Di sebuah restoran bintang lima …Seorang pria yang mengenakan kemeja putih, dengan lengan yang digulung itu tengah menunggu seorang wanita lajang. Hanya ada dua kursi. Satu kursi miliknya yang sedang dia duduki, dan satunya lagi kosong. “Sudah telat dua jam,” kata pria itu. Bersama bunga merah merona, Leo sendirian di tempat itu. Ya, dia sengaja membooking restoran mewah itu hanya untuk bertemu dengan April. Entah ide buruk dari mana, tapi Leo sudah memikirkannya sejak lama. “Aku sudah menghubunginya 57 kali, tapi dia tidak mengangkatnya,” ujarnya pada ponsel dengan baterai yang sudah merah. “Bagaimana ini? Apa aku harus menunggunya?” batin Leo. Sementara itu, sejak tadi istrinya, Camilla sudah menghubungi Leo beberapa kali. Drrt! Panggilan dari Camilla yang kesekian kalinya. Kali ini, Leo akan mengangkatnya. “Maaf, Camilla. Tadi aku sedang membahas pekerjaan,” ujarnya dengan suara yang dibuat-buta. Ya, seharusnya Leo lemah seperti sebelumnya. Tapi karena Leo sebal jika Cami
Sambil menunggu Leo, April melihat ke sekitar. Dia baru sadar, bahwa di tempat ini hanya ada dua tamu yaitu April dan Leo. “Ternyata dia memesan ini untukku? Niat sekali karyawan biasa seperti dia?” batinnya sambil meremehkan Leo. “Ah, aku lupa. Ketika dia kehilangan pekerjaannya, dia masih tetap memiliki penghasilan dari perusahaan si Tomi sialan itu,” sambungnya. Ya, setelah April mulai ingat bahwa Leo tidak akan hidup melarat jika bukan April yang akan menghancurkannya suatu saat nanti.“Kenapa dia lama sekali? Apa melakukan hal menjijikan itu memakan waktu? Aku tidak tahu karena aku tidak pernah melakukannya,” kata April di dalam hatinya. DING!Sebuah ponsel berbunyi. Itu adalah pesan yang masuk dari ponsel Leo. Hanya ada April dan tentu saja dia yang menyadarinya. April mengernyitkan keningnya tidak mengerti. Dia tahu bahwa tadi Leo pergi dengan ponselnya. Tapi kali ini, di kursi milik Leo ada satu ponsel lagi. Dan lebih mengejutkannya, Tomi yang sudah memberi pesan itu kep
Sementara itu, April berhasil mengalihkan pembicaraannya dengan Leo. Agar Leo tidak banyak bertanya dan curiga dengan April yang menangis saat itu. "April, ada yang ingin kamu makan? Kamu suka menu apa?" tanya Leo sambil melihat banyak menu di buku menu tersebut. Menu yang tertera di sana adalah menu mewah dari berbagai Negara. Seperti makanan langka yang harganya mahal. Ini persis dengan restoran yang pernah Angga dan April datangi. "Aku ingin makan Posh Pie," balas April sambil menunjuk makanan dengan harga 124 juta itu. "Lalu minumnya aku ingin air putih. Aku sedang menghindari minuman manis-manis," lanjutnya. Sesuatu yang mudah untuk Leo mengeluarkan uang hanya untuk satu makanan seharga tas branded itu. Dia bukan orang yang pelit bahkan untuk Camilla atau untuk temannya yang lain. Apalagi, April adalah wanita yang istimewa di hatinya. "Posh pienya dua. Dengan air putih satu dan Magie Noir satu," kata pria itu kepada pelayan yang lebih tampan darinya. "Baik, mohon untuk
Pertemuan ini terlihat sangat sia-sia. Hanya makan malam di restoran mewah dan hadiah berupa tas bermerek. Kini, Leo sedang mengantar April pulang ke rumah. Di dalam mobil …“April, apakah kamu memiliki seorang kekasih?” tanya Leo di sela-sela hujan yang berisik itu. “Tidak ada,” balasnya dengan suara yang kecil. “Ah, begitu, ya,” kata Leo dengan senyum yang menyenangkan. Sedangkan April melihatnya dengan pandangan yang kesal. April menoleh kepada Leo yang bahkan tidak melihatnya karena harus fokus pada pandangannya ke depan. Ya, malam ini sangat berkabut walaupun di tengah kota yang memiliki banyak penerang. “Perasaanku tidak enak,” batin April sambil menoleh ke kursi belakang. Tidak banyak kendaraan di tengah malam seperti ini. Tidak, lebih tepatnya, ini hampir subuh. Leo terlalu banyak bicara sampai membuat April terlambat untuk pulang ke rumah. “April, maafkan aku, ya. Apakah kamu tidak terbiasa pulang selarut ini?” kata Leo. “Apa maksudnya? Apa dia sedang meremehkanku?” b
