Beranda / Thriller / Dendam Istri Sah / Part 7 Siapa Dibalik Panggilan Itu?

Share

Part 7 Siapa Dibalik Panggilan Itu?

Penulis: Allena Sari
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-22 23:14:16

"Kak, Ibnu datang menemuiku..." rintih Tania yang masih terbaring lemas di atas kasur.

Aku mendengarnya merintih sembari mengucapkan kalimat itu. Sembari melihat beberapa perawat yang masih sibuk untuk membersihkan luka di paha kanannya, ku lihat Tika dari jauh menghampiriku.

"Kamu kok ada disini?" Tanyaku. Aku seolah bingung sebab, belum ada ku infokan hal ini kepada asisten pribadiku ini.

"Saya kebetulan lewat lalu melihat mobil Ibu belok menuju rumah sakit ini." Jawabnya.

"Mbak, adiknya sudah selesai kami bersihkan lukanya. Mohon segera lengkapi administrasi ya." ujar perawat sambil berdiri dan memegang beberapa alat berbahan stainless steel.

"Apakah perlu rawat inap?" Tanya Re yang berada di sebelahku.

"Gak perlu Pak. Cukup bantu gantikan saja perbannya setiap hari." ucap perawat lalu mereka pamit dan melangkahkan kaki keluar ruangan.

"Biar aku saja yang urus, Sayang. Kamu temenin aja Tania," ujar Re.

"Kamu tahu identitas Tania?" Jawabku.

Umumnya, rumah sakit akan meminta data diri pasien, sehingga aku ragu Re bisa menyelesaikan administrasi itu dengan baik.

"Saya bisa bantu, Bu." celetuk Tika.

"Ya sudah tolong bantu selesaikan administrasi, agar bisa pulang dengan segera," jawabku singkat.

Mereka melangkahkan kaki keluar untuk membayar biaya perban dan penanganan pertama. Sementara di dalam ruangan ini, tersisa aku, Lita, dan Tania yang masih merintih.

"Lita, bisa tolong kamu tinggalkan kami berdua?" ujarku kepada Lita yang masih jelas terlihat dari wajahnya ia begitu panik dan ketakutan.

Ia hanya menangguk seolah mengiyakan keinginanku untuk berdua bersama Tania, adik tiriku.

"Apa maksudmu tadi?" Tanyaku saat ia membahas tentang Ibnu.

"Benar Kak, dia datang namun tidak tersenyum kepadaku. Aku yakin kematian dia masih sangat ganjal, Kak." jawabnya yang membuatku terus bingung dengan kondisi mental adikku ini.

"Tania, coba deh kamu tenangin dulu pikiranmu. Kita sudah pernah melewati fase ini, jadi tolong berhenti dan lanjutkan hidupmu lagi," bisikku pelan.

"Kak.... Aku tidak gila, aku tidak perlu pengobatan apapun tentang penyakit jiwa. Aku sehat dan aku sadar sepenuhnya, aku melihat Ibnu seperti mengisyaratkan sesuatu hal akan kematiannya." jawabnya dengan nada yang sedikit keras.

Aku berhenti berdebat dengannya. Aku menatapnya dalam, seperti mencari apa yang sebenarnya terjadi pada dia. Apakah trauma masa lalunya terus menjadi penghalang kehidupan ia sekarang dan masa depannya? Ah aku tidak ingin hal itu terjadi!

****

"Sayang, semua sudah beres dan Tania bisa langsung pulang," ucap Re yang baru saja kembali. Ia mendekat ke arahku dan Tania.

"Hai Tania, aku Re. Kita belum sempat kenalan ya kemarin?" ucap Re dengan tersenyum.

Tania hanya mengangguk dan tersenyum kecil, setelahnya ia kembali menatapku seolah membutuhkan jawaban dan persetujuan terkait opini pribadinya.

"Tika kemana?" Tanyaku kepada Re.

"Ah iya, lupa. Dia titip pesan untuk langsung berangkat ke kantor karena harus menangani beberapa kerjaan disana," jawab Re.

Tak lama setelah percakapan singkat, Lita masuk untuk memberitahukan bahwa mobil Tania telah siap di lobi rumah sakit. Kami lalu keluar ruangan dan menuju lobi.

"Sayang, kita ke apartemen dulu aja gimana?"

"Boleh, sekalian antar Tania juga," balas Re.

Setelah sampai lobi, kami terpisah oleh Tania dan Lita. Aku dan Re menuju parkiran lalu bersiap berangkat ke apartemen Tania dan juga apartemenku.

***

"Dring.... dring... dring...."

Getaran ponsel memecahkan hening selama di dalam mobil. Re terlihat mengambil ponsel dari saku kemejanya, menatap layar ponsel, dan langsung mematikan panggilan tersebut.

"Kok gak diangkat?" Ucapku yang masih terus menimbun kecurigaan kepada suamiku ini.

"Nomornya gak aku kenal," jawabnya.

"Ini udah panggilan kedua kali loh. Mungkin aja penting Re, menepi dulu aja mobilnya," responku sembari melihat matanya. Meskipun saat ini ia tak bisa melihatku karena sedang sibuknya jalanan, namun aku yakin dia bisa tahu apa yang aku maksud.

Namun ia tak peduli, ia tetap melanjutkan perjalanan tanpa merespon satu kata pun dari obrolanku.

***

"Dring.... dring... dring...."

Lagi, ketiga kalinya getaran ponsel Re sangat mengangguku. Baru saja ia matikan mesin mobil, bunyi getaran itu kembali lagi hadir untuk membuatku ingat akan kecurigaan 25 menit yang lalu.

Aku menatap Re, sementara ia meraih lagi ponsel dalam sakunya.

"Re, bisa diangkat dulu aja gak?"

"Loh, kenapa, Sayang?" Sangat terlihat wajahnya amat bingung dengan ucapanku barusan.

"Mengganggu banget," ucapku ketus.

"Ya sudah aku angkat deh," responnya sembari membuka pintu mobil.

Aku melihat gerakannya sampai dengan ia menutup pintu mobil dan mulai melangkahkan kaki menjauhiku. Dengan tingkahnya menghindar ketika mengangkat telepon terus menerus membuatku semakin yakin ada hal yang ia sembunyikan.

Aku tak ingin kehilangan jejak dengan siapa dia sedang melakukan panggilan. Dengan cepat ku buka juga pintu mobil dan berjalan cepat mengejar langkahnya yang sudah lumayan jauh dariku. Aku tak bisa berlari dengan rok sepan ini sehingga akan sulit bagiku untuk sampai sejalan langkah dengannya.

"Re... Tunggu."

Ia menoleh ke belakang dan tersenyum tipis. Entahlah, sengaja ia senyum padaku, namun langkah kakinya tak jua berhenti, atau ia membalas respon panggilan dengan senyuman itu.

Ketika melihat langkahnya yang sudah masuk ke dalam lobi dan entah tak ku temukan lagi bayangnya, aku mulai berpikir, bagaimana mengetahui apa yang sedang ia tutupi saat ini.

"Pasti ada hal yang ia tutupi," bisikku.

Ku keluarkan ponsel dalam saku rok ini, lalu ku cari dalam fitur pencarian ponsel nama yang bertuliskan Tika, dan ku lakukan panggilan.

"Nomor yang anda tuju sedang berada di panggilan lain" tutur operator.

Ku coba lakukan panggilan telepon lagi, berharap bisa langsung tersambung olehnya.

"Halo Ibu.. Maaf saya baru abis koordinasi dengan divisi. Ada yang bisa dibantu, Bu?" Terdengar suara dari seberang sana yang akhirnya merespon panggilanku.

"Tika, sekarang ini juga kamu cari semua hal tentang Re, suami saya. Saya tidak peduli apapun itu, intinya cari," tegasku.

"Baik Bu. Setelah saya menemukan semua yang Ibu butuhkan pasti segera dikirimkan," jawabnya.

Aku menutup telepon itu, lalu melanjutkan langkah kaki menuju lobi apartemen. Terlihat Re di pojok sana sedang menatapku dari jauh. Ia menyilangkan kedua tangannya dan menyenderkan badannya di dinding granit itu.

Aku tak mempedulikannya. Ku jalan melewatinya, dan ia langsung menyambar tanganku,

"Jangan marah dong, Sayang. Tadi ada panggilan dari Divisi baru, jadinya gak aku simpan itu kontaknya," tuturnya dengan tersenyum.

Aku menatapnya datar, dan langsung ku pencetkan tombol lift pertanda mau menggunakan lift tersebut. Re masih terus menggodaku disepanjang jalan, memastikan aku tak marah karena sikapnya. Namun, bagiku ini hal yang tak wajar. Justru, saat ini aku merasa telah menikahi orang lain, bukan Re yang aku kenal selama ini.

***

"Nia, kamu istirahat ya. Apabila butuh apa-apa, langsung hubungi Lita aja. Janji kelakuan yang begini terakhir ya. Setelah kamu stabil, kita bisa ngobrol banyak hal lainnya. Intinya, kamu harus buat dirimu rileks dulu," ucapku pelan menasehatinya.

Ia mengangguk dan ku anggap juga ia paham apa yang telah ku tujukan untuknya.

"Oh ya, dan kamu Lita tolong urus semuanya, dan jadwalkan pula dengan psikolognya kapan bisa konsul lagi," tambahku kepada Lita.

"Ibu, apakah akan menginap disini?"

"Kemungkinan akan menginap di apartemen sebelah, jadi kalo ada apa-apa langsung aja ketuk atau telepon ya."

***

Siang yang kacau ini akhirnya terselesaikan juga, dengan agenda tak terencana datangny ke apartemen ini yaitu untuk mengontrol kondisi Tania yang masih belum signifikan. Setelah aku pamit dari apartemennya, aku dan Re langsung menuju apartemenku. Aku membuka dan langsung masuk ke dalamnya. Re yang baru pertama kali datang kesini langsung menuju ranjang, dan aku tahu persis apa yang dia mau.

"Aku lagi capek banget," ucapku yang mendahului permintaannya.

"Hahaha tenang, aku gak minta nambah kok," balasnya dengan tertawa.

"Re, baiknya barang-barang kita disana aja kali ya. Sementara disini, barang-barang lain itu bisa dibeli juga."

"Ya sudah kalo itu emang keputusan kamu, asal jangan salahkan aku di hadapan ayah," tambahnya.

Setelah berbincang begitu lama, akhirnya ada chat yang masuk di dalam ponselku, dan ku temukan namanya adalah Tika.

[Setelah ditelusuri, namanya bersih, Bu. Ia tidak pernah terlibat dalam skandal apapun, namun dari sisi perusahaannya ia begitu diperhatikan sebab terdapat ketidaksesuaian data pada aset resminya]

"Setelah ini, apalagi yang aku masih belum tahu sama seseorang yang telah menjadi suami sahku?"

Bab terkait

  • Dendam Istri Sah   Part 8 Deep Talk Sebagai Istri

    "Pagi Sayang, gimana tidurnya? Mimpi apa tadi malam?" Sapa Re yang terlihat samar wajahnya sudah berada di hadapanku. Ia makin mendekatkan wajahnya ke arahku, dan benar saja ia langsung mengecup bibirku hingga nyaris melumatnya. Spontan, ku dorong tubuhnya dari hadapanku. "Loh, kenapa Sayang? Aku suamimu loh ini," dengan nadanya yang cukup tinggi. "Re, nanti kita bisa ngobrol sebentar? Ada hal yang gak bisa aku tahan sendiri lagi," jawabku yang langsung berdiri menuju kamar mandi. "Bisa, aku tunggu nih kamu disini," balasnya. Baru saja sekitar 10 menit aku berada di kamar mandi, aku mendengar suara dering ponsel Re berbunyi. Aku mencoba untuk menguping dari balik dinding kamar mandi ini, namun suaranya perlahan semakin jauh. "Sial dia justru ke balkon!" gerutuku. Dengan penggunaan sabun yang belum maksimal, ku lilitkan handuk ke lingkar tubuhku, lalu mengendap-endap keluar dari kamar mandi untuk sekedar mencari tahu suamiku ini sedang berhubungan dengan siapa. "Ya sudah kalo me

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Dendam Istri Sah   Part 9 Andrew Datang ke Kantorku!

    "Selamat pagi Ibu, sepertinya hari ini Ibu harus ke kantor, ada yang tidak beres dari mutasi rekening kantor," terdengar suara yang tergesa-gesa dari kejauhan sana. "Sorry sorry, maksudmu gimana dan ini saya bicara dengan siapa?" Responku sembari mengatur posisi duduk pasca terbangun karena kaget bunyi deringan ponsel di sebelahku. "Maaf Ibu, saya Alika, Kepala Keuangan kantor. Saya baru menerima laporan bulanan, namun ada transaksi yang mencurigakan," jawabnya dengan nada formal. "Oke, saya segera ke kantor. Tolong siapkan ruang meeting dan kumpulkan staf terkait." Aku langsung menurunkan kakiku dari ranjang, dan menuju kamar mandi. Namun, sebelum melangkahkan kaki kiri ini masuk ke dalam, aku menoleh ke belakang, ku amati seantero ruangan. "Re kemana?" Ucapku pelan. "Ah sudah mungkin dia sedang sarapan," ucapku lagi. Aku langsung memasuki kamar mandi dengan pikiran yang bingung, ada apa dengan keuangan kantorku. *** Setelah ku berdandan rapi, aku mengambil blazer hitam yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • Dendam Istri Sah   Part 10 Bahagiaku adalah pilihan, Drew!

    "Kring... kring.. kring...." Dering ponselku berbunyi tepat saat sedang menunggu lanjutan obrolan Andrew."Maaf Bu, semua staf sudah lengkap dan meeting sudah bisa dimulai," suara yang berasal dari ponsel memecahkan fokusku."Oh ya, saya sedang menuju lift." Aku langsung menutup telepon."Drew, gue mau meeting sekarang. Lo bisa tunggu sampai gue selesai?" Tanyaku kepadanya.Ia menatapku cukup lama, ya seperti biasa ketika ia sedang berpikir jelas banget terlihat ia diam sejenak."Ampun dah lo ya masih aja. Bisa atau gak, jangan kebanyakan mikir," ujarku sembari tersenyum tipis."Kelihatannya mantan gue masih paham banget ya," celotehnya dengan tertawa."Ya sudah lo meeting dulu aja, nanti telepon gue aja. Gue masih dengan nomor lama dan perasaan yang sama hahaha," tambahnya tertawa dan melangkahkan kaki menuju pintu keluar.Aku melihatnya berjalan langkah demi langkah menuju pintu putar di ujung sana.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • Dendam Istri Sah   Part 11 Kenapa aku yang kau tuju?

    "Re, kapan kita mau mengunjungi orang tuamu?" Ujarku sesampai di apartemen sore hari yang melihatnya sedang menonton tv di atas ranjang."Baru pulang itu ucap salam dulu, Sayang. Tiba-tiba langsung ngomong gitu buat kaget," balasnya yang langsung menoleh kaget ke arah sumber suara di depam pintu kamar."Ah iya, tadi waktu masuk pintu utama udah ucap salam sih. Cuma kamu gak respon, makanya aku langsung masuk kamar aja.""Ya gak kedengeran juga sih, lagian volume tvnya kencang banget," tambahku."Hahaha iya, abisnya sepi banget sih jadi biar ramai aku naikin aja deh volumenya.""Kenapa kamu tiba-tiba nanya gitu, Sayang? Kan kita udah rencanakan mau honeymoon dulu baru ke rumah orang tua," responnya. Ia langsung berdiri mendekati meja kecil di sudut jendela untuk menuangkan segelas air putih yang selalu stanby di sana."Hmmm baiknya kita ke rumah orang tuamu dulu," responku singkat."Kenapa buru-buru gini?" Dari nada pertanyaannya aku sudah bisa merasakan sedikit ada getaran dengan raut

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Dendam Istri Sah   Part 12 Gagalnya Rencana Pertemuan

    [Kalo lo lagi kalut, buka file ini ya] 19.15"Ting....." Bunyi notifikasi ponselku beserta cuplikan pesan di notifikasi terlintas oleh pandangku.Entahlah sepertinya sedarii tadi aku hanya menatap kosong layar televisi yang berputar entah apa yang sedang ditayangkan pun aku tidak tahu. Mataku tertuju pada setiap adegan, namun fokusku hanya memikirkan rencana masa depan pernikahan ini."Pesan dari Andrew, dia kirim file apa nih," batinku.Jemariku mulai menyentuh layar pada ponsel, dan ku buka ruang obrolan yang telah tertera namanya di daftar kontakku. Di dalam ruang obrolan ini, aku melihat sisa terakhir intens komunikasi yang berisi ucapan selamat tinggal.[Kamu harus janji bahagia, meski tidak denganku ya!] 2020"Gue lupa hapus yang ini," batinku sembari tersenyum kecil melihat 1 buah bubble chat yang menunjukkan betapa bermaknanya pesan itu untukku.Setelah aku melihat satu buah chat lama itu, beberapa menit yang lalu ia mengirimkan pesan dengan lamiran sebuah file. Aku klik file

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Dendam Istri Sah   Part 13 Kecurigaan Penyelewengan Keuangan Kantor

    "Pagi Bu Laila. Semua dokumen yang ibu perlukan sudah saya letakkan di dalam ruangan ibu ya." Sapa Alika yang memecahkan lamunanku masih denga kondisi berjalan menuju ruangan kerja. Mataku tampak jelas menatap ke arah depan namun pikiranku begitu kosong."Ha, maaf gimana?" Ucapku kaget."Maaf Bu, tadi saya hanya menyampaikan bahwa semua dokumen untuk Ibu cek telah tersedia di atas meja kerja." Upayanya menjelaskan secara berulang begitu ku apresiasi."Oke, thanks. Nanti kamu ikut ke ruangan saya ya untuk verifikasi," responku yang langsung memasuki pintu ruangan ini.Sesampai di ruangan kerja, aku menuju cermin tinggi yang berada membelakangi pemandangan khas ibukota, diselimuti dengan berbagai gedung pencakar langit dan liuk jalan layang bersatu padu memecahkan hening dengan semua aktivitasnya."Duh ada kerutan disini lagi," celotehku dengan menyentuh beberapa sisi wajah yang ku lihat kulit ini sudah tampak tak terurus akibat peliknya rumah tangga yang beberapa hari terbangun.Setela

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-28
  • Dendam Istri Sah   Part 14 Meminta Pengakuan Tika

    Setelah mengulik semua dokumen keuangan, entah kenapa hatiku masih tidak yakin Tika bisa mengkhianatiku. Dia adalah orang yang ku percaya selama ini, bahkan rasanya tak mungkin dia bisa berpikir dengan sengaja mencuri uang perusahaan. Benar juga yang disampaikan oleh ayah untuk tidak percaya dengan siapapun itu. Rasanya begitu menyakitkan dikhianati olehnya."Eh kenapa bengong?" Suara maskulin ini memecahkan lamunanku."Udah datang? Kurang lama datangnya!" Balasku."Yaelah maaf La. Tadi ada deadline di kantor sebentar, makanya gue baru bisa kesini setelah semua udah beres.""Apa yang mau lo sampaikan?" Tanyaku."Bentar dong, gue aja belum pesan minum ini. Gue pesan dulu ya," jawabnya yang langsung beranjak menuju meja barista.Aroma parfumnya masih sama, orangnya masih sama, namun statusnya saja sudah berbeda. Ya setidaknya aku tak pernah menyesal mengenal manusia ini, sebab ia begitu baik hati mesti terkadang seringkali ku berpikir bahwa aku lah yang begitu jahat selama menjalani hu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • Dendam Istri Sah   Part 15 Laporan dari Ayah

    "Gimana kamu sudah telisik semua laporan keuangan perusahaan?" Ayah menyapaku bukan dengan salam melainkan menanyakan laporan perusahaan yang sedikit mengalami masalah. "Iya, aku sudah skimming namun pengecekan detail sudah dilakukan oleh kepala keuangan." Jawabku sembari meletakkan beberapa dokumen penting yang ia minta. "Lalu apa hasilnya?" Tanyanya. sembari membuka satu per satu lembar yang berada dalam map tipis warna-warni tersebut. "Kami masih menyelidiki siapa pelakunya, Yah. Berikan aku waktu untuk mencari tahu siapa yang sesungguhnya sedang bermain peran di atas kepentingan perusahaan." Balasku yang masih berdiri di hadapan meja kerjanya. Sengaja ku tutupin apa yang sebenarnya terjadi, sebab masalah internal ini benar-benar mengagetkan, bagaimana mungkin asisten pribadiku bisa dengan tega melenyapkan uang yang berada di rekening perusahaan. "Masa bisa lama banget, La. Ini kasus kriminal loh harusnya kamu bisa melaporkan kepada pihak polisi terdekat!" Ayah yang tampak emos

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-30

Bab terbaru

  • Dendam Istri Sah   Part 53 Ending

    "Apa? Separah itu kah?" Andrew seolah mendesak."Berawal dari papamu yang buat kesalahan cinta satu malam dengan seorang wanita muda hingga membuatnya hamil. Di situ kami pun nyaris pisah, karena Mama sama sekali tidak tahan. Ya, untungnya wanita muda itu ikhlas untuk tidak dinikahkan tapi papa mu harus selalu mengirimkan uang kepadanya berapa puluh juta tiap bulan..."Mama menghentikan kalimatnya. Ia kembali menatap mata papa lagi..."Pa, is it ok?" Lagi, mama memastikan agar yang ia ceritakan sudah sepenuhnya menjadi tanggung jawab bersama jikalau Andrew berontak.Papa hanya menganggukkan kepalanya."Ya kami harap kamu gak terlalu kaget dengan fakta yang ada Drew...." Tambah mama yang mencoba mengingatkan Andrew bahwa fakta yang ada memang semenakutkan itu."Karena kondisi ekonomi kami yang saat itu juga sulit habis ditipu sama salah satu investor. Akhirnya papamu dan ayah Laila sepakat untuk menghabiskan nyawa wanita itu setelah ia melahirkan anak papamu......"Mama menjeda ucapann

  • Dendam Istri Sah   Part 52 Ancaman Nyawa Tania

    "Ha? Istri kau bilang?" Aku tertawa sinis dihadapannya. Baru kali ini aku berhadapan dengan iblis ini setelah rumah tangga kami berhasil ia porak-porandakan demi wanita lain dan hartaku. "Loh, status kita kan masih suami istri, sayang. Jangan ketus gitu dong dengan suami kamu..." Re berjalan beberapa langkah menujuku. Sementara aku juga menjauhinya beberapa langkah. "Kok kamu ngejauh dari aku sih? Aku kangen banget loh sama kamu..." Ucapnya. "Sial, dia mabuk!!" Desisku dalam hati. "Mana Tania????" Lagi aku meneriaki seantero ruangan ini berharap Tania bisa ku temukan. "Kalo lo mau Tania selamat, lo kembalikan lagi uang 4 milyar kami....." Teriak Tika dari dalam ruangan lain. "Lo tuh gak punya malu ya, pengkhianat!! Itu uang perusahaan, bukan uang lo.." Jelas saja ini membuatku amat murka. Jujur aku masih begitu gemetaran melihat wajah Tika disana, kenapa bisa aku mempercayai seorang yang begitu menusukku dari luar dan dalam. Seorang yang dengan tulusnya sudah ku akui sebagai s

  • Dendam Istri Sah   Part 51 Penculikan

    Kepergian Andrew yang begitu mendadak memang jelas meninggalkan pertanyaan besar. Sebab ia menyembunyikan semuanya dariku. Ada rasa tidak adil yang aku rasakan. Ia yang ikut campur ke dalam masalahku justru ia yang membuat rencana sendiri. Entah aku berpikir terlalu jauh atau memang kenyataannya seperti itu."Kakak, aku temenin ya ke kantor. Nanti aku langsung aja kesana, gak usah dijemput..." Ucap Tania yang menelponku pagi sekali."Iya, hati-hati ya.." Aku bersiap, sembari terus mencoba chat Andrew memastikan kondisi ayahnya disana baik-baik saja begitu juga Andrew sendiri."Andrew bener-bener gak balas pesanku ya." Desisku melihat pesan yang masih centang dua berwarna abu-abu."Dia beneran gak apa-apa kan ya?" Gemuruh banyak pertanyaan bersanding di dalam kepala. Sebegitu mengkhawatirkannya tingkah Andrew hingga membuatku bolak-balik memastikan pesanku memang belum direspon olehnya.Ya, hingga pada keputusan lebih baik aku harus ngantor untuk mengurangi pikiran anehku."Pagi Yah.

  • Dendam Istri Sah   Part 50 Gagal Berangkat Re!

    "Loh kok gak ada. Coba cek sekali lagi deh!" Tika bersikukuh bahwa dalam kartu debit platinum tersebut tersimpan jumlah uang yang fantastis. "Ini gue coba lagi..." Ucap wanita muda yang sepertinya seorang pegawai untuk mengurus orang yang akan mengenakan kapal. "Tuh gak bisa Bu. Apakah ada kartu debit lain?" Terlihat jelas wanita tersebut tengah menahan emosinya sebab berulang kali kartunya ditolak oleh sistem. "Ada apa?" Rehan langsung mendekati sumber suara. "Masa kartunya ga ada saldonya sih..." Ucap Tika. "Ha, sumpah lo??" Rehan langsung maju selangkah di depan Tika. "Coba mana Mba kartunya..." Ia meminta kartu platinum tersebut. Rehan mengambil kartu tersebut. Ia membolak balikan kartu tersebut jelas saja tidak ada yang retak dari kartu yang masih terlihat baru tersebut. "Maaf, ini jadi pembayarannya gimana?" Ucap seorang wanita muda yang mungkin juga terlihat bingung dengan beberapa orang dihadapannya. "Hahahaha kenapa? Gagal ya pembayaran lo?" Teriak seorang lelaki den

  • Dendam Istri Sah   Part 49 Upaya Kabur

    "Sekarang juga kita berkemas..." Re dengan paniknya bolak-balik memikirkan hal yang sangat pusing untuk dipikirkan sendiri."Kita mau kemana?" Tika yang tidak kalah paniknya hanya bisa bertanya-bertanya dan bertanya tanpa bisa memberikan solusi."Rumah orang tuaku?" Tika coba memberikan opsi terbaiknya saat ini."Gila kamu. Ya pasti sudah ke-trace duluan kalo ke rumah keluarga. Kita harus berangkat ke luar negeri, sekarang juga!" Ucap Rehan yang masih coba mengotak-ngatik cctv area sekitar memastikan polisi belum dekat dengan mereka."Kita gak punya waktu banyak lagi sekarang. Sekarang atau kita ketangkap semua..." Rehan langsung menutup layar laptopnya."Kita gak bisa pergi karena di bandara sudah pasti tercegat..." Ucap pengacara yang disebut sebagai ketua itu."Jadi gimana ketua?" Renald meminta saran kepadanya, sebab ia yakin ketua punya cara jitu untuk lolos dari proses hukum ini."Gue sudah hubungi temen yang bisa meloloskan imigran gelap. Kita akan pergi ke China..." Ucapnya."

  • Dendam Istri Sah   Part 48 Fakta Mencuat

    "Kita bisa ketemu gak?" Terdengar suara pria yang seolah dalam kondisi mendesak."Ada masalah? Waktunya kurang?" Re menggenggam ponselnya erat-erat."Sayang ada apa?" Tika yang berada disampingnya pun kian cemas."Sssshhh....." Renald mengancungkan telunjuk tangan kirinya ke bibirnya dengan mata yang melirik tajam ke arah Tika."Iya. Pokoknya kita harus ketemu sekarang juga!" Pria tersebut mematikan panggilannya."Kita harus putar balik dulu. Gak bisa main golf hari ini..." Re mencari putaran mobil dna berharap masalah yang ada tidak sampai mmenggagalkan rencana besarnya."Ada apa sih?" Tika tidak kalah penasaran dengan sikap aneh sang pacar."Kamu diam aja bisa kan?" Re sedikit membentak.***"Sorry banget kalo gue dadakan ngabarin kalian..." "Udah gak usah basa-basi. Ada apa? Hal apa yang sampe buat kami datang kesini buat ketemu dengan lo?" Renald sudah tidak sabar mendengar hal yang dirasanya cukup ganjil ini."Hufttt... Dokumen yang kemarin kalian kasih ke aku itu semuanya imita

  • Dendam Istri Sah   Part 47 "Dia adalah saudara tiriku...."

    "Hmmmm gue jadi penasaran juga siapa ya sosok ini. Papa mama juga rasanya gak pernah cerita kalo gue punya teman kecil yang akrab banget selama di Indonesia....." Andrew memandangi ponselnya yang berisi foto ayah, dirinya dansatu sosok lain yang saa sekali ia tidak mengenalnya. "Kalo dari raut wajahnya rasanya agak familiar, tapi gak tau juga siapa....." Lagi, Andrew melakukan pembesaran gambar untuk melihat secara detail siapa sosok yang berada di sebelahnya itu.Ia menyentuh layar laptop yang ada dihadapannya, mencoba buka data-data perusahaan sang ayah untuk mencari identitas dari anak ini."Gue harus cari gimana ya?" Celetuknya sebab ya akan terasa sia-sia jika ia buka data perusahaan karena belum tentu identifikasi data pegawai sampai dengan data keluarga keseluruhan, kan....."Gue harus buka album foto lama!" Idenya kali ini jauh lebih menarik. Ya dia berharap bisa mencari tahu siapa anak kecil yang bersama dengannya dalam satu frame foto. Andrew yang lagi sendiri di rumah mew

  • Dendam Istri Sah   Part 46 Pengurusan Berkas Perusahaan

    "Eh jangan dibuka dulu...." Aku langsung merebut jurnal itu kembali."Ya kalo gak boleh di buka ngapain lo bawa kesini kan?" Ia membela dirinya."Gue mau nanya dulu sih sebelum lo buka jurnal ini. Takutnya pas lo buka, lo kaget sendiri..." Jelasku."Apa yang mau lo tanyain?" Ia pun terlihat juga penasaran."Lo punya saudara lagi? Atau...." "Apa sih La, pertanyaan itu mah tanpa perlu jawaban dari gue juga kan lo udah tau gue anak tunggal, pewaris tunggal..." Ia masih belum paham arah obrolanku kemana."Iya sih gue kan cuma memastikan aja. Soalnya ini disini gue ngelihat foto bokap lo sama dua orang anak laki-laki....." "Foto apaan emangnya? Sini gue lihat..." Ia mengadahkan tangannya bersiap menyambut pemberian dariku."Sebentar gue buka dulu..." Aku membuka lembar buku ini satu per satu halaman."Ini..." Aku menyodorkan seutas foto yang telah ditempel di dalamnya."Hmmmm, ini fotoku kecil dan papa. Siapa dia?" Andrew pun bertanya tentang sosok pria yang ada disampingnya ini."Bukan

  • Dendam Istri Sah   Part 45 Old Diary

    Setelah selesai urusan dengan ayah, aku langsung menghubungi ibu. Mengatakan semua hal yang terjadi, dan untungnya respon beliau tidak begitu panikan terlebih saat ini ia sedang berada di luar negeri. "Udah, kamu tenang aja. Ibu akan pulang sore ini. Lakukan apa yang bisa kamu lakukan..." Pinta ibu dari sambungan telepon. Aku langsung kembali ke luar menemui adik tiriku yang tidak bisa berkutik. "Tania, kamu mau disini atau pulang?" Memberikan penawaran seperti ini memang bukanlah solusi terbaik. Bagaimanapun ia adalah bagian dari keluarga ini. Adikku meski kami dari ibu yang berbeda. "Andrew gimana ya kak?" "Oh iya, nanti aku coba telefon dia bilang semua yang terjadi barusan. Kamu pulang dulu aja kali ya, supaya besok kita bisa sama-sama mikir langkah apa yang harus kita lakukan..." Tania menyetujui rencanaku. Ia pamit dan bergegaas pulang dengan panggilan taksinya. *** Jam terus berputar, sementara aku masih terus berpikir kejadian hari ini yang semuanya terasa sangat menyi

DMCA.com Protection Status