Readers, mohon maaf apabila dalam satu hari Author tidak update atau bahkan update lebih sedikit karena kondisi kesehatan Author yang kurang baik. Setelah kesehatan Author membaik, Author akan memperbarui setiap harinya dengan konsisten. Dan jangan lupa, setiap bab Author selalu membuatnya semakin menarik. Tolong untuk dukung Novel ini. Kita lihat kelanjutan hubungan April dengan Angga dan beberapa musuhnya Salam hangat untukmu <3
Pertemuan ini terlihat sangat sia-sia. Hanya makan malam di restoran mewah dan hadiah berupa tas bermerek. Kini, Leo sedang mengantar April pulang ke rumah. Di dalam mobil …“April, apakah kamu memiliki seorang kekasih?” tanya Leo di sela-sela hujan yang berisik itu. “Tidak ada,” balasnya dengan suara yang kecil. “Ah, begitu, ya,” kata Leo dengan senyum yang menyenangkan. Sedangkan April melihatnya dengan pandangan yang kesal. April menoleh kepada Leo yang bahkan tidak melihatnya karena harus fokus pada pandangannya ke depan. Ya, malam ini sangat berkabut walaupun di tengah kota yang memiliki banyak penerang. “Perasaanku tidak enak,” batin April sambil menoleh ke kursi belakang. Tidak banyak kendaraan di tengah malam seperti ini. Tidak, lebih tepatnya, ini hampir subuh. Leo terlalu banyak bicara sampai membuat April terlambat untuk pulang ke rumah. “April, maafkan aku, ya. Apakah kamu tidak terbiasa pulang selarut ini?” kata Leo. “Apa maksudnya? Apa dia sedang meremehkanku?” b
Di tengah hujan yang berjatuhan dari awan, mereka ikut menari di dalamnya. Seorang pria yang memiliki wanita di rumahnya, menunggu kepulangan sang pria itu. Tapi yang dia lakukan sekarang malah menggendong wanita lain. Walaupun hujan, itu bukan berarti kesengsaraan untuk Leo. “Apa yang sedang dia lakukan? Kenapa dia tidak mendengarkanku untuk menurunkan tubuhku?” batin April kesal. Adegan romantis yang sering ada di dalam drama, April tidak menyukainya jika dia harus melakukan hal romantis dengan pria ini. Tanpa April sadari, hal ini menguntungkan April untuk misinya. Tapi April malah terus mengumpat pria ini di dalam hatinya. Mereka menepi di bawah pohon. April mengernyitkan keningnya heran. “Apa dia ingin kita mati?” batin April. “Setidaknya, disini kita berteduh,” ungkapnya dengan wajah yang polos. “Kita akan mati.” Leo membelalakan matanya mendengar ungkapan April yang tiba-tiba. Yang benar saja, kenapa mereka harus mati, ketika mereka berhasil menghindari kematian tadi? p
“Ramyeon meokgo gallae?” DEG! DUAR! Jika Leo adalah anime, dia harus menyemburkan darah dari hidungnya. Pertanyaan April yang membuat Leo berdebar. Beruntung, leo bukanlah karakter fiksi. Dia adalah manusia yang jika merasa malu lalu berdebar, hanya sel darah merah yang merangkak naik ke atas wajahnya. “Hah! Hahaha! Bercanda!” April terus menertawakan Leo yang terus menerus merasa malu itu. Dia bahkan sempat melempar setu cup mie ke tubuh Leo. April tidak berpikir rasa apa yang Leo inginkan. Tapi walaupun begitu, Leo ikut tertawa. Dia mulai melupakan semua hal yang mengganjalnya. “Kemarilah, Leo,” panggil April. April mengambil mie instan milik Leo itu, lalu membantu untuk menyeduhnya. Lagi-lagi, April tidak peduli jika orang-orang memiliki takaran air, bumbu dan kepedasan yang berbeda. “Ini adalah mie favoritku. Saat aku bekerja di tempat kerjaku yang pertama, aku makan mie ini setiap hari,” ujar April sambil tersenyum walaupun yang dikenang adalah masa pahit. Sebelum Ap
Di sebuah penginapan hotel … April dan Leo sedang memesan kamar untuk mereka, masing-masing. “Selamat malam, Kak. Kami ingin memesan dua kamar untuk malam ini saja. Apakah kalian memiliki dua kamar yang kosong?” tanya April kepada sang Resepsionis itu. “Malam, Kak. Kami hanya memiliki satu kamar yang kosong untuk saat ini,” balas Resepsionis itu. April dan Leo pun saling menatap satu sama lain. Mereka berdua tidak ada yang merasa nyaman jika harus tidur bersama. Walaupun nanti mereka tidak perlu tidur satu kasur, karena mereka bisa meminta kasur tambahan untuknya. Tetap saja, satu atap, satu ruangan. Bohong, jika Leo tidak akan melakukan hal gila. “Jika Anda sepasang suami istri, Anda—” “Berikan kami kunci kamar itu,” sanggah Leo dengan cepat. Transaksi mereka pun selesai. Sementara itu, April masih terkejut dengan keputusan yang diambil oleh Leo. Walaupun ini sangat darurat, tetap saja, kenapa Leo terlihat tidak keberatan. Dia juga memasang wajah yang dingin. “Ada apa d
