Home / Pendekar / Dendam Titisan Ashura / Serangan di Bukit Utara

Share

Serangan di Bukit Utara

Author: Raiha Raisha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Mampus kau, Raksha!”

Baswara, Anjali, dan gerombolan mereka maju serentak dengan teriakan yang garang. Hawa membunuh yang memekat kuat memenuhi langit yang semakin gelap karena dipenuhi awan yang mendung.

Raksha balik badan lalu lari. Dia berlari lebih cepat dari mereka, buru-buru menuruni bukit lalu bersembunyi diantara salah satu batu besar yang ada disana. Cahaya biru kehijauan Kanuragan Wiratama yang memancar pelan di telapak tangan kanannya itu dia ubah menjadi busur dan anak panah emas.

Raksha sesekali mengintip dari batu besar tempat dia bersembunyi lalu melihat Baswara dan antek-anteknya tengah kebingungan mencarinya. Dengan gerakan yang perlahan dan lembut, dia angkat busurnya lalu tarik anak panahnya. Pandangannya tertuju pada kerumunan pendekar di belakang Baswara.

Dua anak panah emas melesat kencang menghantam helm zirah perak yang dikenakan pendekar Baswara hingga membuat keduanya tidak sadarkan diri. Baswara dan Anjali sadar akan serangan yang datang, tetapi anak buah m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dendam Titisan Ashura   Misteri yang Tersisa

    “Semuanya! Serang dia bersamaan!”Seruan Baswara membuat tiga belas pendekar pasukannya itu melempar lembing peraknya bersamaan ke arah Raksha. Rintik hujan dari langit kini menajam dengan puluhan lembing perak yang menghujani Raksha.Buru-buru Raksha berlari kencang sambil menjauh sambil menghindari lembing perak yang menghujaninya. Di tengah deru hujan yang menimpa, dia bisa merasakan ada suara angin yang tersayat dari belakang, menandakan lembing perak Baswara sedang melesat mengincar lehernya.Raksha tidak punya cukup waktu untuk menghindar. Dia balik badan lalu menangkis sekenanya menggunakan busur emasnya. Walau dia berhasil membuat arah lembing perak Baswara menjauh, tetapi pundak kanannya harus tersayat karena itu.“Ugh!”Raksha rubuh sejenak sambil menahan perih di pundaknya. Buru-buru dia bangun lagi lalu berlari lebih kencang. Kalau saja dia terlambat sedetik saja, puluhan lembing perak yang baru saja tiba akan mengenai tubuhnya sampai berlubang.Raksha terus berlari sampai

  • Dendam Titisan Ashura   Ingatan Rakshasa I

    “Kenapa diam? Kau bisu?”Tatapan tajam Raksha masih tertuju pada pendekar misterius yang tengah ditindih oleh Asoka dan Gardapati itu. Dia tidak merasakan adanya Kanuragan ataupun hawa membunuh dari pendekar misterius itu, tetapi dia merasakan kejanggalan yang kerapkali membuat jiwanya tidak tenang. Perasaan janggal ini timbul semenjak Chandra memberitahu kalau ada Pendekar Dunia Arwah lain di Udayana.“Kau pasti Pendekar Dunia Arwah.” tebak Raksha. Namun pendekar misterius itu belum menanggapi.“Dengar, aku menangkapmu seperti ini karena kau tidak mau diajak bekerja sama. Aku hanya ingin rahasia kita berdua aman, kawan. Jangan buat kondisi semakin rumit. Membunuhmu adalah pilihan terakhir.”“Pendekar Dunia Arwah? Ya, kau benar….”Akhirnya pendekar misterius itu buka mulut. Namun Raksha tidak menyangka kalau suaranya lembut seperti seorang wanita.“Kalau begitu kenapa lari dan mengancamku seperti itu? Aku tidak akan menyakitimu.” Raksha masih keheranan.“Aku tahu kau akan melakukan it

