Siang ini adalah hari dimana lamaran Gea dan Abziar dilangsungkan. Langkah Gea menggagalkan pernikahan sepertinya masih jauh dari harapan. Konspirasi semesta untuk menggagalkan semua rencana Gea benar-benar nyata terasa. Selama satu minggu ini Melly ditugaskan di luar kantor. Dua hari dia ke kantor cabang Adinata yang di Bandung. Kemudian dua hari berikutnya dia ditugaskan ke kantor cabang Adinata yang di Surabaya. Lanjut dua hari ke kantor cabang Adinata yang di Makasar. Setelah itu Melly ditugaskan ke London oleh perusahaan selama tiga minggu. Beh ... semesta sepertinya memang sedang tidak berpihak pada Gea. Tanpa Gea sadari, sebenarnya ada campur tangan Audrey di semua tugas luar Melly tersebut. Audrey menceritakan semuanya tanpa kecuali pada Gibran. Seperti apa yang diceritakan Fanny padanya dan tentu seperti apa yang diceritakan Gea pada Fanny. Awalnya Gibran geram mendengar kelicikan Abizar. Apalagi tentang rencana kejinya untuk membalas dendam pada Gea. Belum lagi video hohoh
Sepanjang acara lamaran, jantung Abizar jedag jedug seperti musik di club malam yang biasa ia datangi. Walau wajahnya dibuat setenang lapangan sekolah ketika libur semester, tapi sebenarnya dia sedang menahan gejolak-gejolak rasa. Hal itu ia rasakan sejak kedatangan Gea di tengah acara lamaran mereka berdua. Melihat calon istrinya berjalan dengan angun menuruni anak tangga dengan menggunakan kebaya ice blue rancangan Mama Thabita, membuat Abizar terpana. Pesona Gea memang tidak pernah luntur termakan waktu bahkan tampaknya juga tidak pula luntur termakan dendam di hati Abizar. Wajah Gea adalah perpaduan yang pas antara wajah tampan Nathan yang berdarah Turki - Indonesia dengan Livy yang berwajah ayu khas Indonesia. Cantik! Ya, sangat cantik bahkan Abizar sedari tadi tidak rela berkedip. Aelah, nanti iritasi matamu, Bang! Ya mau gimana lagi? Gea benar-benar memukau semua orang yang hadir di acara lamarannya dengan Abizar sore ini. Gea membuat orang-orang yang hadir terkesima dengan
Sudah satu minggu Abizar dan Gea bertunangan, dan kurang satu minggu lagi Gea dan Abizar resmi menjadi sepasang suami istri.Gea rasanya frustasi. Dia sudah tidak menemukan ide untuk menggagalkan pernikahannya dengan Abizar. Sampai-sampai pagi tadi dia sempat berpikir untuk berpura-pura sakit keras agar pernikahannya bisa ditunda, sambil menunggu Melly pulang dari London.Tapi masalahnya sakit apa kiranya yang masuk katagori sakit keras dan bisa menunda rencana pernikahannya bahkan kalau bisa menggagalkan pernikahannya?"Kenapa Lo diam terus? Sariawan?" tanya Abizar yang menatap heran calon istrinya. Mereka berdua kini berada di mobil Abizar setelah tadi menikmati makan siang di Alina Gump bersama Livy, Thabita, dan tim EO wedding mereka untuk membahas beberapa hal.Gea hanya menggeleng. Rasanya dia tidak punya energi membalas ucapan-ucapan Abizar. Moodnya terjun bebas mengingat harapan satu-satunya untuk membatalkan pernikahan sedang berada di London dan entah mengapa menjadi sangat
"Set dah, yang lebih mesra bisa 'kan?" seru Luna pada Gea dan Abizar. Kini kedua calon pengantin itu sudah berada di studio foto milik Luna. Keduanya harus melakukan sesi pemotretan prewedding untuk kepentingan background beberapa sudut dekorasi pernikahan mereka. "Sorry ya, Kak Dito. Kayaknya Kakak gue sama calon suaminya masih malu-malu mau," ujar Luna pada fotografer yang dia pilih untuk pemotretan prewedding Gea dan Abizar. "Hahaha. Iya nih dua-duanya masih malu-malu kayaknya. Putar lagu-lagu romantis dong supaya kedua calon pengantin kita yang serasi abis ini kebawa suasana. Jadi wajah mereka lebih mengekspresikan cinta mereka yang sebenarnya sudah terlihat dari sorot mata keduanya," Dito mulai mencoba membangun suasana romantis untuk Gea dan Abizar. Aelah, sok tau amat sih fotografer satu ini. Lagian mau gimana lagi sih? Aku dan Abizar sudah nempel kayak perangko gini sedari tadi, masih kurang romantis apalagi sih? Tidak disangka, tidak dinyana, dan tidak diduga, sebelum lagu
