"Sambalnya jangan terlalu banyak!" ujar Abizar yang melihat Gea memasukkan satu sendok penuh sambal di mangkok baksonya. Kini Gea dan Abizar sudah bersama kedua mama mereka di restoran kesukaan Gea. Restoran mahal yang pada buku menunya menyajikan menu Bakso kesukaan Gea. Bakso spesial yang harga satu porsinya hampir satu juta rupiah. Katanya sih dagingnya adalah daging pilihan, bihunnya adalah bihun berkualitas, dan kaldunya sebagai campuran kuahnya juga tidak kalah premium. Belum lagi tahu bakso dan bakwannya, semua racikan chef ternama ibukota. Kalau kata Fanny sih 'Bakso Sultan'."Cukup!" Abizar segera menjauhkan mangkok kecil berisi sambal di depan Gea.Setdah human pendendam salah alamat ini resek banget sih. Kenapa juga urusan porsi sambal saja dia ikut campur? Aelah ... nasib ... nasib!"Betul kata Abizar, Ge. Jangan terlalu banyak sambal! Nanti gastritismu kambuh," kini giliran Livy yang menasehati Gea."Iya ... iya, Ma," balas Gea ogah-ogahan. Sejujurnya Gea agak kesal. Kopi
Gea sudah berada di butik sang calon mama mertua. Dia sedang mencoba kebaya yang akan ia gunakan di acara lamarannya minggu depan. Sebuah kebaya modern berwarna ice blue dengan detail silver di beberapa bagian yang dipadukan dengan songket warna senada. "Cantik sekali calon menantu Tante," puji Thabita ketika melihat Gea. "Apa ada yang kurang atau mau diubah lagi?" Gea menggeleng. Begitupun dengan Livy. Pasangan mama dan anak itu sangat puas dengan rancangan Thabita. Sangat cantik di tubuh indah Gea. "Kamu memang tidak salah memilih calon istri, Izar. Coba lihat betapa cantiknya calon menantu Mama ini," seloroh Thabita pada Abizar. "Ini belum dipoles makeup sudah cantik begini, apalagi nanti di hari H lamaran. Beh ... Tante yakin Abizar pasti tidak sabar untuk segera tiba di hari pernikahan." Abizar hanya memandangi calon istrinya. "Ya, Ma. Memang Izar sudah tidak sabar menikahi Gea. Menikahi untuk membuat dia merasakan kesakitan-kesakitan yang Reksa rasakan dan ... Aku rasakan,"
[Gue sudah selesai. Tunggu di lobby] pesan dari Abizar masuk di ponsel Gea. Katanya satu jam, ini sih 2 jam 35 menit. Untung aku lagi dalam mode sabar. Lagian ngobrolin apaan sih Om Gibran sama human satu itu? [OK] balas Gea. Gadis cantik itu bergegas menuju Lobby, tentu bersama Fanny, asisten cantik kesayangannya. Tadi dia meminta Fanny menemaninya lembur sambil menunggu Abizar menyelesaikan diskusinya bersama Gibran. Lumayanlah sekalian mengerjakan tugas-tugasnya yang hendak cuti karena harus menyiapkan pernikahan. Belum lagi cuti agak panjang karena harus bulan madu, eh bulan racun bersama Abizar. Namun baru saja mereka hendak memasuki lift, tiba-tiba ... DEGH! Tampak Abizar dan Melly sedang ... entahlah, mereka saling berhadapan dengan wajah mereka berada di jarak yang sangat dekat satu sama lain. "EHEM! Maaf, sudah menganggu," kikuk Gea. Awalnya anak sulung Nathan Kiswoyo dan Livy Diandra Adinata itu hendak bergeser ke lift yang lain, namun apa daya Abizar sudah terlebih d
Siang ini adalah hari dimana lamaran Gea dan Abziar dilangsungkan. Langkah Gea menggagalkan pernikahan sepertinya masih jauh dari harapan. Konspirasi semesta untuk menggagalkan semua rencana Gea benar-benar nyata terasa. Selama satu minggu ini Melly ditugaskan di luar kantor. Dua hari dia ke kantor cabang Adinata yang di Bandung. Kemudian dua hari berikutnya dia ditugaskan ke kantor cabang Adinata yang di Surabaya. Lanjut dua hari ke kantor cabang Adinata yang di Makasar. Setelah itu Melly ditugaskan ke London oleh perusahaan selama tiga minggu. Beh ... semesta sepertinya memang sedang tidak berpihak pada Gea. Tanpa Gea sadari, sebenarnya ada campur tangan Audrey di semua tugas luar Melly tersebut. Audrey menceritakan semuanya tanpa kecuali pada Gibran. Seperti apa yang diceritakan Fanny padanya dan tentu seperti apa yang diceritakan Gea pada Fanny. Awalnya Gibran geram mendengar kelicikan Abizar. Apalagi tentang rencana kejinya untuk membalas dendam pada Gea. Belum lagi video hohoh
Sepanjang acara lamaran, jantung Abizar jedag jedug seperti musik di club malam yang biasa ia datangi. Walau wajahnya dibuat setenang lapangan sekolah ketika libur semester, tapi sebenarnya dia sedang menahan gejolak-gejolak rasa. Hal itu ia rasakan sejak kedatangan Gea di tengah acara lamaran mereka berdua. Melihat calon istrinya berjalan dengan angun menuruni anak tangga dengan menggunakan kebaya ice blue rancangan Mama Thabita, membuat Abizar terpana. Pesona Gea memang tidak pernah luntur termakan waktu bahkan tampaknya juga tidak pula luntur termakan dendam di hati Abizar. Wajah Gea adalah perpaduan yang pas antara wajah tampan Nathan yang berdarah Turki - Indonesia dengan Livy yang berwajah ayu khas Indonesia. Cantik! Ya, sangat cantik bahkan Abizar sedari tadi tidak rela berkedip. Aelah, nanti iritasi matamu, Bang! Ya mau gimana lagi? Gea benar-benar memukau semua orang yang hadir di acara lamarannya dengan Abizar sore ini. Gea membuat orang-orang yang hadir terkesima dengan
Sudah satu minggu Abizar dan Gea bertunangan, dan kurang satu minggu lagi Gea dan Abizar resmi menjadi sepasang suami istri.Gea rasanya frustasi. Dia sudah tidak menemukan ide untuk menggagalkan pernikahannya dengan Abizar. Sampai-sampai pagi tadi dia sempat berpikir untuk berpura-pura sakit keras agar pernikahannya bisa ditunda, sambil menunggu Melly pulang dari London.Tapi masalahnya sakit apa kiranya yang masuk katagori sakit keras dan bisa menunda rencana pernikahannya bahkan kalau bisa menggagalkan pernikahannya?"Kenapa Lo diam terus? Sariawan?" tanya Abizar yang menatap heran calon istrinya. Mereka berdua kini berada di mobil Abizar setelah tadi menikmati makan siang di Alina Gump bersama Livy, Thabita, dan tim EO wedding mereka untuk membahas beberapa hal.Gea hanya menggeleng. Rasanya dia tidak punya energi membalas ucapan-ucapan Abizar. Moodnya terjun bebas mengingat harapan satu-satunya untuk membatalkan pernikahan sedang berada di London dan entah mengapa menjadi sangat
"Set dah, yang lebih mesra bisa 'kan?" seru Luna pada Gea dan Abizar. Kini kedua calon pengantin itu sudah berada di studio foto milik Luna. Keduanya harus melakukan sesi pemotretan prewedding untuk kepentingan background beberapa sudut dekorasi pernikahan mereka. "Sorry ya, Kak Dito. Kayaknya Kakak gue sama calon suaminya masih malu-malu mau," ujar Luna pada fotografer yang dia pilih untuk pemotretan prewedding Gea dan Abizar. "Hahaha. Iya nih dua-duanya masih malu-malu kayaknya. Putar lagu-lagu romantis dong supaya kedua calon pengantin kita yang serasi abis ini kebawa suasana. Jadi wajah mereka lebih mengekspresikan cinta mereka yang sebenarnya sudah terlihat dari sorot mata keduanya," Dito mulai mencoba membangun suasana romantis untuk Gea dan Abizar. Aelah, sok tau amat sih fotografer satu ini. Lagian mau gimana lagi sih? Aku dan Abizar sudah nempel kayak perangko gini sedari tadi, masih kurang romantis apalagi sih? Tidak disangka, tidak dinyana, dan tidak diduga, sebelum lagu
Pernikahan sudah di depan mata. Kini Gea sedang duduk cantik di sebuah kursi. Dia sudah dua jam duduk dalam posisi yang sama. Di hadapannya ada cermin besar yang dipenuhi bohlamp berwarna putih. Di sisi kanannya tampak seorang MUA ternama tanah air yang dalam sekali menggunakan jasanya harus merogoh kocek dua puluh lima juta rupiah. Karena Gea menggunakan jasanya untuk akad nikah di pagi hari dan resepsi di malam hari maka dia harus merogok kocek lima puluh juta rupiah. RALAT, bukan Gea yang merogok kocek, melainkan Livy, karena Livylah yang membayar, hehehe. Sedangkan untuk tatanan rambut, Livy sudah memilih hair stylist ternama langganan para selebritas Tanah Air. Setelah make up-nya paripurna, rambut Gea mulai disasak kemudian dipola sedemikian rupa hingga membentuk sanggul sederhana. Gea memang meminta Livy untuk menggunakan konsep modern pada penampilannya. Mulai dari kebaya bergaya modern, make up flawless kekinian, hingga tatanan sanggul di rambutnya yang minimalis modern kala