“Mom, bagaimana?” tanyaku. Tubuh ini tanpa sadar mengalami tremor. Mungkin, otakku memerintahkannya. Tenaga yang susah payah kukumpulkan terasa menguap sedikit demi sedikit.
Mon Goddess—yang keberadaannya tak kuketahui, aku meminta bantuanmu untuk kami.“Lunar, berhenti!” Sebuah teriakan kudengar dan setelah itu Mom menggenggam tanganku lebih erat.“Tidak! Kumohon jangan lagi.” Bisa kudengar Mom berbisik. Apa ada hal yang terjadi di masa lalu dan berhubungan dengan ini, hingga Mom begitu terlihat tertekan? Mom kini seorang vampire, dan aliran darah yang normal tak akan bisa kurasakan. Namun, aku bisa merasakan jika Mom tertekan.“Mom,” panggilku.Mom tidak menggubris. Justru beliau menambah laju larinya semakin cepat, dan aku semakin terseok saja untuk mengimbanginya.Dug!“Ah!!!” Aku kembali memekik saat kakiku tersandung. Kali ini, bukan kaPria itu memandang ke arahku. Tatapannya tajam, dan bola matanya berwarna merah darah. Apa beliau ayahku? Entahlah. Aku tak ingin berasumsi terlalu jauh dan hanya menerka saja, karena postur dan penampilannya tak jauh dari yang kutahu. Saat itu, bukankah aku hanya melihat sekilas saja?“Apa kau ayahku?” tanyaku. Dengan langkah terseok akibat punggung menimpa batu, juga kaki yang belum pulih, aku mendekatinya. Ia yang tengah membantu ibu untuk duduk sontak menatapku dengan tajam.“Aku tahu jika wajah kami hampir mirip. Namun, ayolah ... kenapa anaknya juga salah mengenaliku?” Ia menunduk, lalu melanjutkan, “Lihatlah, Lun! Putra dari Ced mengira aku ayahnya. Lucu, kan?”Apa? Jadi ia bukan ayahku? Apa semacam saudara, atau bahkan kembaran? Akan tetapi, aku tidak pernah mendengar Paman Sean mengatakan ayah memiliki kembaran. Salahkan saja rupa, rambut, postur dan warna kulit yang hampir serupa itu. Juga, aku yang tidak
“Mom, sudah cukup kau menyelamatkanku saat kebakaran saat itu dan sekarang. Jangan lagi. Aku tidak akan sanggup melihatmu seperti ini karena memaksa teleportasi,” ucapku. Hanya ini yang bisa kukatakan padanya. Setidaknya, di dalam ucapan itu aku berusaha, agar ketika nanti Mom tidak melakukan hal itu lagi.“Mom kuat, Dav. Teleportasi bukanlah hal yang berat untuk Mom. Hanya saja, Mom memang masih belum mengisi energi dengan berburu. Jadi, Mom tidak sekuat biasanya. Apalagi ditambah Mom tidak mendapat asupan dari ayahmu, jadilah keadaan Mom seperti ini. Maafkan Mom, ya. Mom sudah membuatmu khawatir.”Aku menggeleng dan berkata,”Jangan meminta maaf, Mom. Seharusnya aku yang meminta maaf karena terlalu lemah. Aku tidak bisa melindungi Mom dan Daphne. Seharusnya sebagai seorang putra, aku menggantikan ayah melindungi kalian saat beliau tidak ada. Maafkan aku yang terlalu lemah ini, Mom.”Aku menunduk, merasa tidak berg
“Dav, bangunlah!” Mataku terbuka, dan mendapati wajah ibuku yang terlihat lebih segar. Apa ada hal yang terlewat olehku? Atau ... benar jika beliau bisa menyembuhkan diri sendiri seperti ucapannya? “Kau terlihat pulas, jadi aku tidak tega membangunkanmu. Untuk saat ini, kau harus bangun karena kita sudah hampir sampai,” ucap Mom. Beliau tersenyum kecil, dan melihatnya seperti itu membuatku tenang. Astaga! Paman Isa mengatakan jika kereta akan sampai setelah matahari terbenam. Sepertinya aku tertidur terlalu lama. “Mom sudah tidak apa-apa? Maafkan aku yang belum bisa menjagamu seperti pinta Paman Isa, ya.”Aku menunduk. Untuk sekali lagi aku merutuki kelemahanku. Kalau saja tidak lemah, tentu bisa menjaga Mom. Yah ... mau bagaimana lagi. Aku benar-benar lelah dan tubuhku juga merasa kesakitan. “Tak apa. Mom paham dengan keadaanmu, Dav. Kau pasti lelah karena tidak bisa beristirahat dengan baik. Tak hanya itu, Mom juga melihatmu jatuh dengan buruk.” Setelah itu Mom menutup mulutny
“Begitukah?” ucapnya solah mengejek. Kau tak ingin terlibat apa pun dalam pertengkaran mereka. Jadi, kau lebih memilih diam dan mendengarkan. