Sejak kejadian waktu itu, hubungan mereka membaik. Angga memperlakukan April dengan baik seperti biasanya, tapi sekarang dengan hati-hati. April juga menjadi banyak tertawa saat dengannya. Walau dia akan serius dengan misinya. Tapi Angga setiap waktu membantunya. Bahkan sekarang-sekarang, Angga memilih Sekretaris utamanya agar April tidak banyak bekerja. Angga juga tak bisa lepas jabatan April saat ini, karena dengan pekerjaan lah mereka bisa sedekat nadi. Di ruang bawah tanah yang lebih bercahaya dari biasanya … “Kamu mengganti lampunya, ya?” tannya April. Menengok ke atas. “Iya. Karena lampu kemarin sudah redup, jadi aku menggantinya. Kalau terang seperti ini, kan, enak balas dendamnya,” kata Angga. “Hahaha! Bisa aja kamu!” April tertawa lepas sambil memukul ringan pundak Angga. Angga senang April bisa tertawa lepas seperti ini. Terakhir kali tertawa lepas seperti ini saat awal-awal mereka saling mengenal. Namun yang ditakutkan Angga sekarang adalah, apakah April bisa tetap s
Kedua orang tersebut pergi ke sebuah rumah yang mengurung Camilla. Walaupun dapat disebut dengan rumah sakit jiwa pribadi, tapi itu lebih mirip rumah pengurungan atau pengasingan. April dan Angga datang bersama Boneka Kakek tua “Halo, Camilla. Aku datang. Apakah kamu makan dengan baik?” tanya April. “Lily?! Kau sudah datang? Aku sudah menunggumu satu tahun. sejak kecelakaan itu, aku sedih karena tidak dapat menemukanmu. Aku senang kamu datang sendiri,” katanya sambil memeluk April. April membalas pelukan Camilla itu. Dia lebih berisi daripada saat tidak mendapat perawatan. “Sekarang sudah tidak apa-apa, bukan? Kamu sudah janji bahwa kamu akan makan dengan baik, ya? Tapi kenapa ini tidak dihabiskan? Lily akan sering menemuimu jika Camilla makan dengan baik,” ujarnya sambil mengambil nampan berisi makanan utama. “A-aku akan makan!” Camilla makan sangat lahap sekali. Lily, adalah nama dari boneka favoritnya saat Camilla kelas tiga Sekolah Dasar. Lily adakah Boneka pemberian dar
Satu hari setelah mendengar informasi berharga dari Camilla, April dna Angga bekerja sama untuk pergi ke rumah Hanum—Korban Tomi baru-baru ini. Mereka memiliki niat untuk saling menopang satu sama lain sebagai korban. Tak hanya itu, April ingin Hanum bekerja sama dengannya juga. Sampai dia rela pergi ke pedesaan yang sangat jauh dari kehidupan mewah Ibu kota. Mereka bahkan harus menyusuri sungai dengan arus yang deras dan perjalanan hyang memasuki area hutan. “Aku sebenarnya tidak setuju kita pergi kemari. Aku benar-benar khawatir dengan kondisimu sekarang,” kata Angga di dalam perjalannya. “Tenang saja. Kita juga harus menyelamatkan hidup Hanum, Ga. Dia pasti merasa kesulitan sekarang. Setidaknya, kita harus bisa dia andalkan,” balas April. Tadinya, Angga menyarankan April untuk pergi memakai helikopter milik nya dengan aman. Tapi April merasa bahwa kedatangannya yang seperti itu akan mengejutkan penduduk Desa dan malah menjadi pusat perhatian. Takutnya, jika Hanum merasa tidak n
Sepucuk surat untuk Ibu. Kepergian Hanum membuat orang yang mengenalnya terpukul. Bahkan sebelum kepergian Hanum tiba, Hanum menuliskan sepucuk surat untuk Ibunya. Segunung rasa terima kasihnya, juga kata maaf yang tak terbendung wadah dunia. Lalu terakhir, pengakuan atas pelecehan seksual yang dialami oleh Tomi. Hanum, selama ini sangat menderita dan orang tuanya baru mengetahuinya. Begitupun April yang murung di rumah, setiap hari. “Angga, jika saja aku datang lebih awal, apakah hal buruk ini tidak akan terjadi?” taya April. Lututnya dipeluk sendiri. Angga mengusap kepala April lalu mengatakan, “April, kamu tidak salah. Niatmu sangatlah baik. Kematian dia bukanlah kesalahanmu. Melainkan karena Tomi. Yang harusnya menyesal itu dia. Semuanya sudah tidak bisa sesuai rencana kita, April. Tapi, kita harus melakukan sesuatu. Setidaknya, untuk keluarga yang ditinggalkannya. Untuk keluarga yang dikhianati oleh Tomi.” April mengerti maksud Angga. Dengan murung dan menelan kesedihan terla
Rencana April, sedikit demi sedikit berhasil. Rasanya melelahkan telah berjuang sejauh ini. Tapi masih ada dua orang yang perlu diberesi, pikirnya. Bekerja sebagai Sekretaris sekaligus menjadi pendendam yangaka sirna apabila misinya selesai. Saat ini, April menghubungi Leo untuk memintanya menemuinya di sebuah cafe terkenal di Ibu kota. April menentukan waktu pertemuan mereka jam tiga sore sore, tapi April sengaja datang tiga puluh menit sebelumnya. “Sudah jam 15.00, dia akan datang.” Benar saja. Leo datang tepat waktu. Leo melambaikan tangannya pada April. Tapi April membalasnya dengan lemas. Ya, antara dia lemas karena bawaan hamil atau memang akhir-akhir ini sangatlah sibuk. “Duduklah, Leo. Aku akan bicara intinya saja,” kata April. Ekspresi April yang tidak ceria membuat hati Leo resah. Dia takut jika April akan mengatakan sesuatu seperti berhenti untuk menemuinya dan semacamnya. Leon tidak siap jadi dia akan mencari cara. “Ah. Kenapa kamu terburu-buru begitu? Bagaimana jika
“Yang terjadi? Aku akan memberitahu apa yang terjadi padamu ketika kamu bisa memilih pilihan ini. Karena aku sudah mengandung anakmu, aku juga butuh kamu, Leo. Tapi Ayahmu membuatku tidak nyaman. Jika kamu harus merelakan seseorang, siapa yang ingin kau relakan?” tanya April. “A-April, aku bahkan masih tidak mengerti dengan yang kamu lakukan. Bagaimana bisa kau menjawabnya? Kalian juga orang yang penting,” jawabnya. “Jika itu jawabanmu, maka aku akan menganggap bahwa kita tidak memiliki hubungan apa-apa—’“Tidak, April! A-apa yang kau inginkan? A-aku akan memilihmu,” katanya sambil memohon. “Leo! Angkat kepalamu?! Siapa yang mengajarkanmu untuk berlutut pada wanita seperti itu?!” Tomi marah karena ini pertama kalinya Leo terlihat sangat rendahan. Apalagi dia berlutut pada April. Tomi benar-benar murka dan menarik tangan Tomi. “Permintaanku, kurung dia di kamarnya. Berikan dia makan selama tiga hari sekali dengan tinggi vitamin. Aku ingin kamu, Leo, dan para pelayan bekerja sama
“Dendam apa yang kau simpan pada Ayahku, April?” tanya Leo. “Aku harap kamu tidak tertawa mendengar kisah menyedihkan. Dendam yang tidak akan pernah hilang jika Tomi belum mendapatkan balasannya. Dendam yang terbentuk dari kematian Ayah dan Ibuku di masa lalu karenanya. Dua kali aku menyaksikan kedua orang tuaku meninggal secara brutal karenanya. Karena Tomi telah membunuh orang tuaku, Leo,” katanya. Di akhir kata, April menitikan air matanya dengan pilu. Wajahnya yang sombong kini men menampakkan sisi lemahnya. Bagaimana tidak? Dia harus menceritakan kematian Ayahnya dia depan anak pembunuh ini. “A-April. Ke-kenapa Ayahku berbuat sejauh itu?”“Karena Ayahmu adalah orang yang serakah, Leo. Karena dia orang yang bisa menjatuhkan teman dekatnya demi ambisinya yang akan sirna termakan penyesalan. Karena dia jatuh cinta pada Ibuku namun tak terbalas. Karena dia manusia yang hilang rasa ibanya,” balasnya dengan air mata.“Saat itu, aku hampir ingin mati, Leo. Aku hilang harapan dan sem
April ke rumahnya dengan perasaan bersalah. Dia merasa sudah melangkah terlalu jauh untuk balas dendam ini. Termasuk menyakiti Leo yang tidak tahu apa-apa. “Hah!” April menghela nafasnya sambil melempar tasnya. “Ada yang mengganjal di hatiku. Padahal aku sudah yakin dengan apa yang akan aku lakukan. Tapi Leo akan berakhir hancur karenaku. Sial! Ternyata aku menyeret orang yang tak bersalah,” gumamnya. Rambut yang berantakan karena ulah tangannya. April sungguh frustasi dengan sikapnya. Tapi mengingat masa lalu, Toi tak pandang bulu. Dulu, rasa sakit itu terbagi padanya yang tidak tahu apa-apa juga. April hanya mencoba membalasnya dengan hal yang sama. TOK! TOK!“April!” panggil seseorang. Pria bertubuh jangkung dan besar itu berlari dengan air mata yang berlinang. Memeluk tubuh yang lelah dengan cepat dan erat. “A-Angga? Ada apa denganmu?” tanya April bingung. “April, selama ini kamu menyembunyikannya dariku. Kamu kesulitan karena menahan diri. Kenapa tidak kamu katakan saja se
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak