Mengandung konten 21+
Dirham membawa satu gelas besar coklat panas beserta satu kotak biskuit. Dia duduk di sebelah istrinya.
“Jangan pikirkan omongan Julia. Aku tidak mau sampai ada apa-apa, karena kamu banyak pikiran.”“Tapi semua omongannya benar, Am.”“Tidak semua benar. Sudah! sampai di sini saja bahas Julia. Bagus ngomong lainnya. Mmmm, tentang besok.”“Kenapa dengan besok?”“Kita keluar jam 10, ternyata acara esok itu pernikahan temanmu. Tadi ku lihat lagi undangannya.” Dirham mengambil sepotong biskuit dan dimakan.“Aku sudah tau, kemarin Delia menghubungi aku. Dia banyak bercerita.” Dinar mengubah duduknya yang tadi menggantung kaki. Sekarang dia menyandarkan badannya pada dinding gazebo. Dirham melakukan hal yang sama di sebelahnya.
“Kamu cerita juga tentang kita?” tanya Dirham sambil matanya terus menatap wajah istrinya. Cantik.“Belum, biar besok dia lihat sendiri.”
“Nah makan, aaaa... ” Dinar membuka mulut saat tMuncul Edo dan Tasya serta staf lain yang bekerja di restoran Azhar. Mereka semua menatap Dinar dan Dirham silih berganti dengan berbagai ekspresi. Yang jelas banyak pandangan tidak suka. Edo melihat Dinar dengan seribu kekecewaan. Dia memang ada rasa spesial untuk Dinar, tapi dia terlambat sekarang, Dinar sudah dimiliki pria lain. Ada rasa perih menggores hati Edo. Tapi apa daya Dinar bukan jodohnya. Dan dia harus akur terima ketentuan takdir dalam hidupnya. “Aku suami dia. Jawaban itu sudah cukup jelas,¹ kan? Tidak perlu tanya yang lain.” Dingin dan angkuh! itu kesan yang ditangkap oleh teman-teman Dinar yang ada di tempat itu. Delia memegang tangan Dinar. Edo memejamkan mata, kenyataan yang tidak ingin dia dengar saat ini. Sementara Zaky berbisik pada istrinya, dan pergi menuju ke belakang. “Jangan pulang dulu, duduklah sebentar. Aku yakin banyak cerita y
Dirham membalikkan badan serta merta, inilah saatnya dia tahu kebenaran dari mulut lelaki yang dicurigai selama ini. Dinar takut akan ada salah paham diantara Zaky dan Dirham hingga terjadi perkelahian.“Maaf, aku akan pulang ya, Del. Suamiku sudah mengajakku pulang.” Dinar berdiri dari duduknya. “Tidak! Kita pulang nanti, Fathia adalah adik kandungku, kau mengenal adikku, Zaky Azhar?”Pria bernetra coklat cair itu menarik kursi di sebelah Dinar dan duduk dengan sorot mata tajam menatap wajah Zaky penuh selidik. Dinar juga kembali duduk di kursinya, wajahnya tampak gelisah.Dia tegang. “Oo, aku baru ingat. Mas Dirham ini pernah datang ke kampus untuk menjemput Fathia dulu, kan? Dia apa kabar sekarang, Mas? Masih kuliah di luar negeri kan, ya?” Dirham terkesiap mendengar pertanyaan dari Zaky, pengantin baru yang berumur lebih muda 7 tahun darinya itu seolah tidak tahu tentang kematian Fathia. Apa benar Zaky memang tidak tahu sama sekali tentang Fa
Pak Doni Azhar dan Bu Ambar berdiri tepat di belakang Dinar dan Dirham. Mereka sempat mendengar obrolan antara Dinar dan suaminya meskipun kurang jelas. Dinar berdiri dan melangkah menghampiri pria seumuran almarhum ayahnya itu lalu mencium tangannya dengan hormat. Doni Azhar adalah bosnya, ayah dari Zaky itu kenalan ayah dan ibunya. Mereka pernah bertemu ketika sama-sama menghadiri acara pernikahan saudaranya di kota Solo. Mereka menginap di hotel yang sama dan akhirnya berkenalan. Itu terjadi sudah beberapa tahun lalu waktu mendiang ayah Dinar masih ada. “Bapak, gimana kabarnya?” “Dinar. Ini suami kamu? Tadi ngomong apa yang tidak perlu diketahui orang lain?” Dinar tersenyum kikuk. Pasti Pak Doni sempat mendengar obrolannya bersama Dirham tadi. “Oh itu tentang rencana kejutan ulang tahun saya.” Dinar berbohong demi menutupi tragedi di masa lalunya dengan Dirham. “Begitu, tidak mau kenalin s
“Turunkan Mama Am, ada apa sih?” Nora menjerit dan menepuk lengan putranya. Dirham masih mengangkatnya dan membawanya berputar-putar, Dinar sekarang mengambil alih memegang selang air. Dia memberi waktu pada Dirham dan ibunya untuk menikmati kebahagiaan mereka.Tadi jam 3 sore Dirham pulang dari kantor untuk membawanya melakukan USG, dan setelah melihat hasil USG betapa dia juga bahagia, perutnya diusap penuh rasa sayang.‘Love you princess’ bisiknya pelan. Selang air yang belum ditutup diraih.“Mama pasti ikut seneng dengar kabar ini.”“Ada apa sih? jangan bikin Mama penasaran dong.”“Cucu mama perempuan, anak Am perempuan.”“Really? Selamat sayang, selamat.” Nora memeluk putranya erat, air matanya tidak bisa dibendung lagi, dia bahagia sekarang, terlalu bahagia. Akan ada putri yang lahir dalam keluarga Assegaff, seorang putri yang sudah diambil dulu kini akan
Setelah Nora menyimpan lembaran koran itu Nora meninggalkan dapur untuk membersihkan diri. Dinar masih berdiri di dekat meja dapur dengan perasaan tidak enak, apa yang di sembunyikan oleh ibu mertuanya tadi. Karena penasaran akhirnya Dinar mengambil selembar koran yang sudah dilipat kecil dan diselipkan diantara toples gula dan kopi oleh ibu mertuanya.Matanya melirik sana sini penuh waspada. Dia ingin tahu isinya, tapi suara langkah kaki terdengar jelas semakin mendekat.“Makan malam sudah siapkah Di?” Suara Dirham dari tingkat atas membuat Dinar gelagapan dan buru-buru menyimpan potongan kertas itu di tempat asalnya. Belum sempat membaca apapun, bahkan judulnya juga belum tahu tentang apa.Dirham berpakaian santai dan sudah selesai mandi. Haruman aroma sabun menguar memenuhi dapur, sejenak membuai Dinar.“Iya sudah, tunggu sebentar ya, Mama sama Papa masih belum keluar, aku juga mau mandi sebentar.&rdq
Mengandung konten 21+Desahan Dinar memenuhi kamar luas bercahaya temaram itu, sentuhan lembut dan hangat dari Dirham membuat Dinar merasa kehausan. Dirham terlalu pintar menggugah gairahnya. Kehamilan yang sudah masuk 7 bulan itu tidak mengurangi olahraga malam mereka, bahkan Dirham seolah ketagihan, kalau di turuti tiap malam mereka dia akan mengajak istrinya untuk bersama, tapi pesan mamanya yang selalu mengingatkan agar jangan membuat Dinar kelelahan jadi dia bisa menahan diri.Sudah hampir 30 menit mereka berpacu, menyatu dengan penuh gairah, Dirham yang banyak bergerak karena dia menyadari kondisi Dinar. Sentuhan-sentuhan lembut terus di berikan membuat istrinya tetap menikmati meski dalam keadaan perut yang besar.Napas keduanya turun naik menikmati pelepasan yang luar biasa hebatnya, Dirham selalu berhasil membuat Dinar terbang beberapa kali dalam satu kali permainan, sedangkan Dirham selalu menjadi pria terbahagia sedunia setelah hasratnya tercapa
Mengandung konten 21+, sudah ada warning ya.. jangan nakal-nakal. Sarapan pagi Zaky dan Delia bersama Pak Doni dan Bu Ambar hanya menikmati nasi goreng buatan Delia, empat hari usia pernikahan mereka masih menyesuaikan diri dan lebih saling mengenal kesukaan masing-masing. Hanya sebatas itu, karena MP(malam pertama) yang belum terlaksana.“Hari ini Papa sama Mama keluar agak pagi ya Ky. Ada janji ketemu sama pemilik sanggar tari, katanya ada acara dan mereka pesan makanan sama restoran kita. Kalian di rumah sajalah hari ini.” pesan Doni Azhar pada putranya.“Iya, ajak Delia jalan atau nonton kek. Nikmati waktu kalian, nanti kalau sudah mulai kerja kalian akan susah habiskan waktu bersama.” Ambar pula menimpali. Dia tahu kalau putranya itu sudah mulai mengurus restorannya, Zaky akan lebih sering di sana dari pada di rumah. “Iya Pa, Ma. Lagian aku bisa percayakan restoran sama Edo.”Zaky berkata sambil tersenyum usil menatap istrinya, sementara Del
“Diam! Atau mbak Santi yang melakukanya?”“Saya ndak tahu apa-apa Den.”“Lepas Am! sakit!”“Lihat ini, baca! Kamu kan yang menyembunyikan ini semua biar aku tidak membacanya. Biar aku tidak tahu tentang kabar Nana. Agar aku tidak lagi bertemu dengan wanita yang aku cintai!”“Tidak! Aku tidak tahu semua ini, sungguh Am, aku tidak tahu.”Mata Dirham memerah menahan amarah.Dinar melihat potongan koran yang dipegang Dirham dengan tangan kirinya. Itu foto gadis yang sama yang pernah dilihatnya dalam kotak berharga Dirham. Itulah Juliana yang dipanggil Nana, gadis yang dipeluk Dirham dalam foto itu.“Baca ini, ini, ini!” hardikan keras dari Dirham membuat Irfan masuk ke dapur, ingin tahu ada keributan apa sebenarnya, dia bertanya pada Santi, wanita itu hanya menggelengkan kepala dengan wajah sedih.Irfan merasa iba dengan keadaan Dinar sekarang. Entah kena