Di apartemennya, Dara merebahkan tubuhnya dan berulangkali menghela nafas panjang. Entah mengapa yang ia ingat hanyalah ketika bersama Nathan. Berulangkali pria itu datang untuk menyelamatkan dirinya hari ini. Kebetulan hari ini, seakan sesuatu yang disengaja. Tidak mungkin kebetulan terjadi sampai dua kali.Dara menutup matanya dengan lengan kanannya, selain Nathan, ia juga mengingat ekspresi Maya yang begitu membenci Kana. Ternyata suaminya sama sekali tidak memberitahukan apapun kepada istri yang ia banggakan itu. Bahkan di malam pertamanya, ia datang untuk Dara. Di satu sisi ada rasa bahagia yang ia rasakan, namun, ada juga rasa sakit yang masih membekas di hatinya.Ia langsung membalik tubuhnya dan menenggelamkan wajahnya ke bantal. Memikirkan hal apa yang bagus dan harus ia lakukan agar bisa membuat kehidupan mereka hancur, sehancur hati Dara. Tiba-tiba, ia memiliki sebuah ide, untuk menghancurkan karir dan pekerjaan Rendra yang hanya merupakan karyawan di kantor. Ia tidak per
Setelah sampai di kantornya, Dara pun langsung menyantap sarapan paginya dan berulang kali ingatan perihal kejadian tadi terulang terus menerus. Hal itu justru membuat Dara terganggu. Karena tidak ingin memikirkan hal yang aneh-aneh apalagi cinta, Dara terus menerus berusaha untuk fokus ke dirinya sendiri dan juga menghancurkan hidup mantan kekasihnya. Ia masih tidak terima jika perasaannya dihancurkan begitu saja. Karena sepertinya berita sudah menyebar dan Rendra sudah hilang kesabaran, Dara yang merasa kasihan dengan Rendra langsung mengangkat teleponnya. "Kenapa, Rendra?" tanya Dara dengan berpura-pura tidak tahu. ["Dasar cewek nggak tahu diuntung! Kenapa kamu sebar rumor aneh ke kantorku sih! Berani banget kamu mau menghancurkan karirku!"] Nafas pria itu semakin cepat dan seperti marah dengan Dara. Sedangkan Dara hanya mendengarkannya dengan senyum-senyum sendiri. Ia merasa sangat bangga karena berhasil menghancurkan seorang yang sangat ia benci. "Bukankah uang dariku masih ba
"Aku memang kagum dengan apa yang kamu lakukan kepadaku. Apa yang kau korbankan padaku semuanya, tapi maaf, sepertinya hatiku belum bisa terbuka untuk siapapun." Dara menjelaskan perasaannya kepada pria itu, berharap ia akan mengerti bahwa Dara tidak bisa menerima perasaan dari pria itu."Saya mengerti, lalu, saya akan mencoba untuk menghancurkan hubungan mereka dengan mendekati Maya," tukas Rizal kepada Dara."Terima kasih, kau memang yang terbaik."Pria berbadan besar dengan rambut yang sedikit panjang itu hanya bisa tersenyum kecil, membuat pesonanya benar-benar hebat. Ia bahkan menjadi barista terfavorit di tempat kerja Dara. Ia memang berulang kali menyukai mendapatkan sesuatu yang tidak diduga dari Rizal, sepertin pernyataan cinta, atau memberikan sesuatu seperti karangan bunga, dan masih banyak lagi. Namun, Kana yang memang sejak awal setia kepada Rendra, tidak pernah menggubris perasaan Rizal tersebut."Baiklah kalau begitu, panggil saja jika butuh bantuan lagi." Rizal men
"Maaf ya, tempatnya berantakan. Ternyata banyak sekali barang yang harus kukemas," tutur Dara sembari mengangkat box satu ke depan pintu agar mudah memindahkannya ke mobil."Tidak masalah, lagipula ini akan dipindah, jadi wajar kalau berantakan." Rizal membantunya membawa box yang besar-besar."Kau tahu kenapa aku pindah di saat seperti ini?" tanya Kana kepada pegawainya itu."Kenapa?""Karena, aku yakin Rendra tidak sempat untuk mengurus hal lain selain pekerjaannya, jadi, aku bisa pindah tanpa ia ketahui kemana aku pindah … aku pintar bukan?" Dara tersenyum lebar kepada pria bertubuh besar itu.Melihat senyuman dari wanita itu, membuat jantung Rizal berdegup kencang. Ia melihat kecantikan yang dipancarkan oleh wanita itu membuat Rizal benar-benar terpana. Selama ia memendam sebuah perasaan di dadanya, ia sama sekali tidak pernah memalingkan mata dan hatinya dari wanita itu. Sayangnya, cintanya bertepuk sebelah tangan, hingga ia memiliki peluang pun, hanya
"Loh? Kamu?" Pria itu menunjuk Dara dengan tatapan terheran-heran."Kamu ngikutin aku sampai sini?" tuduh Dara dengan mudahnya."Hah? Gila kamu? Apartemenku juga di sini, tahu!" pekik pria itu sembari melipat kedua tangannya.Dara tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini, ia susah payah pindah untuk menghindari Rendra, tapi justru bertemu dengan pria yang juga ia hindari."Ya Tuhan, kau ingin aku berbuat apa sih?" keluh Dara dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Oh, kau yang barusan pindah itu ya? Tidak kusangka ternyata kau pindah di sini. Apartemen kita juga berhadapan, ha ha ha."Nathan tertawa puas ketika melihat wanita itu ternyata berada satu gedung dengannya. Dara merasa kesal dengan Nathan, padahal ia bukan musuh Dara, entah mengapa tiap Nathan datang ke dalam hari-harinya, jantungnya berdegup cukup kencang."Kalau begitu, aku turun dulu ke bawah. Aku harus beli minum," tutur Dara sembari beranjak meninggalkan Nathan."Mau kuantar?" tawar Nathan kepada tetan
Semalam suntuk Dara tak bisa tidur, hingga pada akhirnya membuat wanita itu tidur terlalu malam. Ia baru saja pindah dan belum bisa beradaptasi dengan tempat yang baru. Ia juga sesekali memikirkan tindakannya yang merupakan kebenaran atau justru salah besar. Selama ini, Dara hanya membenarkan apa yang ia lakukan dan tidak peduli apa kata orang di sekitarnya.Rendra pun masih saja mengirimkan beberapa pesan kepada Dara. Entah berupa permintaan maaf, ujaran kebencian, bahkan masih meminta uang untuk keegoisannya sendiri, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Dara.Wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan Rendra. Ia sudah lelah karena terus menerus dipermainkan. Terlebih, Rendra sudah punya istri, masih saja kembali dan tidak membuka pikirannya."Dasar pria tidak tahu diri!" gumam Dara terlihat kesal dengan sikap Rendra yang tidak tahu diri itu.Mengapa dulu ia begitu bodoh dan tidak ingin ditinggalkan?Dara beranjak dari kasur dan memulai aktivitasnya di apartemen barunya. Masih banyak b
Semalam suntuk Dara tak bisa tidur, hingga pada akhirnya membuat wanita itu tidur terlalu malam. Ia baru saja pindah dan belum bisa beradaptasi dengan tempat yang baru. Ia juga sesekali memikirkan tindakannya yang merupakan kebenaran atau justru salah besar. Selama ini, Dara hanya membenarkan apa yang ia lakukan dan tidak peduli apa kata orang di sekitarnya.Rendra pun masih saja mengirimkan beberapa pesan kepada Dara. Entah berupa permintaan maaf, ujaran kebencian, bahkan masih meminta uang untuk keegoisannya sendiri, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Dara.Wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan Rendra. Ia sudah lelah karena terus menerus dipermainkan. Terlebih, Rendra sudah punya istri, masih saja kembali dan tidak membuka pikirannya."Dasar pria tidak tahu diri!" gumam Dara terlihat kesal dengan sikap Rendra yang tidak tahu diri itu.Mengapa dulu ia begitu bodoh dan tidak ingin ditinggalkan?Dara beranjak dari kasur dan memulai aktivitasnya di apartemen b
