Pagi telah tiba, langit yang tadinya gelap kini berangsur-angsur mulai terlihat cerah. Matahari mulai merangkak naik menerangi alam semesta. Cahayanya menghangatkan setiap orang yang memulai aktivitas paginya.
Pagi ini, meski Mirna kecewa dengan kedua anaknya. Mirna tak mengabaikan tugasnya sebagai seorang ibu. Pagi, setelah salat subuh, Mirna membuatkan sarapan untuk putranya.
Selesai membuat sarapan. Mirna pergi ke halaman belakang, menyiram dan membersihkan rumput liar ya
"Takut apa?" tanya Ayna menatap tidak mengerti.David tersenyum, dia merasa gemas pada sang gadis yang tidak juga mengerti apa yang dia katakan."Hais, kamu kok jadi nyebelin sih! Aku serius nanya!" kata Ayna mencebik kesal."Kalau aku tergoda, terus berbuat macam-macan sama kamu, gimana?" tanya David menekan ucapnya.Ayna mengangkat sebelah alisnya sebelum menjawab pertanyaan David. "Nikahi aku!" jawab Ayna dengan entengnya."Kamu yakin?" tanya David lagi."Sangat!" jawab Ayna tanpa ada rasa ragu sedikitpun.David tersenyum sambil menggeleng tidak percaya saat mendengar apa yang Ayna katakan padanya. David tidak menyangka jika Ayna begitu mudah jatuh dalam pelukannya."Kalau yang tergoda Riko?" tanya David sengaja mengerjai Ayna."Hais, apaan sih? kalau Riko aku gak mau lah! Aku sukanya sama kamu!" jawab Ayna mengerucutkan bibirnya. David menahan tawa saat melihat wajah menggemaskan Ayna yang semakin kesal padanya. "Ay.""Hem?" panggil Ayna tanpa menatap David. David memegang dagu
"Ay," panggil David saat melihat Ayna menatap langit senja. Ayna menoleh ke arah David yang berjalan ke arahnya. "Apakah kamu masih memikirkan ibumu?" tanya David membuat Ayna meliriknya. Ayna kembali menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan kesedihannya. "Dulu, saat ibuku meninggalkanku untuk selama-lamanya. Aku sama sekali tidak punya semangat untuk hidup, bahkan aku ingin mati saat itu juga," ujar David menceritakan kisah bagaimana ia membuat gadis itu kembali menatapnya. Ayna menatap wajah tampan yang berdiri di sampingnya. Ayna terlihat jelas melihat kesedihan terukir di wajah tampan itu, meski bibir indah David berusaha menutupinya dengan senyuman. Namun senyuman itu tetap tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. "Jadi, apa yang membuatmu bisa bertahan sampai sekarang?" Ayna bertanya sambil memandang penuh tanya. "Ibu! Ibu yang sangat menyayangiku," jawab David menatap gadis yang menatapnya tadi. "Kamu tahu Ay?"
Usai makan malam, David mengajak Ayna jalan - jalan ke sebuah taman yang berada di area perumahan itu. "Kamu mau bicara apa?" tanya Ayna saat mereka sudah duduk.di sebuah kursi taman. David menoleh ke arah Ayna dengan tatapan yang begitu dalam. "Aku ingin ke rumah mama kamu, Ay," jawab David dengan begitu yakin. "Mau ngapain?" tanya Ayna semakin penasaran. "Meminta kamu dari orang tua kamu," jawab David membuat Ayna mengangkat wajahnya menatap begitu dalam. "Apa kamu sudah yakin dengan keputusan yang kamu ambil, Vid?" tanya Ayna yang masih merasa ragu dengan keputusan David. "Yakin, Ay, aku sangat yakin!" jawab David dengan pasti. Ayna membuang nafas saat mendengar jawaban dari David. Sungguh Ayna tidak menyangka David begitu cepat mengambil keputusan. "Kenapa, Ay ? Apa kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan?" tanya David menatap Ayna dan menggenggam erat tangan sang gadis. Ayna terdiam
Waktu demi waktu mereka lalui bersama, membuat David dan Ayna semakin dekat. Kebaikan dan perhatian David membuat Ayna tidak bisa jauh dari pria tampan itu. "Vid," panggil Ayna saat mereka berduaan di teras belakang rumah David. "Hem?" ucap David menoleh ke arah Ayna. "Kapan kamu akan ke rumah mama untuk meminta aku darinya?" tanya Ayna menatap serius. "Kapan kamu siap ... Aku akan datang ke rumah mama kamu," jawab David, "selain ke rumah mama kamu, kita harus ke rumah ayah kamu, karena biar bagaimanapun dia yang akan menjadi wali nikah kamu," kata David bersungguh-sungguh. Ayna terdiam, rasa sakit hatinya terhadap sang ayah begitu dalam hingga sulit sekali untuk memaafkan. "Aku tahu kamu sangat membenci ayah kamu, Ay, tapi ... Apa kamu tahu alasan ayah kamu meninggalkan kamu dan mama kamu?" tanya David membuat Ayna menatapnya. "Aku tidak membenci ayah, Vid, aku hanya kecewa sama ayah karena sudah meningalkan k
Seorang pria paruh baya dengan tubuh gemetar, air mata terus mengalir saat melihat siapa yang datang ke rumahnya. Meski langkahnya terasa berat, bibirnya tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Namun, ia terus melangkah mendekati putri kesayangannya.“Ay,” ucap Ayah Ayna dengan bibir gemetar menahan air mata.Ayah Ayna mengangkat tangannya untuk mengelus puncak kepala sang putri, meski pada akhirnya Ayna menghindarinya. Ayah Ayna menunduk dan mengusap sudut matanya saat mengetahui Ayna masih membencinya.
"Suatu saat kamu nanti kamu akan tahu," jawab David enggan menceritakan tentang Dara pada Ayna.Ayna hanya diam pasrah saat David enggan menjawab rasa penasarannya. Meskipun ada banyak pertanyaan yang bergelanyut didalam benaknya."Sekarang semua sudah jelas. Sekarang aku ingin bicara dengan anda!" kata David menatap ayah Ayna."Silahkan!" balas Fardhan."Aku ingin meminta izin menikahi putri anda!" kata David mengatakan tujuannya."Asal putriku suka, aku sama sekali tidak keberatan," balas Fardhan dengan senyum dan menoleh pada Ayna."Tapi, apa kamu sudah yakin dengan pilihan kamu?" tanya Fardhan tidak ingin anaknya dipermainkan."Tentu saja!" jawab David tanpa ragu."Kamu, Nak?" tanya Fardhan pada putrinya."Aku sudah yakin dengan pilihanku," jawab Ayna.Fardhan mengangguk mendengar jawaban dari keduanya. Lusa, aku meminta kehadiran anda untuk menjadi wali putri anda," kata David dengan serius."Pasti, ak
"Kamu kenapa, Sayang?" Adijaya bertanya pada Dara yang hanya diam menatap kosong."Semua gara-gara kamu, Mas!" ucap Dara membentak Adijaya.“Mengapa kamu menyalahkanku?” tanya Adijaya tidak mengerti.“Karena kamulah yang mengizinkan Ayna keluar dari rumah ini, Mas,” jawab Dara dengan tatapan tajam."Bukankah aku sudah bilang kalau Ayna butuh waktu untuk
Di sebuah ruangan yang cukup besar. Dua orang wanita serta beberapa orang kepercayaan sedang duduk membicarakan rencana selanjutnya yang memang sudah mereka susun dengan begitu matang."Nyonya, hari ini anak tiri Adijaya akan menikah dengan seorang pria biasa," kata seorang pengawal wanita pada perempuan itu."Caritahu tentang mereka!" perintah wanita itu."Sudah Nyonya, saya siap mengantar jika Nyonya ingin ke tempat itu," kata pengawal perempuan itu.Wanita yang dipanggil Nyonya itu mengangguk menyetujui ajakan pengawal wanitanya."Apalagi yang kamu tahu tentang dia?" tanya wanita itu."Dia sedang bertengkar dengan istrinya, karena dia membiarkan anak tirinya keluar dari rumah," jawab pengawal wanitanya."Bagus, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini," kata wanita itu tersenyum penuh arti.Di tempat lain, David sedang bersiap-siap dibantu oleh Riko yang memang selalu ada untuknya."Aku gugup," kata David men