"Aku memang kagum dengan apa yang kamu lakukan kepadaku. Apa yang kau korbankan padaku semuanya, tapi maaf, sepertinya hatiku belum bisa terbuka untuk siapapun." Dara menjelaskan perasaannya kepada pria itu, berharap ia akan mengerti bahwa Dara tidak bisa menerima perasaan dari pria itu."Saya mengerti, lalu, saya akan mencoba untuk menghancurkan hubungan mereka dengan mendekati Maya," tukas Rizal kepada Dara."Terima kasih, kau memang yang terbaik."Pria berbadan besar dengan rambut yang sedikit panjang itu hanya bisa tersenyum kecil, membuat pesonanya benar-benar hebat. Ia bahkan menjadi barista terfavorit di tempat kerja Dara. Ia memang berulang kali menyukai mendapatkan sesuatu yang tidak diduga dari Rizal, sepertin pernyataan cinta, atau memberikan sesuatu seperti karangan bunga, dan masih banyak lagi. Namun, Kana yang memang sejak awal setia kepada Rendra, tidak pernah menggubris perasaan Rizal tersebut."Baiklah kalau begitu, panggil saja jika butuh bantuan lagi." Rizal men
"Maaf ya, tempatnya berantakan. Ternyata banyak sekali barang yang harus kukemas," tutur Dara sembari mengangkat box satu ke depan pintu agar mudah memindahkannya ke mobil."Tidak masalah, lagipula ini akan dipindah, jadi wajar kalau berantakan." Rizal membantunya membawa box yang besar-besar."Kau tahu kenapa aku pindah di saat seperti ini?" tanya Kana kepada pegawainya itu."Kenapa?""Karena, aku yakin Rendra tidak sempat untuk mengurus hal lain selain pekerjaannya, jadi, aku bisa pindah tanpa ia ketahui kemana aku pindah … aku pintar bukan?" Dara tersenyum lebar kepada pria bertubuh besar itu.Melihat senyuman dari wanita itu, membuat jantung Rizal berdegup kencang. Ia melihat kecantikan yang dipancarkan oleh wanita itu membuat Rizal benar-benar terpana. Selama ia memendam sebuah perasaan di dadanya, ia sama sekali tidak pernah memalingkan mata dan hatinya dari wanita itu. Sayangnya, cintanya bertepuk sebelah tangan, hingga ia memiliki peluang pun, hanya
"Loh? Kamu?" Pria itu menunjuk Dara dengan tatapan terheran-heran."Kamu ngikutin aku sampai sini?" tuduh Dara dengan mudahnya."Hah? Gila kamu? Apartemenku juga di sini, tahu!" pekik pria itu sembari melipat kedua tangannya.Dara tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini, ia susah payah pindah untuk menghindari Rendra, tapi justru bertemu dengan pria yang juga ia hindari."Ya Tuhan, kau ingin aku berbuat apa sih?" keluh Dara dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Oh, kau yang barusan pindah itu ya? Tidak kusangka ternyata kau pindah di sini. Apartemen kita juga berhadapan, ha ha ha."Nathan tertawa puas ketika melihat wanita itu ternyata berada satu gedung dengannya. Dara merasa kesal dengan Nathan, padahal ia bukan musuh Dara, entah mengapa tiap Nathan datang ke dalam hari-harinya, jantungnya berdegup cukup kencang."Kalau begitu, aku turun dulu ke bawah. Aku harus beli minum," tutur Dara sembari beranjak meninggalkan Nathan."Mau kuantar?" tawar Nathan kepada tetan
Semalam suntuk Dara tak bisa tidur, hingga pada akhirnya membuat wanita itu tidur terlalu malam. Ia baru saja pindah dan belum bisa beradaptasi dengan tempat yang baru. Ia juga sesekali memikirkan tindakannya yang merupakan kebenaran atau justru salah besar. Selama ini, Dara hanya membenarkan apa yang ia lakukan dan tidak peduli apa kata orang di sekitarnya.Rendra pun masih saja mengirimkan beberapa pesan kepada Dara. Entah berupa permintaan maaf, ujaran kebencian, bahkan masih meminta uang untuk keegoisannya sendiri, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Dara.Wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan Rendra. Ia sudah lelah karena terus menerus dipermainkan. Terlebih, Rendra sudah punya istri, masih saja kembali dan tidak membuka pikirannya."Dasar pria tidak tahu diri!" gumam Dara terlihat kesal dengan sikap Rendra yang tidak tahu diri itu.Mengapa dulu ia begitu bodoh dan tidak ingin ditinggalkan?Dara beranjak dari kasur dan memulai aktivitasnya di apartemen barunya. Masih banyak b
Semalam suntuk Dara tak bisa tidur, hingga pada akhirnya membuat wanita itu tidur terlalu malam. Ia baru saja pindah dan belum bisa beradaptasi dengan tempat yang baru. Ia juga sesekali memikirkan tindakannya yang merupakan kebenaran atau justru salah besar. Selama ini, Dara hanya membenarkan apa yang ia lakukan dan tidak peduli apa kata orang di sekitarnya.Rendra pun masih saja mengirimkan beberapa pesan kepada Dara. Entah berupa permintaan maaf, ujaran kebencian, bahkan masih meminta uang untuk keegoisannya sendiri, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Dara.Wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan Rendra. Ia sudah lelah karena terus menerus dipermainkan. Terlebih, Rendra sudah punya istri, masih saja kembali dan tidak membuka pikirannya."Dasar pria tidak tahu diri!" gumam Dara terlihat kesal dengan sikap Rendra yang tidak tahu diri itu.Mengapa dulu ia begitu bodoh dan tidak ingin ditinggalkan?Dara beranjak dari kasur dan memulai aktivitasnya di apartemen b
"Dia nampak malu melihat saya. Bahkan dia langsung mau ketika saya meminta nomor hp wanita itu," tutur Rizal kepada Dara."Tuh, kan! Perempuan murahan begitu, dikata baik!" ketus Dara yang merasa kesal ketika ia mengetahui sebuah fakta perihal wanita tersebut."Lalu, saya harus mendekatinya sampai dia benar-benar mencintai saya?" tanya Rizal yang mempertanyakan pekerjaannya."Iya dong! Kuserahkan semuanya kepadamu ya! Aku saat ini harus pulang dulu," tutur Dara yang melihat jam di ponselnya."Baiklah."Rizal pun kembali mengantarkan Dara untuk pulang ke apartemennya. Rizal pun juga harus pergi bekerja di bar milik Dara.Beberapa menit kemudian, mereka sampai di basement apartemen, Dara meminta Rizal untuk tidak turun dan mengantarnya pulang karena Dara akan kembali ke apartemennya sendirian. Mendengar perintah tersebut, Rizal langsung menuruti wanita itu dan segera pergi dari apartemen Dara.Dara menghela nafas panjang dan tersenyum kecil, rencananya untu
BUAKH!Pukulan keras mendarat di wajah kedua pria itu. Sedangkan Rendra terkejut bukan main ketika kedua pria berbadan besar yang ia bawa justru tumbang di hadapan pria yang tidak dikenal oleh Rendra."Siapa kau! Beraninya kau datang ke— eh?"Rendra terkejut bukan main ketika yang datang menyelamatkan Dara adalah Nathan, temannya sendiri."Kau? Kenapa kau ada di sini!" teriak Rendra yang kebingungan ketika melihat Nathan berada di hadapannya.Nathan hanya mengernyitkan keningnya dan menarik tangan Kana dari hadapan Rendra membuat Rendra membelalakkan matanya. Namun, setelah itu, perlahan Dara melepaskan genggamannya dari tangan Nathan."Apa-apaan sikap bodohmu itu, Rendra? Kau membuang Dara setelah kau berani menjualnya?" tanya Nathan yang kesal dengan sikapnya tersebut."Itu bukan urusanmu. Orang tuaku mana mau menerima wanita bekas seperti dia!" tunjuk Rendra dengan kesal."Lalu, kau mengirim pesan begitu kepadaku untuk apa!" pekik Dara yang terbawa emosi."Agar aku bisa mendapatkan
"Bukan apa-apa. Sepertinya aku sudah pernah bilang kepadamu, aku tidak tega melihatmu seperti ini. Kau ingin balas dendam, tapi kamu sendiri tidak bisa menyentuh pria yang akan kau balas perbuatannya tersebut," ucap Nathan."Begitu ya?""Jadi gimana? Aku sudah bertanya ketiga kalinya nih! Sekali lagi kau membuatku mengajukan diriku untuk mengantarkan kamu pulang, kuberi piring cantik nih!" ketus Nathan dengan sorot mata tajamnya.Dara sebenarnya tidak ingin merepotkan siapapun. Ia juga masih tidak enak hati dengan masalah tadi, namun, ia juga bepikir, di bus belum tentu dia akan duduk dengan wanita, lalu, bisa saja ada pria yang jahat kepadanya. Hari juga mulai gelap."Satu ...."Nathan mulai menghitung, seakan membutuhkan jawaban Dara dengan cepat."Ih, sabar dong!" prote Dara."Dua ...."Dara semakin bingung dengan pilihan yang ia buat sendiri."Yaudah deh, yaudah! Anterin aku sampai rumah deh, aku nggak maksa kamu ya! Jangan sampai nanti