"Dia nampak malu melihat saya. Bahkan dia langsung mau ketika saya meminta nomor hp wanita itu," tutur Rizal kepada Dara."Tuh, kan! Perempuan murahan begitu, dikata baik!" ketus Dara yang merasa kesal ketika ia mengetahui sebuah fakta perihal wanita tersebut."Lalu, saya harus mendekatinya sampai dia benar-benar mencintai saya?" tanya Rizal yang mempertanyakan pekerjaannya."Iya dong! Kuserahkan semuanya kepadamu ya! Aku saat ini harus pulang dulu," tutur Dara yang melihat jam di ponselnya."Baiklah."Rizal pun kembali mengantarkan Dara untuk pulang ke apartemennya. Rizal pun juga harus pergi bekerja di bar milik Dara.Beberapa menit kemudian, mereka sampai di basement apartemen, Dara meminta Rizal untuk tidak turun dan mengantarnya pulang karena Dara akan kembali ke apartemennya sendirian. Mendengar perintah tersebut, Rizal langsung menuruti wanita itu dan segera pergi dari apartemen Dara.Dara menghela nafas panjang dan tersenyum kecil, rencananya untu
Semenjak hubungan Dara dan Nathan berubah menjadi resmi pacaran, Dara pun mulai menjalani dendamnya seperti yang sudah dia rencanakan. Mengingat, dia sudah menjadi milik Nathan, maka, dia tidak boleh membuat Nathan sakit hati lebih dari ini, yang Dara lakukan sudah cukup membuat Nathan sakit hati dan tentunya menunggu cukup lama.Sembari menunggu Rendra sembuh total, mereka berdua terus menerus menemui Rendra dan mempererat hubungan mereka agar bisa makin menuju ke jenjang lebih serius. Nathan ingin bicarakan kepada Rendra, namun, jika dia bicarakan sekarang, rencana Dara akan gagal total dan pasti akan membuat Dara bersedih bahkan tidak senang mendengarnya."Menurutmu, ayahnya Rendra perlu mendapatkan pelajaran?" tanya Dara ketika mereka tengah menuju ke rumah sakit."Tentu saja. Aku hanya belum bertindak saja. Sejujurnya, dia bekerja di perusahaanku, jadi, mudah saja memecatnya kapanpun aku mau." Nathan menyetir mobil dan fokus ke jalanan."Ngeri juga ya," tutur Dara sembari ngeri k
Hubungan mereka pun sudah mulai berlaku di hari itu juga. Artinya, Nathan menang dalam taruhan mereka dan dia bisa mendapatkan Dara sepenuhnya. Namun, Dara juga harus bisa melepaskan Rendra jika dia akan memulai kehidupan yang baru."Nathan, boleh kita ke apartemenku setelah ini? Aku ingin memberikan kabar bahagia ini kepada mereka berdua," ucap Dara dengan senyuman. Dia mulai bisa terbiasa dengan situasi seperti ini. Meskipun awalnya dia sangat canggung karena status mereka berdua berubah secara tiba-tiba."Tentu saja, dengan senang hati aku akan melakukannya," ucap Nathan yang terlihat cukup bahagia dan seperti tak bisa berhenti mengeluarkan senyuman manisnya itu.Dara pun semakin tidak kuat melihat pria itu yang nampak semakin tampan di mata Dara, padahal sebelumnya pria itu biasa saja dan sedingin kulkas. Mengapa tiba-tiba dia melihat Nathan menjadi seperti itu, ya?"Nathan, sebelumnya, aku harus bilang ini kepadamu. Karena ini semua adalah rencanaku dan kamu harus tahu. Aku tidak
Keesokan hari pun tiba, di mana Dara sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Nathan. Setelah semalaman dia memikirkan apa yang harus dia putuskan. Entah mengapa hatinya lebih mengarah ke Nathan daripada Rendra. Lagipula, kedua orang tua Dara jelas sudah tidak setuju dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya. Beda dengan Nathan yang datang ke hidup Dara dan disambut baik oleh mereka semua.Menjelang jam pertemuan, Dara sangat gugup. Dia bahkan sejak tadi pagi tidak keluar dari kamarnya karena lebih memilih harus memutuskan yang mana dan tidak ingin salah pilih seperti dulu. Dia ingin memantapkan diri untuk memilih Nathan meskipun ia masih memiliki sedikit rasa kepada Rendra.Tiba-tiba, ibunya Dara masuk ke dalam kamar Dara dan menyapa putrinya yang tengah galau dan tengah dilanda kebingungan itu.“Dara, kamu baik-baik saja?” tanya ibunya Dara sembar membawakan sarapan pagi.“Aku baik-baik saja, Bu. Ada apa, Bu?” tanya Dara yang berusaha tersenyum.“Syukurlah jika kamu baik-baik sa
Dara menceritakan perihal apa yang terjadi kepada Dara barusan. Karena tidak ingin salah langkah, ia pun menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Sudah cukup juga usia Dara untuk menikah. Jika dia serius, dia pasti bisa menuju ke jenjang yang lebih serius.“Begitulah, Nathan tiba-tiba bilang begitu kepadaku. Aku sama sekali tidak menyangka jika pria itu akan mengucap hal seperti itu kepadaku,” ucap Dara kepada kedua orang tuanya.“Sebenarnya, ayah sudah mengetahui ini sejak awal. Ayah juga merasa bahwa Nathan itu sudah lama menyukai kamu, Dara.” Jaka menjawab begitu dan memang sudah sedari awal mengetahui semuanya.“Ayah sudah sadar sejak lama? Lalu menurut ayah gimana?” tanya Dara yang langsung menatap ke arah ayahnya itu. Ayahnya terlihat sangat santai dan masih bisa tersenyum di depan putri dan juga istrinya.“Kalau kamu tanya menurut ayah, sebagai laki-laki, ayah jelas bisa melihat sikap dan sifat Nathan selama ini. Dia pria yang baik, bahkan dia sangat menyayangi kita, dan suda
Dara jelas semakin terkejut dengan ucapan Nathan barusan. Dia bahkan tak pernah berpikir sejauh itu, apalagi sampai ada statement bahwa Nathan menyukai Dara, hal itu bahkan tak pernah sedikitpun ada di kepala Dara.“Jangan bercanda, Nathan. Nggak lucu ih!” ucap Dara yang berusaha menahan rasa canggungnya.“Aku serius, Dara.” Nathan berusaha menatap manik mata wanita yang sedari tadi memalingkan pandangannya dari Nathan.Dara pun hanya bisa diam saja sembari menatap ke luar jendela yang berada di hadapannya itu. Mengapa di saat seperti ini, pria itu justru mengutarakan apa yang ia rasakan. Mengapa ia mengutarakannya di saat yang tidak tepat? Mengapa saat Dara susah sekali berpaling dari Rendra.“Kamu berkata begitu biar aku bisa jauh dari Rendra, bukan?” tanya Dara.Dara pun masih berusaha untuk berpikir positif akan ucapan Nathan. Ia masih saja berpikir jika Nathan tidak serius dan hanya main-main saja. Selama ini, dia memang penasaran terhadap Nathan, namun, dia tidak menyangka jika
Selepas kepindahan Rendra, beberapa hari setelah Rendra pindah, Dara pun baru sempat menemui Rendra, karena pekerjaannya cukup banyak dan membuat Dara tak punya waktu untuk pergi kemanapun selain mengurus pekerjaannya itu.Dara pergi ke rumah sakit di mana Rendra dirawat, ia pergi dengan menggunakan taxi karena Nathan juga tengah sibuk mengurus meeting di kantor. Dara tidak masalah dengan itu, di dalam taksi, dia berulang kali melihat ke jam yang ada di tangannya dan merasa jika supir taksinya mengendarai cukup lama hingga membuat Dara cukup gemas.Hingga sampailah dia ke rumah sakit yang cukup besar dan juga megah. Dara bahkan sempat tertegun kala melihat mewahnya bangunan di sana. Ia masuk dan langsung pergi ke lantai 4 di mana Rendra dirawat dan identitasnya juga disembunyikan, mengingat Rendra saat ini sedang berada dalam bahaya jika tidak disembunyikan. Ayahnya Maya sudah pasti akan geram jika Rendra tidak mati dalam insiden kecelakaan itu.Sampai di lantai 4, Dara masuk ke ruang
Beberapa hari pun berlalu, Dara hanya tinggal menunggu Rendra sembuh dari rumah sakit saja. Ketika Rendra sudah bisa ditemui, polisi berulang kali datang untuk melihat kondisi Rendra dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rendra. Lalu, kebenarannya tentang narkoba yang dikonsumsi oleh pria itu. Saat dituduh seperti itu, Maya bahkan hanya bisa diam dan tidak membela suaminya sama sekali, bahkan, dia berniat untuk meninggalkan suaminya atas tuduhan yang tidak benar itu.“Benar kamu mengkonsumsi narkoba?” tanya Maya di depan para polisi.“Nggak! Serius! Aku sama sekali nggak pernah konsumsi narkoba, mabuk, dan lain sebagainya itu nggak pernah!” tutur Rendra yang berusaha untuk membela dirinya sendiri.“Terus kenapa ada narkoba di minuman kamu kalau bukan kamu yang konsumsi?” tanya Maya.“Setelah aku pulang dari pertemuan keluarga kita kemarin, aku diberi kopi oleh pelayan yang bekerja di sana. Setelah itu aku langsung nggak sadarkan diri dan nggak bisa kendalikan mobilku, aku
Dara langsung mengenakan pakaiannya tanpa memperhatikan Nathan yang sudah semakin mendekat ke arahnya. Hingga Nathan pun memeluk Dara dari belakang dan kepalanya berada dekat dengan kepala Dara.“A–apaan sih! Kamu ngapain? Ada ayah sama ibuku di luar loh!” ucap Dara yang sedikit panik kala pria itu berlaku seperti itu.“Dulu kamu melakukan ini kepadaku biasa saja, kenapa sekarang kamu jadi gugup ketika berada di dekatku?” tanya Nathan dengan blak-blakkan.“I–itu karena dulu aku bekerja untuk hal seperti itu, sekarang kan sudah tidak lagi!” ucap Dara yang semakin panik ketika Nathan terlihat semakin erat mendekap Dara.Pria itu perlahan mengusap perut Dara dan naik ke dadanya, hingga Nathan berhasil mendapatkan kedua gundukkan yang cukup besar, dan karena Dara sudah lama sekali tidak melakukan hal seperti itu, ia langsung memiliki hasrat yang besar untuk melakukannya dengan Nathan. Namun, ia masih berusaha menahannya karena tidak ingin ia melakukan itu kepada Nathan.“Nathan, kumohon a
[“Apa yang kamu perbuat kepada putraku?”] tanya pria itu dengan nada yang terdengar kesal.“Apa maksud anda?” Dara jelas bingung dengan apa yang dikatakan oleh pria itu, mengingat ia sama sekali tak pernah menyentuh Rendra belakangan ini. Apakah ada pembicaraan lain atau hal lain yang tidak diketahui oleh Dara.[“Mengapa sampai Rendra bisa kembali mencintaimu? Kamu pellet dia, ya!”] tuduh pria itu.“Oh, Jika dia menyukai saya bukankah itu haknya? Dia juga terlihat frustasi menjadi suami Maya. Jadi, bukankah kehadiran saya dalam kehidupan Rendra membuatnya jauh lebih baik?” tanya Dara sembari tersenyum puas mendengar perkataan seperti itu.[“Kau hanya akan menghancurkan apa yang sudah anakku dan aku lakukan saat ini! Apa kau tidak memikirkan bagaimana hancurnya kami berdua ketika nanti pria itu mengetahui kelakuan menantunya!”] bentak Jaya kepada Dara.“Bukankah saya sudah pernah bilang? Jika anda membersihkan nama baik ayah saya, maka saya akan langsung menjauh dari putra anda. Namun,