  • Dendam Titisan Ashura   Ingatan Rakshasa II

    “Yang Mulia! Mohon ikuti saya!”Raksha langsung paham dengan seruan Gardapati. Buru-buru dia naik ke punggung Gardapati lalu berpegangan erat sehingga dia bisa melesat jauh bersamaan dengan Suja, Asoka, Diendra, dan Sakuntala. Saat itu, Sakuntala masuk ke bawah tanah untuk bersembunyi dari raksasa yang berderap maju untuk melumat tuannya.“UOOOHHHH!”Sang raksasa menyeru keras tiada henti. Dia mengambil salah satu reruntuhan rumah yang ada didekatnya lalu menendangnya ke arah Raksha dan pengawalnya. Beruntung pengawal Raksha bergerak cepat untuk menghindar reruntuhan rumah yang menghantam ke tiap sisi.Raksha dan pengawalnya terus berlari menyusuri jalanan utama yang retak hebat dan penuh dengan timbunan reruntuhan rumah. Mereka berlari terus sampai akhirnya tiba di alun-alun kota. Namun setibanya disana, langit tiba-tiba menjadi gelap. Mereka baru sadar kalau langit gelap itu bukan dari awan yang menutupi cahaya senja, melainkan dari tubuh sang raksasa yang baru saja meloncat tinggi

  • Dendam Titisan Ashura   Ingatan Rakshasa III

    “Bawa aku ke kepalanya, Gardapati!”Seruan Raksha kala itu membuat Gardapati, sang siluman srigala, kian kencang berderap. Dia meloncat dari lantai atap rumah sekitar 100 kaki dari posisi Sang Raksasa, lalu berlari melewati jalan utama kota yang retak dan reruntuhan yang menghalangi.Di tengah perjalanan, Raksha mengepal tinju kirinya. Api ungu Kanuragan Ozora dan Petir merah Kanuragan Yaksha di tubuhnya mengalir kencang ke seluruh tubuhnya lalu terkonsentrasi kian pekat di sepanjang tangan kirinya. Garis hitam terpatri di sepanjang lengan kiri Raksha bersamaan dengan tumbuhnya tanduk hitam di sisi kiri kepalnaya.Raksha tahu kalau Kanuragan Ozora dan Kanuragan Yaksha dalam jiwanya itu tengah menyalak hebat, tetapi dia bisa mengendalikannya untuk saling bersinergi menjadi satu energi penghancur yang dahsyat. Tinju kirinya kini diselimuti kobaran api ungu dan kilatan petir merah hebat yang menari tiada henti. Fokusnya hanya satu, yaitu menghancurkan Sang Raksasa.Gardapati meloncat tin

  • Dendam Titisan Ashura   Ingatan Rakshasa IV

    “Jadi apa yang kau mau? Membunuhku di tempat aneh ini?”Raksha sengaja menantang Nandina, tetapi sang raksasa yang tengah menggenggam tubuhnya erat itu masih menahan nafsunya untuk tidak melumat Raksha hingga tewas. DIa tahu kalau Nandina-lah yang membuat sang raksasa itu tidak melakukan itu.“Kenapa jadi kesal? Apa kau masih marah kalau kemampuanmu sebagai Pendekar Kanuragan Wiratama tidak bisa berkembang setara seperti Sena?” Nandina terkekeh.“Kanuragan Wiratama hanyalah alat bagiku untuk menyusup ke Kerajaan Kanezka nantinya, Nandina…”“Heh…aku tahu itu, Raksha. Kanuragan Ozora dan Yaksha yang ada di dalam tubuhmu itu berlawanan dengan Kanuragan Wiratama yang tengah kau tempa. Walau kau punya bakat sebagai pendekar, tetapi tidak mungkin seorang pendekar bisa menguasai Kanuragan para dewa dan Kanuragan Pendekar Dunia Arwah bersamaan. Kedua kanuragan itu sejatinya berlawanan satu sama lain.”“…berarti itu juga berlaku padamu.”Nandina mengangkat bahunya. “ …memang benar. Tapi setida

  • Dendam Titisan Ashura   Ingatan Rakshasa V

    “Kenapa, Raksha? Apa lidahmu kelu karena genggaman sang raksasa?”Pertanyaan Nandina yang memancing itu belum membuat Raksha buka mulut. Dilihat dari manapun, Raksha tidak punya pilihan selain bekerja sama dengan Nandina agar dia bisa keluar dari dunia aneh ini. Namun hati kecilnya menjerit, mengatakan kalau dia tidak mungkin ikut andil dalam rencana Nandina untuk membantai banyak orang tidak berdosa di Nusantara ini dengan alasan para Rakshasa yang kelewat muluk itu.“Aku akui kekuatan Rakshasa memang hebat, Nandina. Tapi bukan begini caranya….” ujar Raksha.Nandina menghela napas panjang. Raut wajahnya menampikkan ekspresi kecewa. “Sudah berkali-kali kujelaskan, ternyata kau masih naif. Padahal aku kira kau berbeda dari kalangan Mavendra dan Yaksha yang dangkal itu.” ujarnya.“Tidak hanya Mavendra dan Yaksha, siapapun yang akalnya masih waras tahu kalau rencana pembantaian oleh para Rakshasa ini gila! Kau pikir kedamaian akan terbentuk setelah tragedi macam itu?!” tegas Raksha.“Man

  • Dendam Titisan Ashura   Saling Jaga Diri

    “Raksha…kumohon…bangun…” Sebelumnya, Raksha masih begitu berat untuk membuka kedua matanya. Percikan air dingin yang membasahi wajahnya masih belum cukup untuk membuat dia sadar dari tidurnya. Namun ketika ada tetesan air hangat yang memercik wajahnya, dia pun perlahan terbangun. Dalam pandangannya yang masih buram itu, sosok Sena yang tengah sibuk menyeka air mata yang tidak berhenti keluar di kedua pipinya itu terlihat begitu dekat dengannya. Raksha membuka mulutnya tetapi masih membisu. Telapak tangan kanannya dia julurkan hingga meraih wajah Sena, berusaha untuk menyeka air matanya walau tubuhnya masih lemas. “Jangan menangis…” gumam Raksha. Sena terbelalak kaget. Dia langsung menggenggam telapak tangan kanan Raksha sembari menyeka air mata yang tersisa di pipinya. Senyumnya leganya kembali merekah karena Raksha sudah sadar. “Syukurlah….syukurlah…terima kasih dewa….” Raksha diam, menunggu Sena menghentikan tangis dan gumamannya sejenak. Sekilas dia melihat ke sekitar, suara r

  • Dendam Titisan Ashura   Mencari Pusaka

    “Guru Nandina menghilang?”Raksha sampai mengulang pertanyaannya untuk kedua kali ketika Sena mendatanginya dengan raut wajah cemas. Sebenarnya, dia sudah menduga kalau Nandina tidak akan menunjukkan dirinya, tetapi dia harus memperlihatkan kalau dirinya ini tidak tahu agar Sena tidak curiga.“Y-ya, Raksha. Ini aneh. Padahal biasanya guru sudah ada semenjak pagi. Kalaupun tidak bisa, biasanya guru memberi kabar kepada kita kalau guru hendak ada urusan!” Sena masih tidak bisa menahan kecemasannya.“Apa kamu sudah cari beliau di Padepokan Udayana? Mungkin guru besar memanggil guru Nandina kesana mendadak…”Sena menggeleng. “Awalnya kukira juga begitu, tetapi aku tidak melihatnya disana. Kutanya prajurit yang disana pun mereka tidak melihat guru. Ini aneh…”Raksha beranjak dari kursinya lalu menghampiri Sena. “Sepertinya Guru Nandina ada urusan penting di luar kota. Bukannya guru bilang kalau beliau minta kita berlatih mandiri untuk persiapan Turnamen Sembilan Bintang Langit?” lanjutnya

