Semalam suntuk Dara tak bisa tidur, hingga pada akhirnya membuat wanita itu tidur terlalu malam. Ia baru saja pindah dan belum bisa beradaptasi dengan tempat yang baru. Ia juga sesekali memikirkan tindakannya yang merupakan kebenaran atau justru salah besar. Selama ini, Dara hanya membenarkan apa yang ia lakukan dan tidak peduli apa kata orang di sekitarnya.Rendra pun masih saja mengirimkan beberapa pesan kepada Dara. Entah berupa permintaan maaf, ujaran kebencian, bahkan masih meminta uang untuk keegoisannya sendiri, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Dara.Wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan Rendra. Ia sudah lelah karena terus menerus dipermainkan. Terlebih, Rendra sudah punya istri, masih saja kembali dan tidak membuka pikirannya."Dasar pria tidak tahu diri!" gumam Dara terlihat kesal dengan sikap Rendra yang tidak tahu diri itu.Mengapa dulu ia begitu bodoh dan tidak ingin ditinggalkan?Dara beranjak dari kasur dan memulai aktivitasnya di apartemen b
"Dia nampak malu melihat saya. Bahkan dia langsung mau ketika saya meminta nomor hp wanita itu," tutur Rizal kepada Dara."Tuh, kan! Perempuan murahan begitu, dikata baik!" ketus Dara yang merasa kesal ketika ia mengetahui sebuah fakta perihal wanita tersebut."Lalu, saya harus mendekatinya sampai dia benar-benar mencintai saya?" tanya Rizal yang mempertanyakan pekerjaannya."Iya dong! Kuserahkan semuanya kepadamu ya! Aku saat ini harus pulang dulu," tutur Dara yang melihat jam di ponselnya."Baiklah."Rizal pun kembali mengantarkan Dara untuk pulang ke apartemennya. Rizal pun juga harus pergi bekerja di bar milik Dara.Beberapa menit kemudian, mereka sampai di basement apartemen, Dara meminta Rizal untuk tidak turun dan mengantarnya pulang karena Dara akan kembali ke apartemennya sendirian. Mendengar perintah tersebut, Rizal langsung menuruti wanita itu dan segera pergi dari apartemen Dara.Dara menghela nafas panjang dan tersenyum kecil, rencananya untu
BUAKH!Pukulan keras mendarat di wajah kedua pria itu. Sedangkan Rendra terkejut bukan main ketika kedua pria berbadan besar yang ia bawa justru tumbang di hadapan pria yang tidak dikenal oleh Rendra."Siapa kau! Beraninya kau datang ke— eh?"Rendra terkejut bukan main ketika yang datang menyelamatkan Dara adalah Nathan, temannya sendiri."Kau? Kenapa kau ada di sini!" teriak Rendra yang kebingungan ketika melihat Nathan berada di hadapannya.Nathan hanya mengernyitkan keningnya dan menarik tangan Kana dari hadapan Rendra membuat Rendra membelalakkan matanya. Namun, setelah itu, perlahan Dara melepaskan genggamannya dari tangan Nathan."Apa-apaan sikap bodohmu itu, Rendra? Kau membuang Dara setelah kau berani menjualnya?" tanya Nathan yang kesal dengan sikapnya tersebut."Itu bukan urusanmu. Orang tuaku mana mau menerima wanita bekas seperti dia!" tunjuk Rendra dengan kesal."Lalu, kau mengirim pesan begitu kepadaku untuk apa!" pekik Dara yang terbawa emosi."Agar aku bisa mendapatkan
"Bukan apa-apa. Sepertinya aku sudah pernah bilang kepadamu, aku tidak tega melihatmu seperti ini. Kau ingin balas dendam, tapi kamu sendiri tidak bisa menyentuh pria yang akan kau balas perbuatannya tersebut," ucap Nathan."Begitu ya?""Jadi gimana? Aku sudah bertanya ketiga kalinya nih! Sekali lagi kau membuatku mengajukan diriku untuk mengantarkan kamu pulang, kuberi piring cantik nih!" ketus Nathan dengan sorot mata tajamnya.Dara sebenarnya tidak ingin merepotkan siapapun. Ia juga masih tidak enak hati dengan masalah tadi, namun, ia juga bepikir, di bus belum tentu dia akan duduk dengan wanita, lalu, bisa saja ada pria yang jahat kepadanya. Hari juga mulai gelap."Satu ...."Nathan mulai menghitung, seakan membutuhkan jawaban Dara dengan cepat."Ih, sabar dong!" prote Dara."Dua ...."Dara semakin bingung dengan pilihan yang ia buat sendiri."Yaudah deh, yaudah! Anterin aku sampai rumah deh, aku nggak maksa kamu ya! Jangan sampai nanti
Tiga jam berlalu, Nathan menyentuh pipi Dara dan membuat Dara membuka matanya perlahan. Ia pun mengucek matanya dulu agar sadar dari tidurnya. Ketika sudah membuka matanya, Dara melihat mereka sudah berada di dalam kampung, tetapi, belum sampai di rumah Dara."Aku nggak tahu jalannya. Ini harus ke mana? Maaf ya, bikin kamu bangun dari tidur kamu," tutur Nathan yang meminta maaf kepada wanita itu karena merasa tidak enak hati."Oh, tidak masalah. Aku yang nggak enak karena bukannya nemenin kamu malah tidur."Hari pun sudah semakin gelap, pantas saja Nathan takut jika mengikuti google map karena jalan yang kecil dan hanya bisa dilewati satu mobil."Ini lurus aja, Nathan. Nanti keluar dari sini jalannya luas kok," ucap Dara sembari menunjuk ke depan."Bener nih?" Nathan meragukan perkataan wanita itu."Iya, lurus aja.""Kamu bener-bener dari desa ya? Jalannya sempit banget!" Nathan mulai melaju ke tempat yang ditunjuk oleh Dara."Terus aja sindir!" geram Dara yang terus menerus diejek ol
"Ngadi-ngadi gimana sih? Serius, ibu pernah bertemu dengan pria itu," ucap ibunya Dara sembari mengingat kembali wajah Nathan yang terlihat tidak asing. "Di mana, coba?" Dara masih tidak percaya dengan ibunya itu, dan masih saja menentang pernyataan beliau. Namun, beliau sama sekali tidak ingat. Karena menurutnya, kejadian itu sudah sangat lama sekali. Dara pun hanya bisa tersenyum kesal sembari menatap ibunya. "Sudahlah, Bu. Nggak usah dipikirin juga, mungkin, ibu salah orang," ucap Dara sembari berlalu dan pergi meninggalkan ibunya di kamar tamu. Dara kembali ke ruang tamu dan menemui Nathan yang tengah menyandarkan tubuhnya di kursi. Ia seperti kelelahan dan tengah beristirahat. "Pokoknya, besok kamu balik loh!" usir Dara yang sudah mewanti-wanti pria itu. "Iya, Dara. Astaga. Besok aku balik kok. Ini karena udah malam aja, jalan ke rumahmu juga jelek banget!" ketus Nathan dengan mulut pedasnya. "Lama-lama kusuruh tidur di luar nih!" balas Dara yang j
Di pagi Hari, terlihat Nathan sudah rapi dengan pakaiannya dan sudah siap untuk pulang. Ibunya Dara mengeringkan pakaian Nathan agar bisa digunakan lagi.Dara keluar dari kamar dengan rambut acak-acakkan dan masih mengenakan piyama. Ia menatap pria itu dengan heran."Kamu udah mau balik?" tanya Dara yang langsung duduk di kursi."Iya. Aku ada meeting jam 10.""Ih! Kenapa nggak bilang dari awal sih! Kalau bilang kan kamu nggak perlu repot-repot antar aku pulang, dasar pria bodoh!" umpat Dara kepada Nathan sembari sedikit merasa bersalah."Tidak masalah. Mengantarmu pulang juga bukan sebuah beban, dan aku menikmati hariku di sini bersama orang tuamu, meskipun hanya sebentar," tutur Nathan.Tiba-tiba, dari arah dapur, terlihat ibunya Dara yang sudah membawakan bekal makanan untuk Nathan. Melihat hal itu, Dara langsung terkejut dan mengernyitkan keningnya."Aduh, Bu Ayu, saya jadi nggak enak!" ucap Nathan sembari terseyum ketika ibunya menyodorkan bekal untuk Nathan."Bahkan Nathan menget
"Ck! Beraninya dia melakukan ini kepadaku! Padahal dia yang salah!" umpat Dara ketika masuk ke dalam kamar. Dara langsung menelpon Rendra menggunakan nomor private, ia tidak ingin nomor barunya diketahui oleh Rendra.Hingga dering ketiga, Rendra pun mengangkat telepon Dara.["Hallo?"]"Rendra! Beraninya kamu menghancurkan pekerjaan ayahku! Kamu memang nggak punya hati!" ucap Dara dengan sangat kesal kepada Rendra.["Oh! Yang jadi sasaran ayahku itu ternyata ayahmu? Selamat ya! Itu karena kamu mengganggu pernikahanky dengan Maya kemarin! Makan tuh korupsi!"] ucap Rendra yang terlihat bahagia."Sial! Kau boleh menghancurkan aku! Tapi tolong jangan hancurkan ayahku! Kau hanya bisa merusak kehidupan beliau saja!" hardik Dara yang mengancam Rendra agar tidak lagi mengganggu ayahnya.["Bukannya kita setimpal? Kau menghancurkanku, aku menghancurkanmu. Kau juga menghancurkan karirku, aku juga bisa menghancurkan karir orang-orang terdekatmu!"] ancam Rendra kepada mantan kekasihnya itu."Keterl