"Kalau saja aku memecat mu waktu itu, maka tak akan terjadi hal semacam ini!" sungut Angga penuh penyesalan."Kami masih punya pekerjaan lain, jadi katakan tujuanmu meminta kami berkumpul. Lagi pula, aku tak tahan mencium aroma sampah dari tubuhmu, Bintang!" ujar Alea pedas.Setiap cacian, hinaan, diterima Bintang dalam diam."Apa kamu memanggil kami, hanya untuk menyaksikan kamu diam?" bentak Manda tambah emosi."Ada satu orang lagi yang belum datang," kata Bintang."Maksudmu?""Bukankah aku meminta kehadiran nona Mentari?" jawab Bintang."Apa ini artinya, Bintang mau menyerahkan Lee Group ke tangan kita?" bisik Angga."Apa dia baru menyadari kalau tak bisa menjalankan perusahaan sebesar ini?" tanya Alea dalam bentuk bisikan.Angga dan Alea saling berpandangan, ada secercah harapan dari sinar mata mereka.Berbeda dengan Manda, dia justru sebaliknya. Dia merasa ada yang tak beres dengan pertemuan mendadak itu.Sesuai permintaan Bintang, akhirnya Angga mendatangkan Mentari."Maaf, apa
***BRAKKK !!!!PRANGGG !!!!PRANGGG !!!!Sapuan tangan Ekaputra Lee mampu membersihkan meja kerja Rivaldo Gonsales. Benda berharga yang semula tertata rapi di atas meja, kini hancur dan tak berarti.Rivaldo yang masih tak paham, bingung akan perilaku lelaki yang ditakutinya selama ini. Ekaputra menarik Krah kemeja Rivaldo dan berteriak, "Apa kamu tahu yang terjadi pada keluargaku?""Si Brengsek itu mengalahkan aku secara telak! Kamu tahu apa yang dilakukannya? Dia mempermainkan kami selayaknya anak kecil! Bukan itu saja, dia bahkan membalikkan keadaan. Sekarang aku hanya bisa berharap, keponakan bodohku itu mau menggugat cerai suami sampahnya!" umpat Ekaputra melanjutkan kalimatnya, tanpa melepaskan cengkraman tangannya dari leher Rivaldo. Cengkraman tangan Ekaputra justru semakin kencang, membuat nafas Rivaldo terasa sesak.BRUKKK!!!!Auw ....Rivaldo menjerit pelan, ketika dengan mudahnya Ekaputra membantingnya ke lantai.Wajah Rivaldo langsung pucat pasih, ketika melihat tangan
"Tidak ada yang dapat dilakukan Miran selain menangis. Sedangkan Mentari Hisoka tidak ada kelebihan apapun yang dimilikinya, selain kepintaran. Dia hanyalah gadis lemah yang bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Bahkan dia sendiri tak menyangka telah masuk ke dalam jebakan si tua bangka itu!"'Aku harus menjadikan kakakku sebagai kambing hitam dari kondisi ini! Aku tak ingin menjadi korban kemurkaan Ekaputra,' batin Rivaldo yakin."Oh ya, apa kamu yang membebaskan si bodoh Angga dari genggaman polisi?" tanya Ekaputra."Aku melepaskan Angga Lee dari jeratan hukum, karena dia adalah adikmu. Aku hanya tidak mau masalahnya akan menjadi Boomerang bagi kariermu." jawab Rivaldo."Oh ya, siapa yang menggantikan mu memimpin Fierce Spider?" Akhirnya pertanyaan yang ditakuti Rivaldo keluar juga dari mulut Ekaputra."Sudah lama aku tak berkecimpung langsung dengan Fierce Spider. Semua yang berurusan dengan dunia bawah tanah itu, aku serahkan sepenuhnya kepada kakakku Stiven Gonsales. Termasuk menca
Bintang menatap gedung institusi AA dengan kesal.Kenapa harus Business Information Technology? Kenapa harus jurusan yang sama sekali tak aku pahami? Kenapa bukan ilmu kedokteran? Kalau ilmu kedokteran, mungkin tidak sulit untukku menyesuaikan diri!Walaupun kesal, tapi tak ada pilihan bagi Bintang selain memasuki gerbang institusi AA. Dia menatap sekelilingnya, mencari dua sosok wanita yang di tugaskannya untuk menjaga Miran.'Ini namanya mencari jarum diantara tumpukan jerami!' batin Bintang tambah kesal.Banyaknya mahasiswa baru, membuat Bintang kesulitan mencari dua anggota Fierce Spider. Dia bahkan kehilangan Miran.Dengan postur tubuh ideal, membuatnya langsung menjadi pusat perhatian, baik dari mahasiswa senior maupun anak baru.Ditambah lagi Bintang yang sudah tidak menggunakan pewarna kulit, membuatnya semakin terlihat sempurna.Langkah kaki Bintang, seperti hipnotis masal untuk mahasiswa institusi AA.Mereka langsung memberi jalan kepada Bintang dan mengekor dibelakangnya.
Cukup lama Bintang terdiam, ketika mendengar jawaban dari masing-masing anggota tim Not Worthy.Meskipun cara penyampaian mereka berbeda, tapi pada intinya pilihan mereka sama. Mereka ingin membunuh orang yang tepat, yang pantas untuk mati. Bukannya membunuh secara membabi buta, apalagi menghabisi orang-orang yang jelas tak bersalah.Bintang menatap wajah anak buahnya dengan prihatin, sekaligus bingung.Siapa yang merekrut mereka? Bagaimana mungkin mereka membunuh penjahat, sementara mereka sendiri tergabung dalam dunia yang penuh darah? Bukankah Fierce Spider dibentuk, untuk menghasilkan uang haram?Apa mereka tidak sadar, bahaya yang menanti kalau saja pilihan mereka sampai di telinga Stiven? Bagaimana kalau diantara mereka ada pengkhianatnya?Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak Bintang. Ketakutan jelas terpancar dari sinar matanya, dan anggota tim Not Worthy dapat melihat hal itu. Tanpa sepatah kata pun, Bintang langsung meninggalkan tim Not Worthy.Langkah kaki Binta
Stiven Gonsales semakin ketakutan, ketika Diego Smith sama sekali tak menggubrisnya. Diego masih diam dengan posisi yang sama.Kenapa jurusnya tidak jauh berbeda denganku? Bukankah guru Devano hanya memiliki dua murid saja? Dan aku salah satunya.Apakah Bintang Morales merupakan murid lainnya dari guru Devano Willow? Murid yang selama ini dirahasiakan guru?Murid yang menurut guru, kalau dia mau, maka dunia persilatan bisa dikuasainya. Karena selain dilatih secara khusus, murid pertama guru memiliki bakat alami.Namun, kenapa guru Devano memintaku untuk menjauh? Menjauh dari murid pertamanya, tanpa mengatakan alasannya? Pertanyaan demi pertanyaan terus bermunculan dibenak Diego Smith. Pertanyaan yang tidak ada jawabannya, karena sekarang gurunya telah tiada.Ya! Devano Willow merupakan sosok yang terkenal dan ditakuti dalam dunia persilatan. Walaupun begitu, dia hanya memilih dua murid saja. Diego Smith beruntung menjadi salah satunya."Aku mohon dengan sangat ... tolong lepaskan Bin
Seorang wanita cantik maju mendekati Bintang dan menjawab, "Aku adalah orang terkuat dari tim dua. Apa ada yang perlu saya bantu, bos?""Aku ingin menantang mu, Nona," tegas Bintang.Stiven langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan membatin, 'Ini benar-benar konyol! Seorang pimpinan Fierce Spider, menantang anak buahnya sendiri?! Apa dia sama sekali tak takut akan reputasinya sebagai seorang pimpinan?'Gadis itu menatap Bintang tak percaya, "Apa bos yakin mau menantang ku?"Bintang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Baik!""Walaupun tak sehebat Diego Smith, asal kamu tahu saja. Kemahiran beladiri mereka hanya memiliki perbedaan dua puluh persen! Kamu tahu artinya apa? Itu artinya, gadis ini merupakan orang ke-dua yang memiliki kekuatan tak tertandingi, Bintang!" bisik Stiven kesal."Benarkah?" tanya Bintang dengan mata berbinar-binar.Stiven terkejut melihat reaksi Bintang, jelas sekali dia senang mendengarnya.'Sepertinya ... setelah selesai memeriksa masing-masing tim,
Tak ada yang dapat dilakukan Stiven, ketika Bintang menolak keras untuk menemui psikiater. Bintang justru memilih pulang dengan menggunakan taksi.***Waktu terus berlalu, sesuai prediksi Bintang. Tidak sampai sebulan tim Not Worthy telah menguasai semua yang diajarkan Bintang.[Dua hari lalu, ada tawaran pembunuhan, kapan kamu akan memeriksanya?]Bintang membaca pesan Stiven tanpa senyuman."Ingat baik-baik pesanku, salah mengambil keputusan maka itu akan menjadi akhir hidup kalian. Paham!" ujar Bintang sebelum meninggalkan ruang latihan tim Not Worthy......Melihat kedatangan sang bos, Stiven langsung menyodorkan dua map berlogo Fierce Spider pada Bintang. "Map ini berisi semua data lengkap mengenai pasangan suami istri yang ingin dilenyapkan," Stiven menunjuk berkas yang berada di dalam genggaman Bintang, "Kalau map yang ini adalah identitas klien."Ya! Semenjak Rivaldo lepas tangan tentang semua pekerjaan Fierce Spider, maka Bintang memberi peraturan baru. Pertama Stiven harus
Ya! Edy membawa Kumbara ke hutan. Hutan di mana Devano Willow harus meregang nyawa, karena perbuatan murid kesayangannya sendiri. Di mana juga Devano Willow menolak keras untuk disembuhkan dan memilih mati. Edy menatap Kumbara dan tersenyum sinis, "Bagaimana? Apa kau suka kejutan ku? Bukankah kau tak menyangka kalau aku akan membawa mu ke sini? Kumbara ... Kumbara ... apa kau pikir aku tak bisa membaca pikiran mu? Tidak, Kumbara! Bukankah Kau ingin memperlambat proses kesembuhan bos ku, kan? Lebih baik pikirkan baik-baik setelah melihat ini." Setelah mengakhiri kalimatnya. Edy mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan melakukan panggilan video call. Melihat Austin yang terbaring di atas ranjang, membuat jantung Kumbara berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia ketakutan. "Edy, aku mohon lepaskan cucuku," pinta Kumbara berlutut di kaki Edy. "Nyawa cucu mu, bergantung padamu. Kalau kau mau memperlambat proses pengobatan bos ku, maka ku pastikan Austin akan kehilangan fungsi organ
"Bagaimana Edy, apakah kau sudah mengirim orang untuk mengawasi Austin Maverick? Cucu kesayangannya?" tanya Ekaputra santai. Dan Kumbara tahu artinya. Itu ancaman tak langsung untuknya."Kau mau membunuh cucu ku? Silahkan! Maka kau tak akan pernah mendapatkan pengobatan apapun dariku. Kau hanya akan menemukan tubuhku mati kaku," ancam Kumbara. Ya! Selain Kumbara maka tak akan ada seorangpun yang dapat mengobati Ekaputra. Jadi Kumbara tahu persis, Ekaputra tak akan berani bertindak bodoh. Karena membunuh Austin Maverick, itu sama saja bunuh diri. "Apa bos memerintahkan untuk membunuh cucu mu? Bukankah tidak? Bos meminta ku mengawasinya. Itu artinya ...," Edy tak meneruskan kalimatnya, dia justru tersenyum menatap Kumbara."Artinya apa, Brengsek!" teriak Kumbara emosi."Itu artinya setiap kesalahan dalam pengobatan yang kau lakukan, maka cucu mu yang akan kena dampaknya. Tapi tenang saja, kami tak akan langsung membunuhnya. Kami akan menerornya terlebih dahulu. Kalau kau bisa memperce
"Sejak kapan kau terluka, Ekaputra? Apa kau menggunakan tenaga angin?" tanya Kumbara memastikan kalau dugaannya tak meleset."Aku terluka sejak tujuh bulan lalu, tepatnya tanggal 3 Desember 2023. Btw dari mana kau tahu kalau aku menggunakan tenaga angin?" tanya Ekaputra curiga."Mengingat kau adalah murid Devano Willow, sangat mustahil ada orang mengalahkan mu. Apalagi membuat kondisi mu seperti ini. Jadi hanya ada satu kemungkinan, kau menggunakan tenaga angin. Apa kau menemukan seseorang yang kuat, hingga kau harus menggunakan tenaga dalam yang selama ini tak pernah kau publikasikan?" Kumbara menatap Ekaputra, seolah-olah tak tahu apa yang sedang terjadi.Ekaputra diam seribu bahasa. Dia tahu berbohong juga percuma. Kumbara tahu betul masa lalunya. Mulai dari Devano Willow yang memilihnya menjadi murid, bagaimana juga dia mengkhianati gurunya sendiri."Kenapa kau diam saja? Apakah tebakanku benar? Apa mungkin dia adik seperguruan mu yang menghilang?" tanya Kumbara pura-pura tak tahu
[Bos Edy, seperti dugaan mu. Kumbara secara sukarela ikut bersama kami. Kami sedang dalam perjalanan. Sekitar lima belas menit lagi kami sampai markas.]Edy mengucek matanya sendiri, tak percaya dengan pesan yang baru saja dibacanya, "Ini bukan mimpi, kan, Bos? Ini nyata, kan? Mereka berhasil menemukan Kumbara, kan, Bos?"Ekaputra Lee tak menjawab, dia langsung saja menarik ponsel yang ada dalam genggaman Edy. Dia penasaran."Apakah benar Kumbara sedang dalam perjalanan ke sini?" tanya Ekaputra tak percaya."Sepertinya rencana ku berhasil, Bos," kata Edy penuh semangat.Benar saja tak sampai lima belas menit. Anak buah Edy telah sampai di markas."Kalau kau ingin membunuhku, silahkan! Tapi jangan pernah menyakiti cucuku, Brengsek!" cetus Kumbara dengan wajah merah padam. Berusaha mengendalikan amarahnya.Ya! Ketika mengetahui orang yang menghadang jalannya adalah anak buah Ekaputra, Kumbara berusaha melarikan diri.Namun, semua berubah ketika anak buah Ekaputra mengatakan kalau sampai
***Sementara itu di negeri seberang, Ekaputra Lee sedang beristirahat di dalam ruangannya. Dia di temani oleh orang kepercayaannya, Edy."Bagaimana? Apakah kau telah menemukan orang yang tepat untuk menyembuhkan ku?" tanya Ekaputra terlihat pasrah.Edy menatap Ekaputra dengan perasaan iba, "Aku sudah menugaskan semua anak buah untuk mencari keberadaan kakek Kumbara. Sepertinya hanya dia yang bisa mengobati mu, Bos.""Berapa lama kemungkinan Kumbara bisa ditemukan? Bukankah membawa Kumbara ke sini itu mustahil? Apalagi kalau dia tahu akulah orang yang ingin bertemu dengannya. Yang aku tahu dia tidak suka dipaksa. Dia bahkan tak tergiur dengan uang," ujar Ekaputra menatap Edy lemas."Menemukannya memang sulit. Karena Yang aku tahu, dia telah lama pensiun dari profesinya. Dia selalu berkelana dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Tapi untuk sementara, aku yakin dia berada di Indonesia. Karena tak ada nama Kumbara Osal dalam penerbangan apapun selama sat
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bintang? Apa mungkin Dirty dan Richard terluka?" tanya Anggun Maharani menatap Bintang, menyelidiki.Bintang menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban."Kenapa kau menyembunyikan ini dari kami? Apa bagi mu, kami hanyalah orang asing?" cetus Anggun kecewa.Tubuh Bintang terasa lemas, dia langsung saja duduk di sofa tak jauh darinya berdiri. "A-a-apa kau juga terluka?" selidik Anggun merasa ada yang tak beres.Bintang menganggukkan kepalanya dan berkata pelan, "Andai saja aku tak bergabung dan menjadi pimpinan Fierce Spider. Mungkin tak akan berakhir seperti ini. Diego Smith tak akan terluka parah, tak akan ada namanya pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa anggota Fierce Spider. Dirty dan Richard juga tak akan pernah bergabung dengan Fierce Spider.""Hanya karena aku terluka, mereka bertiga menyembunyikan kondisi sesungguhnya. Kau tahu apa alasan mereka? Mereka hanya tidak ingin aku kepikiran dan membuat kondisiku memburuk.""Sejak awal harusny
***Kaki Bintang terasa lemas, matanya berkaca-kaca, hatinya terasa sakit. Lelaki yang dulunya merupakan orang terkuat di Fierce Spider dan sangat ditakuti, kini terbaring tak berdaya. "Sejak kapan dia seperti ini?" tanya Bintang dengan suara berat."Bos Diego sudah seperti ini setelah beberapa hari kembali ke sini. Namun, tak ada seorangpun yang tahu akan kondisinya. Dia bahkan memintaku untuk tak pernah menemui siapapun yang merupakan mantan anggota Fierce Spider," ujar lelaki itu menatap Diego yang masih terpejam.Bintang melangkah mendekati Diego dan berkata pelan, "Apa karena ini kau memilih meninggalkan kami? Kenapa kau tak memberitahuku, kalau kau juga terluka sama seperti ku? Apa kau tak pernah menganggap ku sahabat?"Berlahan mata Diego Smith terbuka. Dia menatap Bintang dan berusaha tersenyum."Kenapa kau berada di sini?" tanya Diego hampir tak terdengar."Aku ke sini untuk mengobati mu, Diego," jelas Bintang dan langsung mengeluarkan satu botol minuman pemberian lelaki tu
Saat Richard hendak mencari informasi keberadaan Diego Smith, Bintang menentangnya. Dia meminta Richard dan Dirty untuk beristirahat.Bintang menatap Richard dan Diego secara bergantian, kemudian berkata dengan tegas, "Kalau kalian tetap mau mencari keberadaan Diego Smith, maka tanggung sendiri konsekuensinya! Aku akan membuat kalau berdua menyesal telah menentang ku!" "Sepertinya kali ini kita harus menyerah. Apa kau tak lihat rona wajahnya? Selama mengenalnya, aku tak pernah melihat kemarahan seperti itu di wajahnya," bisik Dirty di telinga Richard."Sama. Sebaiknya kita istirahat, sebelum dia tambah marah. Yang ada kita berdua diikat," Richard balik berbisik."Aku minta kalian untuk beristirahat, bukannya bisik-bisik!" bentak Bintang kesal.Ya! Bintang melakukan itu semua karena ketakutannya. Dia takut kalau-kalau, dua sahabat baiknya meninggalkannya ke dunia lain."Iya! Iya! Aku istirahat!" cetus Dirty dan langsung meninggalkan Bintang menuju kamarnya. Begitupun dengan Dirty.'Tu
"Tanaman itu akan menjadi obat jika di konsumsi oleh seseorang yang sedang keracunan. Mau itu racun biasa maupun mematikan. Hanya saja takarannya harus pas, jika tidak akan sangat berbahaya. Namun, karena daun itu lebih dikenal sebagai daun beracun maka tak ada satu manusia pun yang mau mengkonsumsinya. Jangankan mengkonsumsi, bahkan memetik daun itu saja mereka ketakutan," jawab lelaki itu tersenyum.Bintang terdiam, kini dia paham kenapa lelaki itu memintanya meminum air rebusan daun beracun itu."Kau tak perlu lagi mendapatkan pengobatan lanjutan. Kau hanya perlu istirahat dan makan makanan yang bergizi. Organ tubuhmu akan membaik secara berlahan. Sampai kau benar-benar sembuh, maka jangan coba-coba menggunakan tenaga mu, dalam bentuk apapun. Apa kau paham?"Bintang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Istirahatlah. Aku juga butuh istirahat," ujar lelaki itu dan langsung meninggalkan Bintang sendirian.Keesokan harinya.Seperti biasa sinar matahari dengan berani masuk lewat ce