Satu hari setelah mendengar informasi berharga dari Camilla, April dna Angga bekerja sama untuk pergi ke rumah Hanum—Korban Tomi baru-baru ini. Mereka memiliki niat untuk saling menopang satu sama lain sebagai korban. Tak hanya itu, April ingin Hanum bekerja sama dengannya juga. Sampai dia rela pergi ke pedesaan yang sangat jauh dari kehidupan mewah Ibu kota. Mereka bahkan harus menyusuri sungai dengan arus yang deras dan perjalanan hyang memasuki area hutan. “Aku sebenarnya tidak setuju kita pergi kemari. Aku benar-benar khawatir dengan kondisimu sekarang,” kata Angga di dalam perjalannya. “Tenang saja. Kita juga harus menyelamatkan hidup Hanum, Ga. Dia pasti merasa kesulitan sekarang. Setidaknya, kita harus bisa dia andalkan,” balas April. Tadinya, Angga menyarankan April untuk pergi memakai helikopter milik nya dengan aman. Tapi April merasa bahwa kedatangannya yang seperti itu akan mengejutkan penduduk Desa dan malah menjadi pusat perhatian. Takutnya, jika Hanum merasa tidak n
Sepucuk surat untuk Ibu. Kepergian Hanum membuat orang yang mengenalnya terpukul. Bahkan sebelum kepergian Hanum tiba, Hanum menuliskan sepucuk surat untuk Ibunya. Segunung rasa terima kasihnya, juga kata maaf yang tak terbendung wadah dunia. Lalu terakhir, pengakuan atas pelecehan seksual yang dialami oleh Tomi. Hanum, selama ini sangat menderita dan orang tuanya baru mengetahuinya. Begitupun April yang murung di rumah, setiap hari. “Angga, jika saja aku datang lebih awal, apakah hal buruk ini tidak akan terjadi?” taya April. Lututnya dipeluk sendiri. Angga mengusap kepala April lalu mengatakan, “April, kamu tidak salah. Niatmu sangatlah baik. Kematian dia bukanlah kesalahanmu. Melainkan karena Tomi. Yang harusnya menyesal itu dia. Semuanya sudah tidak bisa sesuai rencana kita, April. Tapi, kita harus melakukan sesuatu. Setidaknya, untuk keluarga yang ditinggalkannya. Untuk keluarga yang dikhianati oleh Tomi.” April mengerti maksud Angga. Dengan murung dan menelan kesedihan terla
Rencana April, sedikit demi sedikit berhasil. Rasanya melelahkan telah berjuang sejauh ini. Tapi masih ada dua orang yang perlu diberesi, pikirnya. Bekerja sebagai Sekretaris sekaligus menjadi pendendam yangaka sirna apabila misinya selesai. Saat ini, April menghubungi Leo untuk memintanya menemuinya di sebuah cafe terkenal di Ibu kota. April menentukan waktu pertemuan mereka jam tiga sore sore, tapi April sengaja datang tiga puluh menit sebelumnya. “Sudah jam 15.00, dia akan datang.” Benar saja. Leo datang tepat waktu. Leo melambaikan tangannya pada April. Tapi April membalasnya dengan lemas. Ya, antara dia lemas karena bawaan hamil atau memang akhir-akhir ini sangatlah sibuk. “Duduklah, Leo. Aku akan bicara intinya saja,” kata April. Ekspresi April yang tidak ceria membuat hati Leo resah. Dia takut jika April akan mengatakan sesuatu seperti berhenti untuk menemuinya dan semacamnya. Leon tidak siap jadi dia akan mencari cara. “Ah. Kenapa kamu terburu-buru begitu? Bagaimana jika
“Yang terjadi? Aku akan memberitahu apa yang terjadi padamu ketika kamu bisa memilih pilihan ini. Karena aku sudah mengandung anakmu, aku juga butuh kamu, Leo. Tapi Ayahmu membuatku tidak nyaman. Jika kamu harus merelakan seseorang, siapa yang ingin kau relakan?” tanya April. “A-April, aku bahkan masih tidak mengerti dengan yang kamu lakukan. Bagaimana bisa kau menjawabnya? Kalian juga orang yang penting,” jawabnya. “Jika itu jawabanmu, maka aku akan menganggap bahwa kita tidak memiliki hubungan apa-apa—’“Tidak, April! A-apa yang kau inginkan? A-aku akan memilihmu,” katanya sambil memohon. “Leo! Angkat kepalamu?! Siapa yang mengajarkanmu untuk berlutut pada wanita seperti itu?!” Tomi marah karena ini pertama kalinya Leo terlihat sangat rendahan. Apalagi dia berlutut pada April. Tomi benar-benar murka dan menarik tangan Tomi. “Permintaanku, kurung dia di kamarnya. Berikan dia makan selama tiga hari sekali dengan tinggi vitamin. Aku ingin kamu, Leo, dan para pelayan bekerja sama
“Dendam apa yang kau simpan pada Ayahku, April?” tanya Leo. “Aku harap kamu tidak tertawa mendengar kisah menyedihkan. Dendam yang tidak akan pernah hilang jika Tomi belum mendapatkan balasannya. Dendam yang terbentuk dari kematian Ayah dan Ibuku di masa lalu karenanya. Dua kali aku menyaksikan kedua orang tuaku meninggal secara brutal karenanya. Karena Tomi telah membunuh orang tuaku, Leo,” katanya. Di akhir kata, April menitikan air matanya dengan pilu. Wajahnya yang sombong kini men menampakkan sisi lemahnya. Bagaimana tidak? Dia harus menceritakan kematian Ayahnya dia depan anak pembunuh ini. “A-April. Ke-kenapa Ayahku berbuat sejauh itu?”“Karena Ayahmu adalah orang yang serakah, Leo. Karena dia orang yang bisa menjatuhkan teman dekatnya demi ambisinya yang akan sirna termakan penyesalan. Karena dia jatuh cinta pada Ibuku namun tak terbalas. Karena dia manusia yang hilang rasa ibanya,” balasnya dengan air mata.“Saat itu, aku hampir ingin mati, Leo. Aku hilang harapan dan sem
April ke rumahnya dengan perasaan bersalah. Dia merasa sudah melangkah terlalu jauh untuk balas dendam ini. Termasuk menyakiti Leo yang tidak tahu apa-apa. “Hah!” April menghela nafasnya sambil melempar tasnya. “Ada yang mengganjal di hatiku. Padahal aku sudah yakin dengan apa yang akan aku lakukan. Tapi Leo akan berakhir hancur karenaku. Sial! Ternyata aku menyeret orang yang tak bersalah,” gumamnya. Rambut yang berantakan karena ulah tangannya. April sungguh frustasi dengan sikapnya. Tapi mengingat masa lalu, Toi tak pandang bulu. Dulu, rasa sakit itu terbagi padanya yang tidak tahu apa-apa juga. April hanya mencoba membalasnya dengan hal yang sama. TOK! TOK!“April!” panggil seseorang. Pria bertubuh jangkung dan besar itu berlari dengan air mata yang berlinang. Memeluk tubuh yang lelah dengan cepat dan erat. “A-Angga? Ada apa denganmu?” tanya April bingung. “April, selama ini kamu menyembunyikannya dariku. Kamu kesulitan karena menahan diri. Kenapa tidak kamu katakan saja se
Tak ada rahasia antara April dan Angga lagi. April sudah tak menyembunyikan apapun lagi kepada Angga. Karena gadis yang tidak percaya siapapun itu kini mempercayai Angga sepenuh hatinya. Karena Angga dikirim tuhan untuk tidak pernah mengkhianatinya. Termasuk kejadian lusa, bahwa April melakukan drama kecil tentang kehamilannya kepada Leo. Lalu membuat masalah besar dengan membuat Leo jauh dari Tomi karenanya. Tak hanya itu, April juga memberi tahu Angga tentang pengurungan Tomi untuk sementara waktu. Lantas hari ini juga Angga membuat keputusan yang mendapat persetujuan dari April. TOK! TOK!“Masuk,” kata Angga. Leo pun masuk dengan penuh hormat. Ya, dia menghilangkan keangkuhannya bukan karena Angga di atas dirinya. Melainkan dia sudah berada di zona kekalahan dan dia tidak masalah bersikap rendah seperti ini. “Kau sudah membawanya, kan?” tanya Angga dingin. Ya, dia fokus pada dua arah. Pekerjaannya juga surat resign yang sudah diberikan kepada HRD perusahaannya. “Ya, Pak. Saya
“Ah! Kantor ini membuatku muak!”“Aku bertahan sejauh ini karena kantor ini terlihat seperti memiliki masa depan yang cerah!”“Walaupun gaji dan kinerja kerja yang tidak sesuai ini, aku juga bertahan karena alasan itu. Tak disangka jika perusahaan ini bangkrut!” Delapan puluh persen karyawan perusahaann yang Tomi bangu dengan penumpahan darah ini, hancur secepat membalikan telapak tangan. Ini mirip seperti kata pepatah. Ketika mengambil apa yang sudah menjadi milik orang lain, maka sebenarnya kita sedang mengumpulkan balasan buruk di masa depan. Hal ini pun terjadi juga di kehidupan tomi yang terlihat sempurna tak ada celah. Kehancuran lebih mudah di dapatkan dari orang serakah. Tomi yang rela membunuh banyak orang yang menghalanginya telah mendapatkan balasannya. ***Di kediaman Tomi … Tomi yang angkuh kini sedang melempar rasa kekesalannya pada barang berharga di dalam ruangan yang mengurungnya. Tak ada belas kasihan dari siapapun, termasuk Sekretarisnya. Sekretaris Tomi itu su