru saja dikatakan Max kepadanya."Max, aku bisa jelaskan," ucapnya dengan nada gemetar. Namun, Max sudah terlalu banyak mendengar ala
Bagi Max, memilih menjauh dari Jennifer adalah salah satu cara untuk melindungi Lyra dari rasa sakit yang mungkin ditimbulkannya.Sadar atau tidak, setiap keputusan yang dia buat selalu saja melukai Lyra. Untuk itu, kali ini Max berusaha keras untuk memperbaiki dirinya walaupun di satu sisi dirinya juga masih merasa terikat dengan hidup Jennifer.Max tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, namun untuk saat ini dirinya akan berusaha untuk memperbaiki segalanya, agar dapat mempertahankan pernikahannya bersama dengan Lyra, walaupun itu mungkin akan menyakiti perasaan Jennifer wanita yang selama ini menemaninya.Setiap, Jennifer berusaha untuk mendekati Max, keinginan Jennifer selalu ditolaknya. Itu Max lakukan sebagai usaha agar dirinya dapat menjauhkan Jennifer dari kehidupannya.Seperti saat ini, mengetahui jika Max terus menolak panggilannya, Jennifer memilih untuk menemui Max, tanpa peduli jika Max mungkin tidak ingin bertemu dengannya.Max menundukkan tatapannya, merasa bersalah