Latest chapter

  • Dendam Titisan Ashura   Mencari Bantuan

    “Ah, ini tidak adil!”Sena menendang kursi yang ada di ruang jeruji depannya. Emosinya yang masih meletup-letup memaksa dia untuk duduk di salah satu ranjang jeruji sambil memijat-mijat dahinya yang mendadak terasa pusing. Niatannya untuk segera istirahat di Padepokan Kanuragan Wiratama pupus sudah karena keluarga Mahadri memaksa Raksha dan Sena masuk ke dalam penjara karena masih diduga mencuri pusaka suci milik Keluarga Jagadita dan Keluarga Nismara.“Padahal baru saja kita bebas dari penjara Keluarga Jagadita, sekarang Keluarga Mahadri malah memenjarakan kita lagi?! Ada apa dengan kebebalan mereka?! Mereka bahkan bilang kalau kita bisa bebas kalau kita bisa mengembalikan pusaka suci Keluarga Jagadita dan Keluarga Nismara?! Apa mereka itu dungu?! Sudah kubilang berkali-kali kalau kita berdua ini bukan pencuri!” Sena masih meluapkan amarahnya sambil mengepal kedua tinjunya keras. Cahaya perak Kanuragan Khsatriyans sempat memancar terang untuk membentuk tombak perak yang akan dia guna

  • Dendam Titisan Ashura   Ancaman Keluarga Mahadri

    “Ah, akhirnya kita sampai, Raksha!”Sena buru-buru beranjak sambil menatap pelabuhan Kota Udayana yang semakin dekat dari perahunya. Dari terpaan angin kencang dan air yang tidak berombak, dia tahu kalau perahu yang tengah dia tumpangi itu akan membawa dirinya dan Raksha beberapa menit lagi.Raksha yang melihat ke arah yang sama awalnya menghela napas lega karena dia pun ingin istirahat sejenak. Namun kecurigaan tiba-tiba datang menyelimuti pikirannya ketika dia melihat seorang pria jangkung bertubuh gemuk yang mengenakan seragam katun berwarna ungu dengan rompi dan ikat pinggang berwarna kuning tengah duduk di ujung pelabuhan Udayana. Pria itu adalah Panji Mahadri, salah satu pendekar Dewi Pertiwi yang dulu pernah hampir membunuhnya karena kebenciannya terhadap pendekar Kanuragan Wiratama.Raksha semakin waspada ketika melihat ada dua pria paruh baya yang mengenakan pakaian seragam katun ungu yang sama seperti Panji tengah berdiri tegak di sebelah Panji. Kedua pria paruh baya itu ber

  • Dendam Titisan Ashura   Kembali ke Pulau Udayana

    “Kami harus menghajar anda, Yang Mulia?”Asoka dan Gardapati masih kebingungan dengan perintah Raksha. Mereka berdua bahkan kaget ketika melihat Raksha memanggil Suja dari balik bayangannya.“Suja, kau pukul perutku. Asoka kau cabik punggungku. Gardapati kau gigit pundakku.” Perintah Raksha sembari menunjuk ke arah perut, punggung, dan pundaknya.“Apa Yang Mulia yakin dengan ini?” tanya Suja sama bingungnya.“Aku hanya ingin memastikan Sena percaya dengan ceritaku tadi. Cepat lakukan sebelum terlambat!” tegas Raksha sambil menyeru.Asoka dan Gardapati pun berhenti ragu. Asoka yang pertama kali melesat ke punggung Raksha lalu mencakar sebagian punggung Raksha dengan tinju cakarnya yang sengaja dia tidak buat terlalu mematikan agar tuannya bisa menahannya.Raksha bisa merasakan guratan yang tajam di sepanjang pinggangnya hingga darahnya sempat menyembur perlahan, tetapi dia masih bisa menahannya karena dia tahu Asoka menahan diri. Sepersekian detik setelah itu, Gardapati datang menerjan

  • Dendam Titisan Ashura   Perginya Sang Buto Ijo

    “Semuanya! Ikuti aku!”Usai Sena menyimpan tongkat emasnya di balik punggungnya, dia pun langsung mengangkut Wanda yang masih tidak sadarkan diri. Seruannya yang keras membuat perhatian puluhan pendekar dewa angin yang masih kewalahan untuk kembali bangkit untuk melarikan diri. Ardiman yang ikut dibantu bangkit oleh para pendekar dewa angin pun kini sadar akan kehadiran Sena yang baru saja menolongnya untuk menjauh. Dia melihat Rakshasa sedang mengalihkan perhatiannya untuk melawan Raksha.“Suradarma….kau…membantu…kami…?” ujar Ardiman di tengah tubuhnya yang sekarat dan tertatih-tatih.“Sekarang bukan saatnya untuk mencurigaiku dan Raksha, Tuan Ardiman! Kita harus segera melarikan diri!” seru Sena balik.Ardiman tidak bisa membantahnya. Kondisinya dan seluruh pasukannya sudah sekarat dan kalau Rakshasa kembali menyerangnya maka kematian adalah kepastian yang akan menimpa mereka semua. Dia pun akhirnya memilih untuk menghilangkan kecurigaan terhadap Sena dan Raksha, lalu memilih memuta

  • Dendam Titisan Ashura   Menolong Keluarga Jagadita

    “Raksha, biar aku yang urus ini.”Raksha berhenti melangkah sejenak ketika Sena memintanya sembari mengacungkan tongkat emasnya ke arah pintu goa yang ada di depannya itu. Hanya dengan satu hantaman, puing-puing batu yang menutup pintu goa itu hancur seketika oleh serangan Sena. Kini Sena dan Raksha bisa melihat sosok Rakshasas yang mengaung layaknya harimau raksasa yang hendak menerkam mangsanya, yakni Ardiman, Wanda, dan puluhan Pendekar Dewa Angin lainnya.“Astaga…baru pertama kali kulihat monster sebesar ini…” Sena mengencangkan pegangan tongkat emasnya sambil bersiaga penuh.“Monster itu masih mengincar Adriman. Kita punya kesempatan untuk menyerangnya dari belakang.” ujar Raksha sambil membuat telapak tangan kanannya memancarkan cahaya perak Kanuragan Khsatriyans sehingga membentuk pisau keris. Telapak tangan kirinya yang sudah menggenggam erat pisau kujang emas membuat dia semakin sigap dengan kemampuan silatnya.Namun Raksha tahu kalau Rakshasas bukanlah siluman biasa yang mud

  • Dendam Titisan Ashura   Munculnya Raksahsas

    “Wanda…bersiaplah. Akan kita serang mereka lagi sekaligus dengan jurus angin sakti!”Seruan keras Ardiman membuat Wanda langsung bersiaga sembari memasang kuda-kuda tegak. Dia melihat pusaka syal hijau pamannya kini memancarkan cahaya hijau sehingga angin tornado berputar kencang mengitari tubuh mereka dan pasukannya.Tepat setelah Ardiman mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah lima pengawal arwah elit yang sebelumnya menyerangnya, dia kini ikut mengarahkan telapak tangan kanannya. Angin kencang yang kini terkumpul di pusaka syal hijau Ardiman menguat, bersamaan dengan puluhan pendekar dewa angin yang baru saja menyembuhkan lukanya lalu ikut berkonsentrasi sehingga angin tornado Ardiman berputar semakin kencang.“Lima prajurit arwah itu tidak menyerang, paman! Ini kesempatan kita!” seru Wanda semangat.“Ya, kita-“Ardiman tiba-tiba berhenti menyeru ketika tanah yang dia, Wanda, dan puluhan prajuritnya pijak berguncang keras, sampai-sampai mereka hampir kehilangan keseimbangan dan

  • Dendam Titisan Ashura   Serangan Pengawal Elit Arwah Raksha

    “Pendekar Kanuragan Wiratama harusnya mampus!”Wanda berulang kali menyerukan hal itu dengan keki. Walau Birawa, Pendekar Kanuragan Wiratama yang dia dan keluarganya buru untuk keamanan Nusantara kini sudah mati, dia masih tidak terima kalau yang mengalahkan Birawa ternyata adalah Raksha dan Sena, dua Pendekar Kanuragan Wiratama yang kini paling hebat diantara pendekar kanuragan lainnya.Tidak hanya Keluarga Jaganita, Wanda ingat kalau keluarga lainnya dari Nismara, Mahadri, Pancaka, dan Bhagawanta pun belum menyerah untuk mengerdilkan Pendekar Kanuragan Wiratama sebelum mereka bergabung untuk ikut dalam kompetisi Turnamen Sembilan Bintang Langit.“…sepertinya kamu sudah tidak sabar untuk memenjarakan mereka di Udayana, nak.”Ardiman tiba-tiba menanggapi Wanda, yang merupakan keponakannya.“Ya, paman! Mereka masih membawa bahaya di Udayana nanti, apalagi saat mereka mengikuti Turnamen Sembilan Bintang Langit!” seru Wanda.“Aku mengerti, nak. Banyak keluarga militer Kanezka yang mulai

  • Dendam Titisan Ashura   Rencana Perlawanan Raksha

    “Jangan lambat kalian!”Sena dan Raksha lagi-lagi disentak oleh pendekar dewa angin yang ada di belakang mereka untuk melangkah lebih cepat. Mereka berdua tengah dalam perjalanan ke ujung utara hutan, dimana disana banyak bangunan rumah yang dibuat oleh pendekar dewa angin sebagai tempat mereka beristirahat dan berlatih di Pulau Babar.Raksha mengedarkan pandangannya sekilas. Dia melihat ada dua puluh lebih bangunan rumah yang jaraknya antar tumah sekitar 50 kaki tersebar di ujung hutan ini. Tidak banyak pohon yang tersebar di ujung hutan ini sehingga Raksha bisa merasakan kalau pendekar dewa angin yang ada disini lebih bebas untuk beraktivitas di tempat ini.Raksha yang awalnya mengira dia dan Sena akan dibawa ke salah satu rumah tersebut ternyata salah. Para pendekar dewa angin menyuruh mereka masuk ke salah satu goa yang ada sekitar 60 kaki di arah selatan tempat perumahan tersebut. Ketika Raksha melihat goa yang sempit itu dan jeruji di pintu goanya, dia baru sadar kalau para pen

  • Dendam Titisan Ashura   Ancaman Keluarga Militer Jagadita

    “Yang Mulia, ternyata benar, pasukan Kanezka tengah mendatangi goa ini dengan persenjataan lengkap.”Bisikan Sakuntala yang terdengar hanya di dalam hati Raksha kala itu sempat membuat Raksha berhenti mengubur mayat terakhir di Goa. Dia melirik Sena sekelabat, setelah dia memastikan kalau Sena masih sibuk mengubur, dia kembali fokus ke Sakuntala.“Berapa kekuatan?” tanya Raksha berbisik.“Tidak banyak, Yang Mulia. Sekitar 30 kekuatan. Mereka semua mengenakan seragam pendekar silat Udayana berwarna hijau.” jawab Sakuntala.“….berarti mereka dari Padepokan Kanuragan Wayu. Kenapa mereka ada di pulau ini?”“Saya tidak tahu pasti, Yang Mulia. Tetapi saya bisa merasakan hawa membunuh dari mereka. Harap berhati-hati, Yang Mulia Raksha.”Raksha diam sejenak lalu berpikir. Dia tahu kalau Padepokan Dewa Angin dan Padepokan Dewa Air seringkali berkoalisi dan bertukar ilmu ajian sakti sehingga dia tidak heran melihat Wanda Jagadita dan Taksa Nismara bisa menguasai jurus pengendalian air dan angin

DMCA.com Protection Status