Beranda / Thriller / Dendam Istri Sah / Part 4 Mencekam

Share

Part 4 Mencekam

Penulis: Allena Sari
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-19 23:10:39

"Kurang ajar kamu, buat malu keluarga," plakkkkk tamparan ayah yang begitu kuat membuat tubuh Tania jatuh.

"Rendi, kau pastikan gak ada media yang meliput kejadian ini. Buat malu saja, bisa gagal proyek perusahaan kita apabila berita skandal ini tersebar," ucap ayah dengan nada tinggi kepada asisten pribadinya.

Ibu yang awalnya duduk di sofa berjalan menuju Tania dan mengulurkan tangannya lalu menariknya untuk duduk. Sementara wanita paruh baya tadi masih ditangani oleh Bi Asih agar segera siuman, dan ketiga anaknya sedang berada di taman belakang bersama Bi Ratih. 

Tak lama wanita paruh baya itu siuman, ia mencoba duduk dan menyeruput air yang telah disediakan oleh Bi Asih. Ia melirik ke arah kiri dan mengernyitkan matanya seolah ada sosok yang ingin dipastikan olehnya. Lalu, tak berapa lama ia berdiri dan berteriak.

"Pak Anwar…….. Tolong Pak…. Ibnu Pak…." Teriaknya histeris berlari menghampiri ayah.

Aku terkejut, bahkan seluruh ruangan yang menyaksikan juga melalak heran.

"Kok wanita ini bisa kenal ayah?" Batinku.

"Apa-apaan ini Lastri, kenapa Anda bisa di rumah saya?" Tanya ayah ketus.

Perempuan itu terdiam, kelopak matanya membesar, dan matanya merah menyala. Ia berbalik menuju Tania. Dari tatapannya, sudah pasti yang melihat akan berkata bahwa ia akan membunuhnya. 

"Perempuan jalang ini tengah hamil anak Ibnu. Siapa perempuan ini? Anakmu?" Teriaknya histeris.

Ayah shock, ia sontak menyentuh dadanya dan meraba di sekitar sisi kanan kirinya. Aku langsung berlari ke arahnya, untungnya kursi tersebut tepat mendarat di tubuhnya, sehingga ia tak terhempas jatuh. Ayah tidak pingsan, namun jelas ia begitu kaget.

"Ada apa ini sebenarnya? Ada apa Ayah?" Teriak ibu sembari terisak nangis.

"Yah, ini ada apa?" Tanyaku lagi dengan nada yang lebih rendah karena ia tepat berada disampingku.

Aku melirik ke arah Tania, ia tampak tidak terkejut, ya mungkin ia sudah lebih tau dari kami semua.

"Tuan, minum dulu," ucap Bi Asih membawakan segelas air putih yang ia letakkan di meja sudut persis disamping ayah.

Gelas yang dibawa oleh Bi Asih langsung ia tegukkan, dan ia juga mencoba atur ritme nafas, sehingga sempat beberapa menit kondisi hening.

"La, kau kemas semua baju adik tirimu itu ke dalam koper. Lalu minta Rendi antarkan anak itu ke Rumah Duri," ucap ayah berbisik kepadaku.

Aku menatapnya. Lalu ia mengangguk seolah meyakini keputusannya. Setelah itu, aku langsung berlari menaiki satu per satu anak tangga hendak ke kamar Tania. Ku bongkar bajunya, dan ku susun rapi ke dalam 3 buah koper besar. 

"Pak, bisa tolong angkat kopernya Tania bersama dengan Pak Rendi? Oh ya bilang juga sama Pak Rendi, tolong antar Tania ke Rumah Duri," ucapku melalui sambungan telepon.

"Non, harus ke Rumah Duri?" Tanya Pak Karyo dengan nada bicara sedikit gemetar.

"Ya Pak, perintah ayah demikian," balasku dengan singkat.

Tak butuh lama, mereka berdua datang lalu mulai mengangkut satu per satu koper. Pak Karyo yang jalan lebih dulu, lantas membuat Pak Rendi masih berada di dekatku. Lalu, aku selipkan sebuah catatan kecil di tangannya.

"Pak, tolong baca ini hanya ketika Bapak berada di mobil hendak jalan ke Rumah Duri ya. Tolong aku Pak," ucapku dengan nada yang amat pelan.

Ia mengangguk, lalu mulai berjalan lagi menuju luar kamar untuk memasukkan koper ke dalam mobil hitam ayah.

Setelah ku yakini semua kebutuhan Tania telah berada di dalam koper. Aku kembali turun, dan tampak ayah pindah duduk berhadapan dengan wanita paruh baya tadi dan juga Tania.

"Oke saya tidak ingin ambil pusing masalah ini. Mari kita selesaikan saja sekarang. Kamu, kamu ya Tania gugurkan saja janin harammu itu. Aku akan tanggung semua pengeluaran aborsinya. Lalu kamu Lastri, kembali ke rumahmu, tutup mulutmu untuk membawa pemberitaan ini ke polisi apalagi ke media. Aku akan memberikanmu cek 300 juta," ucap ayah dengan lantang.

"Saya saat ini tidak bisa menghubungi Ibnu, Pak. Bisakah Bapak tolong carikan dia? Tolong sampaikan untuk pulang Pak. Anaknya begitu merindukan papanya," isak wanita paruh baya.

Aku yang masih berdiri di tepi tangga melihat pemandangan yang begitu menyayat hati. Ibu hanya bisa diam dan tertunduk, Tania tidak bisa berkata apapun, sementara tante itu? Ah dia pun hanya ingin suaminya kembali ke pangkuannya. Sementara ayah, tetap menjadi sosok penguasa yang meng-uang-kan semua hal untuk menutupi apa yang tak ia suka terlebih mengancam bisnisnya.

"Sekarang kau pulang, ajak ketiga anakmu keluar dari rumahku. Ku pastikan suamimu pulang dalam waktu yang singkat," ucap ayah.

"Dan kau, kau angkat kaki dari rumah ku. Urus aborsimu, dan tinggallah kau di Rumah Duri. Aku akan bertanggung jawab dengan biaya aborsi dan bulananmu. Kau adalah aib, sehingga layak untuk kami tutupi keberadaanmu." Ucap ayah yang langsung berdiri dan berjalan menuju halaman belakang.

Dari arah yang berlawanan, terlihat ketiga anak kecil datang menuju ibunya. Tamu wanita itu telah berhasil pulang dengan harap suaminya dan sosok papa bagi anaknya pulang.

Lalu, aku melihat Tania berdiri dan hendak melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Namun, ibu meraih tangannya. Ia memeluk adik tiriku dengan isak tangis. Aku yang tak kuasa menahan itu semua, berjalan pelan menujunya.

"Nia, maaf aku kasar. Maaf aku ga bisa jadi pelindungmu disaat seperti ini. Namun, aku janji selama kau langkahkan keluar dari rumah ini, aku akan melindungi kamu." Ucapku. Ku usap pipinya bekas tamparan wanita tadi, aku melihat matanya, meyakinkan pada dirinya bahwa aku pasti melindunginya.

"Bu, maafin Tania. Kak, maafin Tania," ucapnya yang meleraikan tangan kami, dan melangkahkan kakinya menuju mobil hitam yang telah siap membawanya pergi menuju Rumah Duri.

Aku dan ibu melihatnya berlalu dan sangat berharap Pak Rendi bisa amanah menjalani permintaanku kali ini.

"La, Ibu sangat takut dia berada di rumah itu," ucap Ibu dengan isak tangis yang sangat pelan, agar tak sampai di telinga ayah.

"Ibu tenang aja," ucapku meyakinkannya bahwa tidak akan terjadi apa-apa kepada adik tiriku.

Aku membawa ibu menuju kamar tamu yang berada di lantai bawah, sebab aku tahu ia belum punya tenaga lebih untuk menaiki satu per satu anak tangga apabila langsung ku antar ke ruang tidur utama.

Setelah ibu sampai di ranjang tidurnya, aku menemui Bi Asih.

"Bi, tolong antarkan ibu minum dan makan ya. Oh ya jangan lupa obat ibu juga. Terima kasih ya Bi," ucapku.

"Siap Non, sebentar Bibi siapkan dulu ya," jawabnya.

Lalu, niatnya aku menuju taman belakang untuk sekedar mengobrol bersama ayah. Namun, baru saja ku langkahkan kaki menuju pintu keluar, tampak terdengar suaranya yang lumayan nyaring. Sepertinya ia sedang berkomunikasi dengan seseorang di seberang sana. 

"Saya tidak mau tahu, pokoknya malam ini kau habisi dia," ucap ayah.

Deg…..

Tubuhku seolah kaku mendengar sepenggal kalimat tersebut.

"Kali ini, siapa lagi, Yah?" 

Bab terkait

  • Dendam Istri Sah   Part 5 Ada Apa dengan Re?

    “Tania sini, kau berada di belakangku saja,” ucapku sembari menarik tangannya agar tak kena pukulan dari ayah. “Kau beruntung, sebab anak kandungku melindungimu bahkan hingga membawamu ke luar negeri yang tak pernah berhasil ku lacak keberadaanmu,” ucap ayah dengan menunjuk Tania. Aku berusaha melindunginya. Aku selalu memasang tubuhku di depannya agar ia merasa aman dari kejamnya ayah. Namun, ya tentu saja ayah tidak akan pernah memukulku bahkan sampai di titik aku mengkhianatinya karena telah membawa Tania kabur pada saat ia memerintahkan sopirnya untuk mengantar ke Rumah Duri. “Sudah Yah, sudah, hentikan,” ucap ibu terisak menarik tangan ayah. “Ku beri kau waktu 1 jam disini untuk menemui kakakmu dan suaminya, lalu kau angkatkan kaki dan jangan pernah kembali lagi,” tambah ayah dengan suaranya yang tegas. Ia melepasan satu kancing di kemejanya dan melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah bersama ibu di sampingnya. “Apakah Ayah yang membunuh Mas Ibnu?” Tania berteriak dengan kenc

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • Dendam Istri Sah   Part 6 Gerak Gerik Mencurigakan

    Hari pertama setelah pernikahan dimulai, rencananya hari ini aku dan Re akan pindah ke apartemen yang berdekatan dengan Tania.Aku bangun lebih awal dari suamiku, lalu duduk dan bersandar tepat di samping pria ini. Terlihat ia menghadap ke arahku dan ku pandangi juga bahwa di sebelah kiri kepalanya terdapat ponsel yang mungkin saja masih ia nyalakan ketika ku terlelap tadi malam. Ia tidur dengan busana lengkap, sementara aku masih dengan tubuh yang baru saja ia nikmati dan berbalut selimut. Ada perasaan curiga yang bergemuruh di dalam pikiranku, namun sepertinya tak etis untuk membahasnya karena baru saja beberapa jam yang lalu kami resmi menikah dan berikrar sehidup semati.“Sayang kok sudah bangun?” Ucapnya melihatku. Sementara aku tersenyum kepadanya sembari terus mengelus rambutnya.“Tadi malam kamu tidur jam berapa?” Jawabku dengan lembut kepadanya, seakan lupa akan kemarahan yang tadi malam telah ku lontarkan kepadanya, sebelum ia bergegas pergi mengangkat teleponnya.“Lupa deh

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Dendam Istri Sah   Part 7 Siapa Dibalik Panggilan Itu?

    "Kak, Ibnu datang menemuiku..." rintih Tania yang masih terbaring lemas di atas kasur.Aku mendengarnya merintih sembari mengucapkan kalimat itu. Sembari melihat beberapa perawat yang masih sibuk untuk membersihkan luka di paha kanannya, ku lihat Tika dari jauh menghampiriku."Kamu kok ada disini?" Tanyaku. Aku seolah bingung sebab, belum ada ku infokan hal ini kepada asisten pribadiku ini."Saya kebetulan lewat lalu melihat mobil Ibu belok menuju rumah sakit ini." Jawabnya."Mbak, adiknya sudah selesai kami bersihkan lukanya. Mohon segera lengkapi administrasi ya." ujar perawat sambil berdiri dan memegang beberapa alat berbahan stainless steel."Apakah perlu rawat inap?" Tanya Re yang berada di sebelahku."Gak perlu Pak. Cukup bantu gantikan saja perbannya setiap hari." ucap perawat lalu mereka pamit dan melangkahkan kaki keluar ruangan."Biar aku saja yang urus, Sayang. Kamu temenin aja Tania," ujar Re."Kamu tahu identitas Tania?" Jawabku.Umumnya, rumah sakit akan meminta data diri

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Dendam Istri Sah   Part 8 Deep Talk Sebagai Istri

    "Pagi Sayang, gimana tidurnya? Mimpi apa tadi malam?" Sapa Re yang terlihat samar wajahnya sudah berada di hadapanku. Ia makin mendekatkan wajahnya ke arahku, dan benar saja ia langsung mengecup bibirku hingga nyaris melumatnya. Spontan, ku dorong tubuhnya dari hadapanku. "Loh, kenapa Sayang? Aku suamimu loh ini," dengan nadanya yang cukup tinggi. "Re, nanti kita bisa ngobrol sebentar? Ada hal yang gak bisa aku tahan sendiri lagi," jawabku yang langsung berdiri menuju kamar mandi. "Bisa, aku tunggu nih kamu disini," balasnya. Baru saja sekitar 10 menit aku berada di kamar mandi, aku mendengar suara dering ponsel Re berbunyi. Aku mencoba untuk menguping dari balik dinding kamar mandi ini, namun suaranya perlahan semakin jauh. "Sial dia justru ke balkon!" gerutuku. Dengan penggunaan sabun yang belum maksimal, ku lilitkan handuk ke lingkar tubuhku, lalu mengendap-endap keluar dari kamar mandi untuk sekedar mencari tahu suamiku ini sedang berhubungan dengan siapa. "Ya sudah kalo me

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Dendam Istri Sah   Part 9 Andrew Datang ke Kantorku!

    "Selamat pagi Ibu, sepertinya hari ini Ibu harus ke kantor, ada yang tidak beres dari mutasi rekening kantor," terdengar suara yang tergesa-gesa dari kejauhan sana. "Sorry sorry, maksudmu gimana dan ini saya bicara dengan siapa?" Responku sembari mengatur posisi duduk pasca terbangun karena kaget bunyi deringan ponsel di sebelahku. "Maaf Ibu, saya Alika, Kepala Keuangan kantor. Saya baru menerima laporan bulanan, namun ada transaksi yang mencurigakan," jawabnya dengan nada formal. "Oke, saya segera ke kantor. Tolong siapkan ruang meeting dan kumpulkan staf terkait." Aku langsung menurunkan kakiku dari ranjang, dan menuju kamar mandi. Namun, sebelum melangkahkan kaki kiri ini masuk ke dalam, aku menoleh ke belakang, ku amati seantero ruangan. "Re kemana?" Ucapku pelan. "Ah sudah mungkin dia sedang sarapan," ucapku lagi. Aku langsung memasuki kamar mandi dengan pikiran yang bingung, ada apa dengan keuangan kantorku. *** Setelah ku berdandan rapi, aku mengambil blazer hitam yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • Dendam Istri Sah   Part 10 Bahagiaku adalah pilihan, Drew!

    "Kring... kring.. kring...." Dering ponselku berbunyi tepat saat sedang menunggu lanjutan obrolan Andrew."Maaf Bu, semua staf sudah lengkap dan meeting sudah bisa dimulai," suara yang berasal dari ponsel memecahkan fokusku."Oh ya, saya sedang menuju lift." Aku langsung menutup telepon."Drew, gue mau meeting sekarang. Lo bisa tunggu sampai gue selesai?" Tanyaku kepadanya.Ia menatapku cukup lama, ya seperti biasa ketika ia sedang berpikir jelas banget terlihat ia diam sejenak."Ampun dah lo ya masih aja. Bisa atau gak, jangan kebanyakan mikir," ujarku sembari tersenyum tipis."Kelihatannya mantan gue masih paham banget ya," celotehnya dengan tertawa."Ya sudah lo meeting dulu aja, nanti telepon gue aja. Gue masih dengan nomor lama dan perasaan yang sama hahaha," tambahnya tertawa dan melangkahkan kaki menuju pintu keluar.Aku melihatnya berjalan langkah demi langkah menuju pintu putar di ujung sana.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • Dendam Istri Sah   Part 11 Kenapa aku yang kau tuju?

    "Re, kapan kita mau mengunjungi orang tuamu?" Ujarku sesampai di apartemen sore hari yang melihatnya sedang menonton tv di atas ranjang."Baru pulang itu ucap salam dulu, Sayang. Tiba-tiba langsung ngomong gitu buat kaget," balasnya yang langsung menoleh kaget ke arah sumber suara di depam pintu kamar."Ah iya, tadi waktu masuk pintu utama udah ucap salam sih. Cuma kamu gak respon, makanya aku langsung masuk kamar aja.""Ya gak kedengeran juga sih, lagian volume tvnya kencang banget," tambahku."Hahaha iya, abisnya sepi banget sih jadi biar ramai aku naikin aja deh volumenya.""Kenapa kamu tiba-tiba nanya gitu, Sayang? Kan kita udah rencanakan mau honeymoon dulu baru ke rumah orang tua," responnya. Ia langsung berdiri mendekati meja kecil di sudut jendela untuk menuangkan segelas air putih yang selalu stanby di sana."Hmmm baiknya kita ke rumah orang tuamu dulu," responku singkat."Kenapa buru-buru gini?" Dari nada pertanyaannya aku sudah bisa merasakan sedikit ada getaran dengan raut

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Dendam Istri Sah   Part 12 Gagalnya Rencana Pertemuan

    [Kalo lo lagi kalut, buka file ini ya] 19.15"Ting....." Bunyi notifikasi ponselku beserta cuplikan pesan di notifikasi terlintas oleh pandangku.Entahlah sepertinya sedarii tadi aku hanya menatap kosong layar televisi yang berputar entah apa yang sedang ditayangkan pun aku tidak tahu. Mataku tertuju pada setiap adegan, namun fokusku hanya memikirkan rencana masa depan pernikahan ini."Pesan dari Andrew, dia kirim file apa nih," batinku.Jemariku mulai menyentuh layar pada ponsel, dan ku buka ruang obrolan yang telah tertera namanya di daftar kontakku. Di dalam ruang obrolan ini, aku melihat sisa terakhir intens komunikasi yang berisi ucapan selamat tinggal.[Kamu harus janji bahagia, meski tidak denganku ya!] 2020"Gue lupa hapus yang ini," batinku sembari tersenyum kecil melihat 1 buah bubble chat yang menunjukkan betapa bermaknanya pesan itu untukku.Setelah aku melihat satu buah chat lama itu, beberapa menit yang lalu ia mengirimkan pesan dengan lamiran sebuah file. Aku klik file

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27

Bab terbaru

  • Dendam Istri Sah   Part 53 Ending

    "Apa? Separah itu kah?" Andrew seolah mendesak."Berawal dari papamu yang buat kesalahan cinta satu malam dengan seorang wanita muda hingga membuatnya hamil. Di situ kami pun nyaris pisah, karena Mama sama sekali tidak tahan. Ya, untungnya wanita muda itu ikhlas untuk tidak dinikahkan tapi papa mu harus selalu mengirimkan uang kepadanya berapa puluh juta tiap bulan..."Mama menghentikan kalimatnya. Ia kembali menatap mata papa lagi..."Pa, is it ok?" Lagi, mama memastikan agar yang ia ceritakan sudah sepenuhnya menjadi tanggung jawab bersama jikalau Andrew berontak.Papa hanya menganggukkan kepalanya."Ya kami harap kamu gak terlalu kaget dengan fakta yang ada Drew...." Tambah mama yang mencoba mengingatkan Andrew bahwa fakta yang ada memang semenakutkan itu."Karena kondisi ekonomi kami yang saat itu juga sulit habis ditipu sama salah satu investor. Akhirnya papamu dan ayah Laila sepakat untuk menghabiskan nyawa wanita itu setelah ia melahirkan anak papamu......"Mama menjeda ucapann

  • Dendam Istri Sah   Part 52 Ancaman Nyawa Tania

    "Ha? Istri kau bilang?" Aku tertawa sinis dihadapannya. Baru kali ini aku berhadapan dengan iblis ini setelah rumah tangga kami berhasil ia porak-porandakan demi wanita lain dan hartaku. "Loh, status kita kan masih suami istri, sayang. Jangan ketus gitu dong dengan suami kamu..." Re berjalan beberapa langkah menujuku. Sementara aku juga menjauhinya beberapa langkah. "Kok kamu ngejauh dari aku sih? Aku kangen banget loh sama kamu..." Ucapnya. "Sial, dia mabuk!!" Desisku dalam hati. "Mana Tania????" Lagi aku meneriaki seantero ruangan ini berharap Tania bisa ku temukan. "Kalo lo mau Tania selamat, lo kembalikan lagi uang 4 milyar kami....." Teriak Tika dari dalam ruangan lain. "Lo tuh gak punya malu ya, pengkhianat!! Itu uang perusahaan, bukan uang lo.." Jelas saja ini membuatku amat murka. Jujur aku masih begitu gemetaran melihat wajah Tika disana, kenapa bisa aku mempercayai seorang yang begitu menusukku dari luar dan dalam. Seorang yang dengan tulusnya sudah ku akui sebagai s

  • Dendam Istri Sah   Part 51 Penculikan

    Kepergian Andrew yang begitu mendadak memang jelas meninggalkan pertanyaan besar. Sebab ia menyembunyikan semuanya dariku. Ada rasa tidak adil yang aku rasakan. Ia yang ikut campur ke dalam masalahku justru ia yang membuat rencana sendiri. Entah aku berpikir terlalu jauh atau memang kenyataannya seperti itu."Kakak, aku temenin ya ke kantor. Nanti aku langsung aja kesana, gak usah dijemput..." Ucap Tania yang menelponku pagi sekali."Iya, hati-hati ya.." Aku bersiap, sembari terus mencoba chat Andrew memastikan kondisi ayahnya disana baik-baik saja begitu juga Andrew sendiri."Andrew bener-bener gak balas pesanku ya." Desisku melihat pesan yang masih centang dua berwarna abu-abu."Dia beneran gak apa-apa kan ya?" Gemuruh banyak pertanyaan bersanding di dalam kepala. Sebegitu mengkhawatirkannya tingkah Andrew hingga membuatku bolak-balik memastikan pesanku memang belum direspon olehnya.Ya, hingga pada keputusan lebih baik aku harus ngantor untuk mengurangi pikiran anehku."Pagi Yah.

  • Dendam Istri Sah   Part 50 Gagal Berangkat Re!

    "Loh kok gak ada. Coba cek sekali lagi deh!" Tika bersikukuh bahwa dalam kartu debit platinum tersebut tersimpan jumlah uang yang fantastis. "Ini gue coba lagi..." Ucap wanita muda yang sepertinya seorang pegawai untuk mengurus orang yang akan mengenakan kapal. "Tuh gak bisa Bu. Apakah ada kartu debit lain?" Terlihat jelas wanita tersebut tengah menahan emosinya sebab berulang kali kartunya ditolak oleh sistem. "Ada apa?" Rehan langsung mendekati sumber suara. "Masa kartunya ga ada saldonya sih..." Ucap Tika. "Ha, sumpah lo??" Rehan langsung maju selangkah di depan Tika. "Coba mana Mba kartunya..." Ia meminta kartu platinum tersebut. Rehan mengambil kartu tersebut. Ia membolak balikan kartu tersebut jelas saja tidak ada yang retak dari kartu yang masih terlihat baru tersebut. "Maaf, ini jadi pembayarannya gimana?" Ucap seorang wanita muda yang mungkin juga terlihat bingung dengan beberapa orang dihadapannya. "Hahahaha kenapa? Gagal ya pembayaran lo?" Teriak seorang lelaki den

  • Dendam Istri Sah   Part 49 Upaya Kabur

    "Sekarang juga kita berkemas..." Re dengan paniknya bolak-balik memikirkan hal yang sangat pusing untuk dipikirkan sendiri."Kita mau kemana?" Tika yang tidak kalah paniknya hanya bisa bertanya-bertanya dan bertanya tanpa bisa memberikan solusi."Rumah orang tuaku?" Tika coba memberikan opsi terbaiknya saat ini."Gila kamu. Ya pasti sudah ke-trace duluan kalo ke rumah keluarga. Kita harus berangkat ke luar negeri, sekarang juga!" Ucap Rehan yang masih coba mengotak-ngatik cctv area sekitar memastikan polisi belum dekat dengan mereka."Kita gak punya waktu banyak lagi sekarang. Sekarang atau kita ketangkap semua..." Rehan langsung menutup layar laptopnya."Kita gak bisa pergi karena di bandara sudah pasti tercegat..." Ucap pengacara yang disebut sebagai ketua itu."Jadi gimana ketua?" Renald meminta saran kepadanya, sebab ia yakin ketua punya cara jitu untuk lolos dari proses hukum ini."Gue sudah hubungi temen yang bisa meloloskan imigran gelap. Kita akan pergi ke China..." Ucapnya."

  • Dendam Istri Sah   Part 48 Fakta Mencuat

    "Kita bisa ketemu gak?" Terdengar suara pria yang seolah dalam kondisi mendesak."Ada masalah? Waktunya kurang?" Re menggenggam ponselnya erat-erat."Sayang ada apa?" Tika yang berada disampingnya pun kian cemas."Sssshhh....." Renald mengancungkan telunjuk tangan kirinya ke bibirnya dengan mata yang melirik tajam ke arah Tika."Iya. Pokoknya kita harus ketemu sekarang juga!" Pria tersebut mematikan panggilannya."Kita harus putar balik dulu. Gak bisa main golf hari ini..." Re mencari putaran mobil dna berharap masalah yang ada tidak sampai mmenggagalkan rencana besarnya."Ada apa sih?" Tika tidak kalah penasaran dengan sikap aneh sang pacar."Kamu diam aja bisa kan?" Re sedikit membentak.***"Sorry banget kalo gue dadakan ngabarin kalian..." "Udah gak usah basa-basi. Ada apa? Hal apa yang sampe buat kami datang kesini buat ketemu dengan lo?" Renald sudah tidak sabar mendengar hal yang dirasanya cukup ganjil ini."Hufttt... Dokumen yang kemarin kalian kasih ke aku itu semuanya imita

  • Dendam Istri Sah   Part 47 "Dia adalah saudara tiriku...."

    "Hmmmm gue jadi penasaran juga siapa ya sosok ini. Papa mama juga rasanya gak pernah cerita kalo gue punya teman kecil yang akrab banget selama di Indonesia....." Andrew memandangi ponselnya yang berisi foto ayah, dirinya dansatu sosok lain yang saa sekali ia tidak mengenalnya. "Kalo dari raut wajahnya rasanya agak familiar, tapi gak tau juga siapa....." Lagi, Andrew melakukan pembesaran gambar untuk melihat secara detail siapa sosok yang berada di sebelahnya itu.Ia menyentuh layar laptop yang ada dihadapannya, mencoba buka data-data perusahaan sang ayah untuk mencari identitas dari anak ini."Gue harus cari gimana ya?" Celetuknya sebab ya akan terasa sia-sia jika ia buka data perusahaan karena belum tentu identifikasi data pegawai sampai dengan data keluarga keseluruhan, kan....."Gue harus buka album foto lama!" Idenya kali ini jauh lebih menarik. Ya dia berharap bisa mencari tahu siapa anak kecil yang bersama dengannya dalam satu frame foto. Andrew yang lagi sendiri di rumah mew

  • Dendam Istri Sah   Part 46 Pengurusan Berkas Perusahaan

    "Eh jangan dibuka dulu...." Aku langsung merebut jurnal itu kembali."Ya kalo gak boleh di buka ngapain lo bawa kesini kan?" Ia membela dirinya."Gue mau nanya dulu sih sebelum lo buka jurnal ini. Takutnya pas lo buka, lo kaget sendiri..." Jelasku."Apa yang mau lo tanyain?" Ia pun terlihat juga penasaran."Lo punya saudara lagi? Atau...." "Apa sih La, pertanyaan itu mah tanpa perlu jawaban dari gue juga kan lo udah tau gue anak tunggal, pewaris tunggal..." Ia masih belum paham arah obrolanku kemana."Iya sih gue kan cuma memastikan aja. Soalnya ini disini gue ngelihat foto bokap lo sama dua orang anak laki-laki....." "Foto apaan emangnya? Sini gue lihat..." Ia mengadahkan tangannya bersiap menyambut pemberian dariku."Sebentar gue buka dulu..." Aku membuka lembar buku ini satu per satu halaman."Ini..." Aku menyodorkan seutas foto yang telah ditempel di dalamnya."Hmmmm, ini fotoku kecil dan papa. Siapa dia?" Andrew pun bertanya tentang sosok pria yang ada disampingnya ini."Bukan

  • Dendam Istri Sah   Part 45 Old Diary

    Setelah selesai urusan dengan ayah, aku langsung menghubungi ibu. Mengatakan semua hal yang terjadi, dan untungnya respon beliau tidak begitu panikan terlebih saat ini ia sedang berada di luar negeri. "Udah, kamu tenang aja. Ibu akan pulang sore ini. Lakukan apa yang bisa kamu lakukan..." Pinta ibu dari sambungan telepon. Aku langsung kembali ke luar menemui adik tiriku yang tidak bisa berkutik. "Tania, kamu mau disini atau pulang?" Memberikan penawaran seperti ini memang bukanlah solusi terbaik. Bagaimanapun ia adalah bagian dari keluarga ini. Adikku meski kami dari ibu yang berbeda. "Andrew gimana ya kak?" "Oh iya, nanti aku coba telefon dia bilang semua yang terjadi barusan. Kamu pulang dulu aja kali ya, supaya besok kita bisa sama-sama mikir langkah apa yang harus kita lakukan..." Tania menyetujui rencanaku. Ia pamit dan bergegaas pulang dengan panggilan taksinya. *** Jam terus berputar, sementara aku masih terus berpikir kejadian hari ini yang semuanya terasa sangat menyi

DMCA.com Protection Status