yang berani melecehkan Lyra, seharusnya saat itu Max Tidak memperkosanya sehingga kejadian yang dilihat Tuhan Antoni di dapur tidak harus diketahuinya, dan membuatnya harus menikah bersama dengan Max.Max yang melihat sikap Lyra yang berani dihadapannya, menyunggingkan senyum tipis tidak menyangka jika sikap pendiam Lyra selama ini dia tunjukkan dihadapannya, ternyata bisa mengusirnha keluar dari dalam kamarnya.Mendengar perkataan Lyra yang mengusirnya, Max semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Lyra, yang membuat Lyra melangkah mundur hingga menabrak lemari pakaian yang ada di belakang punggungnya.Max, mengulurkan tangannya mengusap kepala Lyra,.sebelum melepaskan kain yang menutup rambut Lyra, sebelum Max mendekatkan wajahnya di leher Lyra menghirup aroma Lyra membuat Lyra merinding merasakan hembusan nafas Mqx di lehernya."Lyra, segeralah bersihkan tubuhmu dan setelahnya kembali untuk melayaniku!" titah Max, ditelinga Lyra.Lrya ketika berdiri menegang, mendengar apa yang baru saja
Entah berapa lama Max menyiksa Lyra didalam kamar mandi, namun beberapa saat kemudian Max keluar dengan menggendong Lyra dan meletakkanya di atas tempat tidur. "Istirahatlah, jangan sampai tubuhmu sakit saat aku kembali membutuhkanmu!" setelah mengatakannya Max kemudian menutupi tubuh Lyra dengan selimut, sebelum berbalik pergi meninggalkan Lyra. Di atas tempat tidur, Lyra yang tubuhnya merasa kelelahan perlahan membuka matanya yang memerah, Entah berpa lama dirinya menangis saat Max me aksanya melayaninya, namun Max sama sekali tidak merasa ibah, dan malah melakukannya berulang kali sehingga beberepa kali Lyra sempat tidak sadarkan diri.Tok Tok TokKetukan di pintu kamarnya menaydarkan Lyra, yang kemudian perkahan turun dari atas tempat tidurnya, bermaksud ingin mengenakqn pakaiannya sebelum berjalan meligat siapa yang datang menemuinya,Tok Tok Tok"Sebentar!" dengan suara parau, Lyra berteriak menjawab, takut akan disalah pahami saat dirinya terlambat membukakan pintu kamarnya.
"Max, kamu mau kemana malam ini?" nyonya Clara menatap sang putra yang melangkah keluar dengan oenampilan rapi yang membuat nyonya Clara menatap tanya putranya. Max menghentikan langkah kakinya, menoleh saat mendengar suara ibunya memanggilnya."Mom, Aku ingin keluar bertemu dengan Diego malam ini, aku juga sudah mengatakannya kepada Ayah, dan Ayah juga sudah mengizinkanku!" malam ini Max ingin bertanya kepada kedua sahabatnya, mengenai keputusan apa yang harus dia lakukan saat kekasihnya Jennifer akan kembali besok malamnya.Nyonya Clara mengangguk mendengar jawaban Sang putra, dan membiarkan Max melanjutkan langkahnya yang ingin menghampiri mobilnya."Em.. Baiklah. Ingat Max, jangan pulang terlalu larut, Mom tidak ingin jika kamu pulang dalam keadaan mabuk, dan kamu juga harus didampingi oleh sopir yang menemanimu pergi!"Nyonya Clara memperingati Max putranya mengingat jika dia hanya memiliki Max sebagai Putra satu-satunya, dan Jika sesuatu hal buruk terjadi kepada Max seperti bebe
Max, menatap tajam Diego saat mendengar apa yang dikatakan Rio didepannya, namun Dieogo hanya tersenyum tipis saat mendengar perkataan sahabatnya, dan itu malah membuat Max mengerutkan dahinya dalam melihat balasan yang di berikan Diego."Rio, kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?" Diego tidak tahu, bagaimana sahabatnya memiliki pemikiran tentang dirinya yang menaruh hati kepada Lyra, pelayan yang beberapa kali disebut oleh Max, tempat dimana Max melampiaskan kebejatannya.Rio merasa tidak yakin dengan pemikirannya namun tetap menyeruakan semua yang dia pikirkannya. "Aku hanya menebak. Siapa yang tahu, saat kamu mendengar Max terus membicarakan tentang pelayan itu, kamu menaruh hati kepadanya, sehingga kamu merasa iba bahkan mungkin ingin membantunya terlepas dari Max, dengan berniat membawanya pergi dari hidup Max, lagi pula wanita itu pasti sangat cantik, jika tidak, Max tidak mungkin mau menidurinya!"Diego tersenyum mendengar ucapan sang sahabat, dan mengangkat tatapannya yang
Max melihat tidak ada satupun orang tuanya, ataupun pelayan rumah yang datang membantunya saat ini.Max berusaha berjalan walau dengan gontai mencari tempat untuk mengistirahatkan tubuhnya, dimana saat ini kepalanya sudah berdenyut sakit akibat banyaknya minuman beralkohol yang dia minum.Max berjalan tanpa menyadari Arah tujuannya, dan menemukan sebuah pintu yang dia pikir itu adalah kamarnya. Max dengan samar mendorongnya paksa dan masuk ke dalamnya, melihat sesuatu terbaring di atas tempat tidur, Max memutuskan untuk ikut berbaring di atas sana di mana tanpa Max sadari, hal itu membuat Lyra yang semula terbaring, perlahan merasa terganggu dengan kehadiran Max yang mengambil tempat tidurnya."Tuan Max, apa yang anda lakukan di sini," Lyrs menatap mata Max yang memilih untuk tidur tengkurap di atas tempat tidurnya, menggeser posisi Lyra yang membuatnya merasa sempit dengan kedatangan Max yang berbaring di tempat tidurnya.Max dengan samar membuka matanya dan melihat ke arah Lyra yan
Ceklek!Lyra berjalan memasuki kamarnya dengan nampang yang berisi minuman herbal yang dia buat untuk dia berikan kepada Max. Sebelumnya Turil menumpahkan minuman yang dia buat, sehingga membuat Lyra harus kembali membuatnya ulang obat herbal untuk Max. Max membuka matanya melirik ke arah Lyra yang berjalan memasuki kamarnya dengan nampan yang ada di tangannya. Dengan alis mengerurut, Max menatap Lyra dan memperhatikan cara Lyra berjalan terpincang mendekat ke arahnya."Ada apa dengan langkahmu? Kenapa kamu berjalan seperti itu?" Max dengan tatapan tanya menatap Lyra, namun Lyra tidak menjawab dan hanya meletakkan nampan yang berisi minuman herbal di atas meja, sebelum Lyra berbalik dengan menyerahkannya kepada Max. "Tuan Max, minumlah, aku membuatkan minuman herbal pereda mabuk, agar membuat sakit kepala Tuan Max meredah!" Lyra mengulurkan tangan menyerahkan minuman didepan Max, menunggu Max untuk menyambut gelas yang dia berikan kepadanya.Dengan dahi yang masih mengerut, Max mena
Lyra menggigit bibirnya mendengar pertanyaan yang diberikan Max kepadanya, dengan mencoba untuk terlihat baik-baik saja Lyra mencoba menjelaskan kepada Max jika luka yang dia alami adalah ketidaksengajaan saat dirinya menyeduh herbal untuk dia berikan kepada Max."Saya tanpa sengaja melukai tubuh saya sendiri Tuan Max, saat itu saya tanpa sengaja menyenggol air panas yang hendak saya seduhkan untuk anda," elak Lyra mencoba memberi alasan kepada Max yang masih menatapnya dengan mengerutkan dahinya dalam.Tatapan mata Max seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Lyra di depannya dan masih menutup rapat bibirnya menatap Lyra yang berdiri dengan mengepalkan tangannya gugup mencoba untuk menghindari tatapan Max dengan keluar dari kamarnya."Lyra bukankah aku tidak mengatakan kepadamu untuk tidak keluar dari dalam kamar, kenapa kamu masih melawan perintahku?" Max bersuara dengan tajam membuat niat Lyra yang sudah mengeluarkan tangannya hendak membuka pintu kamarnya, kembali mengurungka
Lyra keluar dari kamarmya dengan membawa mangkuk bubur yang telah kosong, dan saat kembali pandangannya melirik ke arah tempat tidurnya, dimana Max sebelumnya berbaring disana sudah tidak terlihat sama sekali, Lyra bernapas lelah memikirkan jika Max akhirnya meninggalkan kamarnya dan membiarkannya untuk beristirahat.Semalam dirinya tidak mendapatkan tidur yang nyenyak karena kedatangan Max yang mengambil separuh tempat tidurnya, Lyra juga tidak mungkin mengusir begitu saja keluar dari dalam kamarnya mengingat mereka adalah putra dari majikannya dan juga saat ini menjadi suaminya.***Di lantai atas Max baru saja selesai membersihkan tubuhnya melirik ke arah ponselnya yang dari tadi berdering, melihat nama yang tertera di layar ponselnya sebelum mengangkatnya."Halo Halo Sayang, maafkan aku aku baru saja keluar dari kamar mandi sehingga tidak mendengarkan panggilan darimu. ada apa Jennifer apa kamu sudah tiba di apartemenmu?" Max mengira jika Jennifer kekasihnya telah tiba saat dirinya