Karena keinginan Arumi, akhirnya Alex dan Leo ikut jalan-jalan kepantai. Walaupun sebenarnya, Alex tidak ingin ikut. Sejak kejadian di kantor, Papa Alex tidak berbicara dengan Alex. Adam Samudra menganggap keberadaan Alex tidak ada, hanya Mamanya. Lita yang masih mau berbicara dengan Alex, walaupun berbicara seadanya saja.
"Lex, apa Om masih marah?" tanya Leo.
"Hemh" jawab Alex.
"Tante?" tanya Leo.
"Mama, masih mau sedikit berbicara. Papa, melihat wajahku saja sepertinya. Papa tidak mau " kata Alex.
"Sabar, kemarahan Om dan Tante tidak akan selamanya. Jika nanti, Rania sudah ditemukan. Kemarahan Om dan Tante pasti reda" kata Leo.
"Bagaimana dengan perkembangan pencarian Rania?" tanya Leo.
"Belum ada kabar, Jesi juga tidak pergi kemana-mana. Dia hanya kekantor dan pulang ke rumah" ucap Alex.
"Aku juga tidak bisa bantu banyak" kata Leo.
"Leo, bagaimana jika orang yang mencari keberadaan Andre saat itu ditarik
Hoek...Hoek..Hoek.. Tangisan baby Devan, membuat Rania sedih dan khawatir. Karena baby Devan tidak pernah menangis seperti saat ini. "Kasih susu Ran" ujar Bude Maria, saat dalam perjalanan menuju rumah sakit. Baby Devan kembali menangis. "Tidak mau Bude, baby Devan menolak untuk menyusu" ujar Rania, dibarengi suara sedih. "Apa AC mobil terlalu dingin mbak?" tanya Niko dari depan. "Tidak mungkin Niko, mbak saja keringatan ini" ujar Rania. "Sini Bude gendong" Bude Maria mengambil alih baby Devan dari tangan Rania. Hoek.. Hoek.. Baby Devan tetap terus menangis, walaupun sudah ganti yang menggendongnya. "Dedek, sabar ya. Sebentar lagi kita sampai rumah sakit, apa yang sakit " ucap Niko. Sepertinya, baby Devan mendengar apa yang dikatakan oleh Niko. Baby Devan diam seketika. Bude Maria bersenandung sembari menggendong baby Devan, dan terlihat. Baby Devan merasa nyaman, da
Rania menyelesaikan sarapan pagi yang dibawa Sarah kedalam kamarnya dengan cepat, dia takut. Baby Devan bangun, dan rewel kembali.Begitulah, jika sudah punya baby. Apa-apa yang dilakukan, selalu dilakukan dengan cepat. Apalagi jika baby sedang sakit, seperti yang terjadi pada baby Devan. Yang tidak mau diletakkan.Setelah selesai menyantap sarapan paginya, Rania berniat membawa nampan yang sudah kosong keluar dari dalam kamar. Didepan pintu dia bertemu dengan Bude Maria."Mau kemana Ran?" tanya Bude."Mau kedapur Bude, mau cuci ini" Rania menunjukkan nampan berisi sarapan paginya, yang dibawakan oleh Sarah."Bagaimana Devan?" tanya Bude seraya berjalan menuju box bayi.Bude Maria mengulurkan tangannya, untuk menyentuh kening baby Devan."Sudah tidak hangat lagi Bude" jawab Rania."Baguslah, sudah. Biar Bude yang jaga, kalau Rania mau keluar" kata bude Maria seraya menarik kursi, kedekat box baby Dev
Jantung Arumi berdetak kencang, begitu mengenal suara yang memanggilnya. Walaupun hanya suara yang baru didengarnya, tapi dia tahu. Suara siapa yang yang didengarnya. Suara itu, suara yang sudah lama tidak didengarnya. "Andre? Kenapa dia berada dirumah sakit ini? Apa dia membututi aku?" Arumi melangkah cepat, tetapi tangannya dipegang oleh yang punya suara. "Lepas!" seru Arumi, sembari menghentakkan tangan yang memegangnya. "Izinkan aku bicara, please!" Mohon Andre. "Untuk apa? apa belum cukup sakit yang kau torehkan itu. Apa kau ingin membuat pengakuan, bahwa kau dijebak? Sudahlah, aku tidak ingin mendengar apa pun lagi. Hubungan kita sudah usang, tidak akan bisa kembali lagi. Hubungan kita itu seperti kaca, sudah retak. Walaupun bisa direkatkan lagi, tapi tidak bisa sempurna lagi. Lanjutkan hubunganmu dengan Mia, kalian sungguh cocok. Sama-sama penghianat!" Ketus Arumi mengungkapkan isi hatinya. Andre han
"kau ingin menghindari siapa? Sehingga kau ingin melakukan penyamaran?" tanya magda kepada Jesi. Jesi menceritakan, apa yang dialami oleh Rania kepada Yulia dan magda. Tapi dia tidak menceritakan, siapa pria yang telah membuat Rania mengalami itu semua. Apa yang akan dikatakan oleh Yulia dan magda, jika mengetahui. Bahwa pria yang mereka beri umpatan adalah Boss tempat mereka bekerja saat ini, yaitu Alexander Bayu Samudra. "Gila pria itu! Kalau aku yang mengalaminya, sudah pasti. Aku akan mendatangi keluarga, aku akan menceritakan tentang kelakuan anak laki-lakinya!" seru Yulia dengan bersemangat. "Betul! Aku akan mempermalukan pria itu, aku akan beri tendangan ke alatnya itu. Main coblos saja, dan tidak mau bertanggung jawab, terbuat dari apa otak pria itu ?" ucap Magda. "Kenapa temanmu itu tidak minta pertanggungjawaban? orang itu harus bertanggung jawab kepada anaknya, enak saja. Buat anak mau, tapi disuruh bertanggung
Jesi terus menggoda baby Devan, yang malu-malu melihatnya. Baby seusia baby Devan sudah mulai menandai orang yang selalu dilihatnya, dan saat melihat Jesi yang baru dilihatnya. Baby Devan terlihat malu-malu."Baby, ini onty sayang" Jesi berusaha untuk membujuk baby Devan.Baby Devan terus merundukkan wajahnya, didada Rania. Sesekali dia melirik kearah Jesi."Kau sih..! Lama tidak datang, kau bertemu baby Devan waktu dia baru lahir. Sekarang, Devan sudah lima bulan. Dia sudah milih-milih orang" kata Rania."Maaf ya Devan ganteng, onty sibuk kerja. Kalau onty tidak kerja, onty tidak bisa beli semua oleh-oleh yang onty beli untuk Devan ganteng" kata Jesi."Oh..iya, onty lupa ini." Jesi mengambil satu paper bag, dan mengeluarkan isinya."Ini untuk Devan yang ganteng" Jesi memberikan mobil-mobilan yang dibelinya untuk Devan.Devan hanya memandang main yang berada ditangan Jesi, dia tidak mengambiln
"Bibirmu berkata benci, tapi hatimu berkata lain" kata Jesi. Rania menatap wajah sahabatnya tersebut. "Jesi, kalau kau dalam posisi sebagai aku. Apa yang akan kau lakukan?" tanya Rania. "Kalau aku, begitu dia tidak datang saat pernikahan. Aku akan mencarinya sampai ke lubang semut sekalipun, setelah ketemu. Aku akan bertanya, kenapa dia begitu kejam. Setelah itu, aku akan memberikan hadiah yang tidak akan dilupakannya seumur hidup. Yaitu, aku akan mencincang kelaminnya itu" ucap Jesi dengan nada suara yang emosional, dan menggebu-gebu. "Hahaha! Kau ingin memotong alat kelaminnya?" Rania tertawa mendengar perkataan Jesi yang sangat sadis. "Iya, biar dia tidak bisa lagi membuat baby-baby Devan yang lain. Diluar sana!" seru Jesi. "Kasihanlah Jesi" kata Rania sambil tersenyum kecil dibibirnya. "Kau masih kasihan kepada orang yang tidak ada otak itu, hatimu sungguh mulia se
Suara langkah dibelakangnya semakin terdengar jelas, jantung Rania berdetak dengan cepat. Badannya serasa ingin luruh keatas lantai, Rania ingin berlari dari tempatnya berdiri. Namun, tenaganya seperti hilang. Untuk mengangkat kakinya saja Rania merasa berat, apalagi untuk berlari."Ran..!" suara pria yang ingin dilupakan oleh Rania semakin dekat jaraknya, dan Rania merasakan ada tangan yang menyentuh pundaknya.Rania menggerakkan pundaknya, agar tangan Alex tidak bisa menyentuhnya. Dan Rania memajukan langkah kakinya selangkah."Pergi!" Lirih terdengar suara Rania, hingga pria yang berada dibelakangnya sayup-sayup mendengar suara gadis yang sudah disakitinya."pergi..!" Ulang Rania lagi dengan suara yang bergetar."Aku merindukanmu " ucap Alex, dia tidak mengindahkan pengusiran yang keluar dari mulut Rania."Ran.." panggil Alex."Ada apa mbak?" Niko yang datang dari dalam mendek
Keluar dari rumah Rania, Alex dan Leo duduk didalam mobil. Keduanya diam beberapa saat, memikirkan apa yang harus dilakukan. "Bagaimana? Apa kita pulang?" tanya Leo memecah keheningan didalam mobil. Leo melihat Alex yang duduk, dengan bertopang dagu. "Kau saja, aku akan tetap tinggal disini. Aku akan membawa Rania kembali, baru aku akan kembali ,"kata Alex yakin, dia bisa membawa Rania dengan mudah. "Lex, jangan lakukan tindakan bodoh" kata Leo, karena Leo takut. Alex nekat, dan akan membawa Rania dengan paksaan. "Kau jangan menculiknya Lex!" seru Leo. "Tenang saja, aku tidak akan membuat dia membenciku lagi" kata Alex. "Bagaimana kalau kita pulang dulu, kau juga tidak membawa pakaian ganti kan..?" usul Leo, agar mereka kembali pulang. "Lagi pula, kau harus menyusun rencana. Apa yang akan kau lakukan untuk meluluhkan hati Rania, aku rasa. Kau harus menyusu