Pernikahan sudah di depan mata. Kini Gea sedang duduk cantik di sebuah kursi. Dia sudah dua jam duduk dalam posisi yang sama. Di hadapannya ada cermin besar yang dipenuhi bohlamp berwarna putih. Di sisi kanannya tampak seorang MUA ternama tanah air yang dalam sekali menggunakan jasanya harus merogoh kocek dua puluh lima juta rupiah. Karena Gea menggunakan jasanya untuk akad nikah di pagi hari dan resepsi di malam hari maka dia harus merogok kocek lima puluh juta rupiah. RALAT, bukan Gea yang merogok kocek, melainkan Livy, karena Livylah yang membayar, hehehe. Sedangkan untuk tatanan rambut, Livy sudah memilih hair stylist ternama langganan para selebritas Tanah Air. Setelah make up-nya paripurna, rambut Gea mulai disasak kemudian dipola sedemikian rupa hingga membentuk sanggul sederhana. Gea memang meminta Livy untuk menggunakan konsep modern pada penampilannya. Mulai dari kebaya bergaya modern, make up flawless kekinian, hingga tatanan sanggul di rambutnya yang minimalis modern kala
Livy dan Nathan sudah berada di pintu masuk ballroom tempat diadakannya acara pernikahan Gea dan Abizar. Sebuah ballroom di salah satu hotel mewah di Jakarta yang sahamnya 85% adalah kepemilikan Edgar, Papa Abizar. Hotel inilah yang minggu depan akan menjadi hak milik Abizar sebagai hadiah dari Edgar dan Thabita atas pernikahannya dengan Gea.Abizar yang datang didampingi Edgar di sisi kanannya dan Thabita di sisi kirinya berjalan dengan gagah ke arah calon mertuanya. Kemudian dengan hangat Nathan dan Livy mengambil alih posisi Edgar dan Thabita. Keduanya menggiring Abizar menuju meja akad nikah.Tak lama prosesi ijab qabul dimulai. Semua wajah tampak tegang. Tak terkecuali Abizar. Sedari berangkat dari rumahnya, jantung pria tampan itu jedag jedug tidak karuan. Aelah, katanya menikah karena dendam, katanya sudah gak cinta, tapi sekarang mau ijab qabul dia malah gugup setengah hidup."Abizar Belver Permadi, Saya nikahkan dan kawinkan Kamu dengan anak kandung Saya, Gea Liberty Kiswoyo
Malam harinya, resepsi pernikahan secara megah diselenggarkaan di tempat yang sama. Abizar dan Gea tampil layaknya pasangan serasi yang sangat bahagia. Hanya segelintir orang yang tau bagaiamana suasana hati mereka yang sebenarnya kali ini. Salah satunya adalah Luna, adik kesayangan Gea.Wanita yang sedang hamil muda itu berkali-kali menatap sendu ke arah kakak dan kakak iparnya. Berharap keduanya benar-benar akan bahagia seutuhnya dan secepatnya. "Kok wajahnya melow sih?" bisik Tama ke telinga istri ciliknya. "Kan harusnya bahagia melihat Gea dan Abizar menikah."Luna tersenyum sejenak sebelum merespon ucapan sang suami. "Semoga mereka selalu bahagia ya, Mas.""Pasti. Abizar pasti akan membahagiakan Gea."Dih, suami tampannya ini belum tau saja motif Abizar menikahi Gea. Balas dendam! Bayangkan, Balas Dendam! Lalu dari mana Gea bisa bahagia? Ah, setiap mengingat itu rasanya Luna ingin menjejali mulut Abizar dengan cabe rawit 1 kilogram."Masih banyak tamu yang akan menyalami Kami?"
Ada rasa dongkol di hati Nathan ketika melihat anak sulungnya seintim itu dengan Abizar. Walau mereka sudah sah menjadi suami istri, namun tetap saja sebagai ayah rasanya masih tidak rela melepas sang anak seutuhnya menjadi milik pria lain selain dirinya. Apalagi menyadari kini Gea harus menjadikan pria itu sebagai pusat dunianya.Jangankan melihat Gea, melihat Luna yang sudah satu tahun menikah dengan Tama saja Nathan terkadang masih kepanasan. "Sekarang dua anak Kita sudah bukan hak milik kita lagi," lirih Nathan pada Livy."Aelah, Mas kenapa melow sih? 'Kan dua anak kita menikah dengan pria yang disukai mereka, sejak remaja pula. Mereka berdua menikah dengan cinta pertama dan cinta satu-satunya mereka, Mas. Jangan melow ginilah! Lagian kalau mereka tetap menjadi milik kita seutuhnya artinya mereka gak nikah-nikah dong. Apa Mas mau mereka jadi perawan tua?" Livy berusaha seriang mungkin untuk menghibur suaminya yang sedang masuk mode melow-melow sendu ini."Ya gak gitu juga, Sayang.