“Jangan memanggil orang yang sedang mandi. Itu tidak sopan,” balas April dengan nada yang kesal. Siapa yang berani memanggil April saat sedang mandi kecuali Ibunya dulu. Itupun karena ada urusan mendesak. Seorang pria asing mengetuk pintu dan memanggil orang yang sedang mandi. Sungguh, April ingin segera pergi. Leo orang yang menjengkelkan lebih dari Angga. “B-baiklah,” jawab Leo dengan suara yang kecil. Ternyata, Leo hanya ingin memberitahu April bahwa Leo akan pergi dari hotel itu dan membiarkan April menginap seorang diri. Leo sudah bulat dengan keputusannya. Dia juga bekerja sama dengan resepsionis dan mengatakan bahwa Leo datang seorang diri. “Camilla akan menjemputku, karena mobilku rusak. Kemudian, April bisa tidur sendirian. Aku lebih khawatir jika dia bersamaku,” katanya. Tidak perlu lama untuk Leo menunggu kedatangan istrinya itu. Dia sudah datang lebih cepat dari dugaan. “Huh, apakah aku pria yang tidak memiliki perasaan? Aku seolah-olah sedang menyakiti perasaa
Sementara itu, di hotel, April sedang membaca surat dari Leo. Surat itu berisi, “April, maafkan aku. Aku meninggalkanmu di hotel ini sendiri. Kita tidak mungkin tidur bersama dan kamu juga terlihat tidak nyaman saat aku mengiyakan resepsionis tadi. Maaf karena membuatmu tidak nyaman sejak pertama kali kita tiba di restoran. Maaf membuatmu harus menginap karena kita sempat kecelakaan. Aku akan mengemudi dengan baik nanti. Aku pergi bersama Camilla. Tenang saja, dia tidak tahu apa-apa. Dari Leo.” “Cih!” April memutar kedua bola matanya. Meremas surat itu dan membuangnya ke sembarang arah. Sambil membuka kimononya, dia berbaring di kasur tanpa mengenakan satu helai kain pun. Lalu, dia menatap atap langit itu dengan smirk nya. “Biar aku tebak, Leo. Kamu takut hilang kendali, bukan? Padahal aku sudah menyiapkan diri dengan baik. Aku sudah memakai banyak parfum, aku juga sudah berpikir dengan lama aku harus apa,” kata April yang malah dia terlihat sedikit kecewa. April mengangkat
“Aku mengikutimu sejak awal,” balas Angga. “Kenapa?” tanya April dengan ekspresi yang takut. April juga mendorong tubuhnya ke belakang. “Itu karena kamu pergi dengan bajingan itu. April, aku meminta izin untuk memecat Leo sekarang. Seperti yang kamu bilang, dia tidak akan mati jika hanya tidak bekerja di perusahaanku,” ujar Angga. Angga terus mendorong tubuhnya ke depan. Dia membuat April terpojok dengan tubuh yang tingginya itu. “Jangan. Akan ada masalah antara kamu dan Tomi. Bukankah Leo anak dari Tomi? Tomi mungkin akan mendesakmu atau bahkan mendesak Mawar untuk membuatnya kembali di perusahaan kamu,” balas April. April berhasil lepas dari cengkraman Angga. Dia pergi ke tempat tidur dan mulai menyelimuti tubuhnya dengan ketat. Sekarang, April terlihat seperti manusia salju. Hanya wajah cantik dan imutnya yang terlihat. Angga duduk walaupun memunggungi tubuh gadis itu. “Apa kamu melakukan sesuatu disini? Dimana dia menyentuhmu? Bagaimana perasaanmu setelah itu? Apa kamu mul
“Apa kamu tidak tidur?” tanya April. “Aku sudah tidur tadi siang, bukan? Di rumahmu?!” balas Angga. “Ah, kau benar. Aku masih punya rekamannya saat kamu tertidur.” April mulai menggodanya. Rekaman Angga yang sedang tertidur seperti peri. April punya senjata untuk membuat Angga merasa malu. Padahal, Angga selalu tidur dengan wajah yang tampan. Hanya saja, Angga tidak merasa percaya diri. “Baiklah, aku ingin berbicara dengan serius. Ada yang ingin kukatakan kepadamu, Angga. Dan ada yang ingin aku pinta darimu,” kata April. Kini, Angga sedang mendengarkannya dengan serius. “Saat aku menunggu Leo yang pergi ke kamar mandi, aku menemukan ponsel lain milik Leo,” ujarnya. Angga menyipitkan matanya sambil berpikir. “Maksudmu dia memiliki ponsel yang lain?” tanya Angga untuk memastikan. April mengangguk sebagai jawaban dari Angga yang benar. “Kau tahu? Siapa yang menghubunginya?” tanya April. “Tomi.”“Binggo!” jawabnya dengan satu jentikan jarinya itu. “Dia memberikan pesan tentang