Share

Prakarya Jagung

Penulis: Evin Hard
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-26 17:36:21

Plak!

Pukulan keras menjalar di punggung Adhira, membuatnya langsung jatuh bertumpu pada kedua lututnya. Adhira bisa merasakan tongkat kasti baru saja mengentak ke tubuhnya.

Mendapat perlakuan sedemikian menyakitkan, Adhira langsung bangkit dan menghantam pamannya balik. Dia merebut tongkas kasti dari tangan Willian untuk melakukan serangan balik. Dengan api membara, Adhira memukul pria itu bertubi-tubi. Pria paru baya itu tersungkur ke lantai tak berdaya melakukan perlawanan. Kacamatanya terlepas dan dia meringkuk di lantai melindungi diri dari pukulan yang dilecutkan Adhira.

Durga langsung melerai keduanya, tapi segera didorong oleh Adhira. Kekesalan Adhira belum berakhir hingga darah mengucur dari rahang Willian.

“Adhira! Hentikan! Jangan lakukan ini!” Durga yang biasanya selalu berkata dengan kasar sekarang hanya bisa memohon padanya.

Erangan Willian membuat Adhira tak lagi melanjutkan pukulan tersebut. Dia melepaskan tongkat kas

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jago Matematika

    Berita tentang kematian Tuan Besar Semias Defras dengan cepat sampai ke telinga orang-orang di sekolah. Perbincangan tentang siapa yang akan meneruskan kekayaan keluarga konglomerat itu menjadi topik hangat di kalangan pengusaha. Adhira melangkah menuju ke perpustakaan sekolah untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai penyelidikan kematian yang baru terjadi itu. Ervan seperti biasa sudah duduk dengan buku tebal terbuka di hadapannya. Beberapa perempuan berbisik-bisik di balik rak buku sambil sesekali mengintip ke arah Ervan. Jelas, Ervan tidak akan menghiraukan hal tadi. Dia manusia paling dingin yang cukup disegani oleh murid lain. Hanya dengan jelitan matanya, Ervan bisa membuat manusia di depannya ketar-ketir. “Daffin!” Adhira langsung mengambil tempat di samping Ervan. “Baca apaan? Serius sekali.” Ervan tak melepaskan pandangannya dari buku di depannya. “Eh, pinjam aksesmu, dong,” pinta Adhira memelas. “Aksesku hilang.” Ervan mengernyit

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Pengamen

    Kiara menghampiri Adhira dengan pakaian olahraga barunya. Wajahnya tertawa berseri-seri. “Bagaimana? Berhasil?” Adhira ikut gembira melihatnya begitu riang berlari ke arahnya. Kiara langsung memeluk Adhira dengan erat dan berkata,, “Kiara terpilih buat jadi pelari maraton tingkat nasional.” “Wah, boleh juga adikku ini!” Adhira mengelus-ngelus kepala Kiara dengan bangga. Begitu takut kegembiraan seperti ini terhapus oleh apa pun. Dia hendak menarik Kiara untuk pulang bersamanya, tapi tampaknya Kiara masih harus latihan lagi. “Iya dong. Akhirnya… tidak sia-sia tiap hari keliling lapangan sepuluh putaran.” “Jadi, kapan lombanya?” “Awal tahun ajaran baru. Mungkin sekitar dua bulan lebih lagi.” “Oke, deh, semangat ya! Jadi, ini masih mau latihan lagi?” “Iya. Mungkin agak sorean. Nanti Kak Adhi kabarkan ke Mama ya. Biar tidak ngomel-ngomel lagi.” “Sip!” Adhira melepas Kiara kembali ke lapangan. Dia beranjak me

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Penyelidikan

    “Lepaskan dia!”Sontak perempuan itu terperangah. Tapi dia tak segera menyerah. Anak perempuan tersebut menangis tertahan.“Hei, kamu itu siapa? Ini anak saya. Terserah saya mau apain anak saya!”“Anakmu? Mana ada ibu sepertimu? Memukul-mukul anaknya sendiri,” tukas Adhira membara.“Eh, kamu itu siapa sih? Tidak usah mengurusi saya.”Perempuan tadi segera menggendong balita perempuan tersebut dari bawah terminal. Seolah ujaran Adhira tak berarti, dia kembali menuntaskan misinya mengemis di jalanan.Adhira makin keki. Dia menyusul ibu tadi ke jalanan. Saat ibu tadi berhenti di sebuah mobil sedan putih, Adhira segera mengetuk jendela mobil itu. Tanpa disangka di dalamnya ada Pak Wisman. Yang duduk di bangku belakang tak lain adalah Ervan. Perselisihan antara perempuan dan Adhira belum sulut saat dia menadah tangannya di depan kaca.“Jangan dikasih!” Adhira langsung berkata lant

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Tutor Matematika

    “Ada sekitar lima puluh nama yang ada direkomendasikan pihak sekolah.” Seorang laki-laki menyodorkan satu map yang berisikan nama serta prestasi dari orang-orang yang akan dijadikan tutor untuk Ervan.Haris Sadana yang merupakan pengusaha terkemuka di kota itu tampak tak tertarik melihat nama-nama tersebut. Matanya sibuk mengamati grafik penjualan di layar komputernya.“Minta Tamara hubungi saya,” ucapnya pada pelayan laki-laki itu.Telepon berdering beberapa menit kemudian. Haris segera menerimanya. “Ervan butuh tutor untuk pelajaran matematikanya.”“Ya, Profesor Alan udah minta saya untuk membuat daftar nama tutor.” Tamara menjawab dari ujung telepon sana.“Kamu menyuruhku membaca lima puluh nama. Sama saja menyuruhku mencari sendiri. Kamu kan gurunya, kamu saja yang menjadi tutor.”Suara tawa Bu Tamara terdengar dari telepon.“Kamu keberatan?”“Say

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Angsa Hitam

    “Daffin!”Suara khas itu bergema dari arah luar. Walau Ervan tak pernah bersikap terlalu ekspresif, tapi kali ini keterkejutannya tak lagi bisa tertutupi. Dia memandang Adhira tak percaya.“Kenapa? Terkejut ya?” ujar Adhira. Dia melangkah masuk ke rumah beraroma lavender itu tanpa dipersilakan.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Ervan.“Apa lagi? Menjadi guru lesmu tentu aja.”Ervan antara meremehkan bercampur resah. Mereka sama-sama tahu kalau Adhira hanya memiliki kelebihan di bidang matematika dan Ervan tentu saja sangat lemah di mata pelajaran itu.“Kamu sepertinya masih belum bisa terima ya?” timpal Adhira. “Aku juga sebetulnya tak punya pilihan. Kamu tahu betapa sulitnya soal ujian yang dikasih Bu Tamara waktu proses perekrutan? Dia benar-benar tidak berperikemanusiaan.”Adhira menjelajahi bagian dapur dan meraup makanan sendiri.“Tapi tak a

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Lumba-lumba

    Ketidakdisiplinan Adhira tampaknya tak pernah bisa terbendung oleh sejuta peraturan yang dibuat sekolahnya itu. Hari ini Adhira kembali masuk terlambat. Karena tahu akan dihukum, sebuah ukulele hitam telah diselempangkan ke bahunya. Dia siap bernyanyi jika memang diminta bernyanyi. Bahkan Adhira juga melapisi wajahnya dengan tabir surya, jaga-jaga kalau diminta untuk berdiri di bawah tiang bendera.“Adhira! Kamu ini belum jera juga ternyata,” oceh Bu Kara yang tengah membagikan balok sabun ke masing-masing murid. “Tiap kali pelajaran saya kamu selalu terlambat.”Adhira juga tidak pernah memprediksi kalau dirinya akan selalu terlambat di pelajaran guru kesenian itu. Bu Kara menghela napasnya pasrah. Dia sudah melihat Adhira masuk dengan alat musik kecil itu.“Jadi, kamu mau nyanyi lagi?”Adhira mengangguk. Teman-teman yang lain langsung bersorak. Meski setiap kali selalu kesal dengan suara sumbang Adhira, mereka senang a

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Seleksi

    Satu bulan berselang sejak hari itu. Semakin dekat dengan hari ujian, semakin banyak juga tugas dan materi yang harus mereka kerjakan. Bu Tamara masuk ke kelas dengan membawa hasil tugas matematika mereka. Dia merekah puas saat melihat nilai di buku tugas Ervan. Adhira hanya tersenyum diam-diam dari belakang. Usahanya membuat nilai Ervan meningkat tidak sia-sia.“Waktu ujian akan tiba sebentar lagi. Kalian harus lebih giat dalam minggu-minggu ini. Jangan sampai ada yang gagal di pelajaran ini.”Bu Tamara kemudian memberikan materi lanjutan. Dia mendekati Adhira dan menyerahkan buku kelima yang berisi materi kalkulus. Seperti biasa Adhira hanya akan menghabiskan waktunya mengerjakan deretan soal itu. Janji Bu Tamara di akhir tahun adalah mengikutsertakan dirinya dalam perlombaan tingkat nasional itu dan sejauh ini Adhira berhasil menggenggam semua prestasinya di bidang pelajaran tadi.Namun hati kecil Adhira sedikit cemas. Jika memang Ervan sudah bisa

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Es Teler

    “Daffin! Hari ini kita belajar di luar,” ujar Adhira saat mereka keluar dari gerbang sekolah.Kerutan di kening Ervan terangkat.“Iya, aku sudah minta izin dengan Bu Tamara. Katanya kita bisa belajar di tempat lain. Kata Kuswan, kafe baru yang buka dekat sini lumayan cozy. Kita ke sana yuk,” ajak Adhira.Ervan masih separuh percaya akan ajakan muluk tadi.“Sudah, ayok, ikut saja. Tidak jauh kok.” Adhira langsung menarik tangan Ervan menuju ke jalan yang ada di samping sekolah.Mereka melalui jalan yang berbeda dari jalan pulang. Sesampai di perempatan, mereka berdua menaiki bus dan berjalan menyusuri salah satu kafe baru yang disebutkan Kuswan itu.“Kamu pasti tidak pernah naik bus kan?”Tentu saja Keluarga Sadana tidak pernah membiarkan Ervan berada dalam situasi seperti ini. Bahkan Ervan tidak bisa berdiri dengan mantap ketika bus yang mereka tumpangi melaju secara tiba-tiba.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05

Bab terbaru

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kenangan yang tersisa

    Perempuan itu menghampiri rumah tua yang tengah direnovasi menjadi bangunan klinik. Di sampingnya seorang pria tua duduk di kursi roda memandang dengan lesu. Sudah bertahun-tahun dia hidup dan tergantung pada putrinya.“Kak Ervan?” Kiara menyapa dengan lembut pada seorang pria yang masih sibuk mengatur susunan keramik di teras depan.“Di mana Kak Adhi?” tanyanya bingung.Ervan tertegun. Keningnya mengernyit. Serbuk besi dingin seolah menyendat paru-parunya. “Kiara, kamu kembali?”“Aku mendapat kiriman surat dari Kak Adhi seminggu lalu. Katanya dia ingin aku mengurus rumah ini.”“Surat?”Kiara menyerahkan amplop berisikan surat yang ditulis tangan oleh Adhira sendiri.Tahun lalu, atas permintaan Adhira, Ervan membawa Kiara ke luar kota dan mengubah identitasnya. Tadinya Kiara tahu ini bertujuan agar dirinya tidak dijatuhi hukuman atas kematian Teodro belasan tahun lalu. Selama setahun itu juga dia hanya menjalankan hidupnya tanpa kabar apa pun dari Adhira.Kiara berpikir Adhira pasti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Catatan Penulis

    Terima kasih sudah ikut melangkah dan berjuang bersama dalam kisah ‘Dendam dan Rahasia Tuan Muda’. Tadinya judul yang akan dipakai adalah Pita Merah, karena ide awalnya didedikasikan untuk para pejuang HIV-AIDS. Adhira dalam cerita ini menggambarkan perjalanan seorang anak manusia yang sesungguhnya begitu cemerlang harus memupuskan masa depannya oleh tuduhan, pengucilan, stigmatisasi, dan pengabaian. Di dunia ini, semua yang terjadi pada Adhira bisa terjadi pada siapa saja. Serangan mental/fisik, isolasi, diskriminasi, begitu sering terjadi pada pengidap HIV-AIDS. Orang-orang menganggap penyakit ini adalah hukuman mati yang pantas diderita oleh kaum-kaum homoseksual, PSK, orang dari ras-ras tertentu, para pecandu, dan kaum-kaum marginal lainnya. Stigmatisasi dan perlakukan buruk yang didapatkan para penderita sesungguhnya bisa didapatkan siapa saja. Anak-anak dengan orang tua HIV-AIDS, komunitas LGBT, perempuan, laki-laki, anak-anak, orang tua, petugas kesehatan. Semua bisa mendapatk

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda    Sepucuk Surat

    Meskipun Adhira sudah tiada, dirinya hidup bagi Ervan, bagi pejuang HIV-AIDS lainnya, bagi kaum tersisihkan, kaum LGBT, para pecandu, orang-orang yang terkucilkan oleh stigmatisasi dan diskriminasi.“Klinik VCT/IMS ini didedikasikan oleh seorang sahabat untuk seluruh penderita HIV-AIDS. Klinik ini mencakup pencegahan, pemeriksaan, pengobatan, dan rehabilitasi yang nantinya akan diberikan secara cuma-cuma….”Pria di atas podium mendeklarasikan sambutan pembuka sebelum acara pemotongan pita peresmian dilakukan. Matanya berair saat melihat orang-orang, anak-anak, para lansia yang duduk menunggu dirinya berbicara itu.“Hari ini, demi mengenang sahabat yang telah pergi itu, saya akan menamainya dengan ‘Adhira’,” ucap Ervan menyudai sambutannya.Kediaman Limawan ditata ulang sejak dua tahun lalu. Dengan menggunakan dana hasil penjualan berlian merah, Ervan berhasil membangun sebuah klinik khusus yang bisa melayani penderita HIV-AIDS.Bangunan rumah dijadikan klinik utama. Sementara gudang y

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan Takut, Hira

    “Aku tidak kenal dengan sia-sia,” jawab Ervan tanpa aura.Adhira hendak berdiri, tapi dia tak memiliki kekuatan untuk bangkit. Alih-alih mengelak dari rangkulan Ervan, Adhira menjauhkan tubuhnya ke tepi bangku. “Kamu ini benar-benar keras kepala!” umpat Adhira lemah. “Aku… hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada ini untuk tetap bersamamu.”“Lalu mengapa kamu harus menyerah?”Terlihat wajah Ervan yang merah dan kembali basah oleh air mata.“Karena… aku tidak punya pilihan, Daffin!”Kekuatan Adhira mendadak terenggut dari dirinya, seolah darah yang berkumpul di jantungnya menolak untuk mengalir ke otaknya. Adhira gagal membuat tubuhnya bertahan dengan semua pertanyaan Ervan. Kepalanya kehilangan keseimbangan dan napasnya semakin berat.Dia begitu ingin menghapus kesedihan di wajah Ervan, tapi untuk menyentuhnya saja Adhira sudah tak lagi sanggup.“Sebutkan semua jalan yang kau sudah anjurkan padaku! Aku akan mematuhinya. Aku akan dengan giat menurutinya. Aku rela kamu memakiku, me

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Semua akan sia-sia

    Dari balik pintu ruang rawat yang masih ternganga, Ervan bersandar pada dinding, mendengar setiap pertemuan yang mengharu biru tadi dalam kepiluan. Dia masuk saat sudah berhasil membendung luapan kesedihan yang membanjiri kamar rawat Adhira. “Ervan!” ucap Adhira. “Lihat ulahmu!” Ervan mengambil tempat di samping Adhira. Menggenggam tangannya yang begitu dingin. “Cepat atau lambat Laila akan tahu.” Laila menarik Ervan dan merangkul mereka secara bersamaan. “Aku tidak menyangka Laila jadi secengeng ini. Kamu terlalu memanjakannya, Ervan,” ucap Adhira. “Aku tidak cengeng.” “Terus ini apa? Selimutku sampai basah seperti pengungsi banjir,” tukas Adhira. Laila menyudul perut Adhira karena kesal. “Hei, pelan-pelan, dinding perutku sangat rapuh sekarang.” Laila langsung menghentikan tindakan tadi. Wajahnya kembali muram karena dia sudah tahu bahwa Adhira mengidap penyakit yang belum dapat disembuhkan Ervan. “Aku harus kembali ke sekolah. Masih ada kelas tambahan,” ucap Laila tiba-t

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Dia memanggilku Lili

    Rintik hujan membasahi kaca jendela. Kemelut senja mewarnai langit yang mendung, mengantar bayang-bayang kelabu menuju malam. Seorang gadis memasuki ruang rawat dengan ekspresi sama sendunya dengan cuaca di luar. Adhira masih belum bangun dari tidur panjangnya. Dia baru cuci darah. Butuh prosedur yang rumit bagi pengidap HIV untuk mendapatkan mesin hemodialisa dan Ervan tak menyerah oleh hambatan tersebut. Adhira sempat membaik beberapa hari yang lalu, tapi kemudian, penyakit itu menggerogoti ginjalnya. Kedua tungkai kakinya mulai bengkak dan demamnya tak kunjung reda. Dia juga tak lagi bisa makan makanan biasa. Ervan harus menyuapi makanan yang lunak yang dibencinya itu agar perutnya tak kesakitan. Sesekali Adhira memohon untuk diizinkan makan nasi goreng, tapi Ervan harus melarangnya karena itu akan memperburuk kondisi tubuhnya. “Dokter Ervan, makanannya Laila letakkan di sini ya,” ucap Laila pelan. Dia segan memecah lamunan Ervan yang terlihat sangat serius itu. Ervan menganggu

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan memarahinya

    Ervan duduk memandangi jendela yang basah oleh embun senja. Cuaca mendung mengisi hari yang kelam tersebut. Dia membisu untuk waktu yang sangat panjang. Saat Adhira dilarikan ke rumah sakit, kondisi yang ditemukan jauh dari ekspektasi Ervan. Dia menahannya selama dua bulan di penjara. Obat-obat itu dia telan untuk menghentikan gejala yang muncul. Namun tubuh yang sudah rongsok tersebut tak bisa melakukan sandiwara terus-menerus. Ali masuk dengan hati yang panas. Dia langsung melontarkan kekesalannya pada Ervan. “Baru sehari dia keluar dari penjara dan kamu sudah menggempurnya sampai babak belur. Kamu benar-benar tidak manusiawi, Ervan!” “Bagaimana keadaannya?” “Kamu sendiri tahu dengan jelas. Kenapa bertanya padaku?” “Aku… benar-benar salah.” “Kalian ini, aku tidak tahu harus berkata apa. Kurasa dia juga menginginkannya. Tapi harusnya kamu tahu seperti apa keadaan tubuhnya.” “Kamu benar. Aku tidak seharusnya melakukan ini di saat tubuhnya begitu rentan. Dia menahannya karena ti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Hadiah Spesial untuk Dokter Elyas

    Ruang sang urolog tiba-tiba diramaikan oleh adanya pajangan heboh yang ditempel di depan pintunya. Perawat berbisik-bisik dan pengunjung yang lewat terkekeh geli.Elyas baru keluar dari ruang operasi dan melirik keramaian yang terjadi di depan ruang konsultasinya.Ali yang tengah melintasi tempat itu berdiri beberapa menit sambil berpikir. Saat Elyas datang dia segera memberi tahu berita baik tersebut, “Kau mendapat hadiah spesial dari seorang pasien.”Elyas mengernyit waspada. Dia tahu Ali bukan orang yang bisa bergurau dengan cara yang baik. Dia pasti hendak mengerjainya dengan sesuatu.Saat dia mencapai depan ruangannya, matanya memelotot. Sebuah bingkai berisi cairan pengawet dengan jaringan lonjong di dalamnya tertempel di pintu ruangan itu. Sebagai ahli urologi yang handal, tentu dia tahu benda apa itu.Sekonyong-konyong dia melepas benda itu dari pintunya. Namun bingkai itu tertempel dengan sangat erat. Dia memukul-mukul kacanya, tapi tak juga berhasil menyingkirkan pajangan it

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Milikmu sangat enak (+18)

    Peringatan: Mengandung adegan seksual eksplisit“Aku tidak kuat lagi, Daffin….”Sekali lagi Adhira memohon tanpa daya. Perutnya sudah menggembung terisi oleh cairan surgawi itu. Napasnya tersengal-sengal.“Kasihanilah pria berginjal tunggal ini.”Menatap air mata yang mengkristal di bola matanya, Ervan pun melakukan pelepasan terakhir. Dia menahan tubuh Adhira di atas tubuhnya dan secara perlahan menyangga Adhira ke dalam pelukannya.Penyatuan intim tadi pun terpisah.Adhira telentang lunglai, meraup udara lembab yang menyelubungi dirinya. Ervan membebaskan tawanannya tanpa melepas rangkulan. Dia mendekap rusa mungil yang gemetaran itu dengan erat, enggan membiarkannya terpapar hawa dingin terlalu lama. Adhira meletakkan kepalanya tepat di kerangka rusuk Ervan, mendengar detak jantung yang masih terpacu cepat.Ervan memeriksa pergelangan tangan Adhira yang merah akibat ikatan tadi. Dia mengelusnya penuh penyesalan sambil menjilatinya dengan segenap kelembutan, “Apakah masih sakit?”A

DMCA.com Protection Status