“Angga? Kenapa kamu bisa disini?” tanya April. “Karena aku tidak akan meninggalkanmu, dalam keadaan apapun,” jawabnya yang membuat hati April terenyuh. “CEO? Kau Angga?” tanya Lucy. Dulu, Lucy memiliki cita-cita yang sangat besar, yaitu menikahkan Camila dengan Angga. Tapi terlalu sulit karena mereka bagaikan bumi dan langit. Namun sekarang, Lucy sedang menyaksikan Angga yang menggendong tubuh April dengan bayi yang terkandungnya. “Tante, jika Tante mengatakan pembicaraan Anda dengan April, maka suami Anda—”“Sa-saya mengerti, Pak Angga.” Lucy yang sangar seperti kucing besar yang mengamuk, kini hanya bisa menunduk takut seperti anak kucing yang malang. Angga membawa April pergi dari rumah itu. “April, aku harap kamu tidak kelelahan. Kamu harus menjaga kesehatanmu, ya. Ah, maaf karena aku marah kemarin-kemarin, ya. Setelah kamu mengungkapkan isi hatimu yang sebenarnya, aku jadi kalang kabut. Tidak tahu harus bersikap bagaimana agar kamu nyaman denganku. Jadi aku malah banyak dia
Sejak kejadian waktu itu, hubungan mereka membaik. Angga memperlakukan April dengan baik seperti biasanya, tapi sekarang dengan hati-hati. April juga menjadi banyak tertawa saat dengannya. Walau dia akan serius dengan misinya. Tapi Angga setiap waktu membantunya. Bahkan sekarang-sekarang, Angga memilih Sekretaris utamanya agar April tidak banyak bekerja. Angga juga tak bisa lepas jabatan April saat ini, karena dengan pekerjaan lah mereka bisa sedekat nadi. Di ruang bawah tanah yang lebih bercahaya dari biasanya … “Kamu mengganti lampunya, ya?” tannya April. Menengok ke atas. “Iya. Karena lampu kemarin sudah redup, jadi aku menggantinya. Kalau terang seperti ini, kan, enak balas dendamnya,” kata Angga. “Hahaha! Bisa aja kamu!” April tertawa lepas sambil memukul ringan pundak Angga. Angga senang April bisa tertawa lepas seperti ini. Terakhir kali tertawa lepas seperti ini saat awal-awal mereka saling mengenal. Namun yang ditakutkan Angga sekarang adalah, apakah April bisa tetap s
Kedua orang tersebut pergi ke sebuah rumah yang mengurung Camilla. Walaupun dapat disebut dengan rumah sakit jiwa pribadi, tapi itu lebih mirip rumah pengurungan atau pengasingan. April dan Angga datang bersama Boneka Kakek tua “Halo, Camilla. Aku datang. Apakah kamu makan dengan baik?” tanya April. “Lily?! Kau sudah datang? Aku sudah menunggumu satu tahun. sejak kecelakaan itu, aku sedih karena tidak dapat menemukanmu. Aku senang kamu datang sendiri,” katanya sambil memeluk April. April membalas pelukan Camilla itu. Dia lebih berisi daripada saat tidak mendapat perawatan. “Sekarang sudah tidak apa-apa, bukan? Kamu sudah janji bahwa kamu akan makan dengan baik, ya? Tapi kenapa ini tidak dihabiskan? Lily akan sering menemuimu jika Camilla makan dengan baik,” ujarnya sambil mengambil nampan berisi makanan utama. “A-aku akan makan!” Camilla makan sangat lahap sekali. Lily, adalah nama dari boneka favoritnya saat Camilla kelas tiga Sekolah Dasar. Lily adakah Boneka pemberian dar
Satu hari setelah mendengar informasi berharga dari Camilla, April dna Angga bekerja sama untuk pergi ke rumah Hanum—Korban Tomi baru-baru ini. Mereka memiliki niat untuk saling menopang satu sama lain sebagai korban. Tak hanya itu, April ingin Hanum bekerja sama dengannya juga. Sampai dia rela pergi ke pedesaan yang sangat jauh dari kehidupan mewah Ibu kota. Mereka bahkan harus menyusuri sungai dengan arus yang deras dan perjalanan hyang memasuki area hutan. “Aku sebenarnya tidak setuju kita pergi kemari. Aku benar-benar khawatir dengan kondisimu sekarang,” kata Angga di dalam perjalannya. “Tenang saja. Kita juga harus menyelamatkan hidup Hanum, Ga. Dia pasti merasa kesulitan sekarang. Setidaknya, kita harus bisa dia andalkan,” balas April. Tadinya, Angga menyarankan April untuk pergi memakai helikopter milik nya dengan aman. Tapi April merasa bahwa kedatangannya yang seperti itu akan mengejutkan penduduk Desa dan malah menjadi pusat perhatian. Takutnya, jika Hanum merasa tidak n
Sepucuk surat untuk Ibu. Kepergian Hanum membuat orang yang mengenalnya terpukul. Bahkan sebelum kepergian Hanum tiba, Hanum menuliskan sepucuk surat untuk Ibunya. Segunung rasa terima kasihnya, juga kata maaf yang tak terbendung wadah dunia. Lalu terakhir, pengakuan atas pelecehan seksual yang dialami oleh Tomi. Hanum, selama ini sangat menderita dan orang tuanya baru mengetahuinya. Begitupun April yang murung di rumah, setiap hari. “Angga, jika saja aku datang lebih awal, apakah hal buruk ini tidak akan terjadi?” taya April. Lututnya dipeluk sendiri. Angga mengusap kepala April lalu mengatakan, “April, kamu tidak salah. Niatmu sangatlah baik. Kematian dia bukanlah kesalahanmu. Melainkan karena Tomi. Yang harusnya menyesal itu dia. Semuanya sudah tidak bisa sesuai rencana kita, April. Tapi, kita harus melakukan sesuatu. Setidaknya, untuk keluarga yang ditinggalkannya. Untuk keluarga yang dikhianati oleh Tomi.” April mengerti maksud Angga. Dengan murung dan menelan kesedihan terla
Rencana April, sedikit demi sedikit berhasil. Rasanya melelahkan telah berjuang sejauh ini. Tapi masih ada dua orang yang perlu diberesi, pikirnya. Bekerja sebagai Sekretaris sekaligus menjadi pendendam yangaka sirna apabila misinya selesai. Saat ini, April menghubungi Leo untuk memintanya menemuinya di sebuah cafe terkenal di Ibu kota. April menentukan waktu pertemuan mereka jam tiga sore sore, tapi April sengaja datang tiga puluh menit sebelumnya. “Sudah jam 15.00, dia akan datang.” Benar saja. Leo datang tepat waktu. Leo melambaikan tangannya pada April. Tapi April membalasnya dengan lemas. Ya, antara dia lemas karena bawaan hamil atau memang akhir-akhir ini sangatlah sibuk. “Duduklah, Leo. Aku akan bicara intinya saja,” kata April. Ekspresi April yang tidak ceria membuat hati Leo resah. Dia takut jika April akan mengatakan sesuatu seperti berhenti untuk menemuinya dan semacamnya. Leon tidak siap jadi dia akan mencari cara. “Ah. Kenapa kamu terburu-buru begitu? Bagaimana jika
“Yang terjadi? Aku akan memberitahu apa yang terjadi padamu ketika kamu bisa memilih pilihan ini. Karena aku sudah mengandung anakmu, aku juga butuh kamu, Leo. Tapi Ayahmu membuatku tidak nyaman. Jika kamu harus merelakan seseorang, siapa yang ingin kau relakan?” tanya April. “A-April, aku bahkan masih tidak mengerti dengan yang kamu lakukan. Bagaimana bisa kau menjawabnya? Kalian juga orang yang penting,” jawabnya. “Jika itu jawabanmu, maka aku akan menganggap bahwa kita tidak memiliki hubungan apa-apa—’“Tidak, April! A-apa yang kau inginkan? A-aku akan memilihmu,” katanya sambil memohon. “Leo! Angkat kepalamu?! Siapa yang mengajarkanmu untuk berlutut pada wanita seperti itu?!” Tomi marah karena ini pertama kalinya Leo terlihat sangat rendahan. Apalagi dia berlutut pada April. Tomi benar-benar murka dan menarik tangan Tomi. “Permintaanku, kurung dia di kamarnya. Berikan dia makan selama tiga hari sekali dengan tinggi vitamin. Aku ingin kamu, Leo, dan para pelayan bekerja sama
“Dendam apa yang kau simpan pada Ayahku, April?” tanya Leo. “Aku harap kamu tidak tertawa mendengar kisah menyedihkan. Dendam yang tidak akan pernah hilang jika Tomi belum mendapatkan balasannya. Dendam yang terbentuk dari kematian Ayah dan Ibuku di masa lalu karenanya. Dua kali aku menyaksikan kedua orang tuaku meninggal secara brutal karenanya. Karena Tomi telah membunuh orang tuaku, Leo,” katanya. Di akhir kata, April menitikan air matanya dengan pilu. Wajahnya yang sombong kini men menampakkan sisi lemahnya. Bagaimana tidak? Dia harus menceritakan kematian Ayahnya dia depan anak pembunuh ini. “A-April. Ke-kenapa Ayahku berbuat sejauh itu?”“Karena Ayahmu adalah orang yang serakah, Leo. Karena dia orang yang bisa menjatuhkan teman dekatnya demi ambisinya yang akan sirna termakan penyesalan. Karena dia jatuh cinta pada Ibuku namun tak terbalas. Karena dia manusia yang hilang rasa ibanya,” balasnya dengan air mata.“Saat itu, aku hampir ingin mati, Leo. Aku hilang harapan dan sem