Di tengah hujan yang berjatuhan dari awan, mereka ikut menari di dalamnya. Seorang pria yang memiliki wanita di rumahnya, menunggu kepulangan sang pria itu. Tapi yang dia lakukan sekarang malah menggendong wanita lain. Walaupun hujan, itu bukan berarti kesengsaraan untuk Leo. “Apa yang sedang dia lakukan? Kenapa dia tidak mendengarkanku untuk menurunkan tubuhku?” batin April kesal. Adegan romantis yang sering ada di dalam drama, April tidak menyukainya jika dia harus melakukan hal romantis dengan pria ini. Tanpa April sadari, hal ini menguntungkan April untuk misinya. Tapi April malah terus mengumpat pria ini di dalam hatinya. Mereka menepi di bawah pohon. April mengernyitkan keningnya heran. “Apa dia ingin kita mati?” batin April. “Setidaknya, disini kita berteduh,” ungkapnya dengan wajah yang polos. “Kita akan mati.” Leo membelalakan matanya mendengar ungkapan April yang tiba-tiba. Yang benar saja, kenapa mereka harus mati, ketika mereka berhasil menghindari kematian tadi? p
“Ramyeon meokgo gallae?” DEG! DUAR! Jika Leo adalah anime, dia harus menyemburkan darah dari hidungnya. Pertanyaan April yang membuat Leo berdebar. Beruntung, leo bukanlah karakter fiksi. Dia adalah manusia yang jika merasa malu lalu berdebar, hanya sel darah merah yang merangkak naik ke atas wajahnya. “Hah! Hahaha! Bercanda!” April terus menertawakan Leo yang terus menerus merasa malu itu. Dia bahkan sempat melempar setu cup mie ke tubuh Leo. April tidak berpikir rasa apa yang Leo inginkan. Tapi walaupun begitu, Leo ikut tertawa. Dia mulai melupakan semua hal yang mengganjalnya. “Kemarilah, Leo,” panggil April. April mengambil mie instan milik Leo itu, lalu membantu untuk menyeduhnya. Lagi-lagi, April tidak peduli jika orang-orang memiliki takaran air, bumbu dan kepedasan yang berbeda. “Ini adalah mie favoritku. Saat aku bekerja di tempat kerjaku yang pertama, aku makan mie ini setiap hari,” ujar April sambil tersenyum walaupun yang dikenang adalah masa pahit. Sebelum Ap
Di sebuah penginapan hotel … April dan Leo sedang memesan kamar untuk mereka, masing-masing. “Selamat malam, Kak. Kami ingin memesan dua kamar untuk malam ini saja. Apakah kalian memiliki dua kamar yang kosong?” tanya April kepada sang Resepsionis itu. “Malam, Kak. Kami hanya memiliki satu kamar yang kosong untuk saat ini,” balas Resepsionis itu. April dan Leo pun saling menatap satu sama lain. Mereka berdua tidak ada yang merasa nyaman jika harus tidur bersama. Walaupun nanti mereka tidak perlu tidur satu kasur, karena mereka bisa meminta kasur tambahan untuknya. Tetap saja, satu atap, satu ruangan. Bohong, jika Leo tidak akan melakukan hal gila. “Jika Anda sepasang suami istri, Anda—” “Berikan kami kunci kamar itu,” sanggah Leo dengan cepat. Transaksi mereka pun selesai. Sementara itu, April masih terkejut dengan keputusan yang diambil oleh Leo. Walaupun ini sangat darurat, tetap saja, kenapa Leo terlihat tidak keberatan. Dia juga memasang wajah yang dingin. “Ada apa d
“Jangan memanggil orang yang sedang mandi. Itu tidak sopan,” balas April dengan nada yang kesal. Siapa yang berani memanggil April saat sedang mandi kecuali Ibunya dulu. Itupun karena ada urusan mendesak. Seorang pria asing mengetuk pintu dan memanggil orang yang sedang mandi. Sungguh, April ingin segera pergi. Leo orang yang menjengkelkan lebih dari Angga. “B-baiklah,” jawab Leo dengan suara yang kecil. Ternyata, Leo hanya ingin memberitahu April bahwa Leo akan pergi dari hotel itu dan membiarkan April menginap seorang diri. Leo sudah bulat dengan keputusannya. Dia juga bekerja sama dengan resepsionis dan mengatakan bahwa Leo datang seorang diri. “Camilla akan menjemputku, karena mobilku rusak. Kemudian, April bisa tidur sendirian. Aku lebih khawatir jika dia bersamaku,” katanya. Tidak perlu lama untuk Leo menunggu kedatangan istrinya itu. Dia sudah datang lebih cepat dari dugaan. “Huh, apakah aku pria yang tidak memiliki perasaan? Aku seolah-olah sedang menyakiti perasaa
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak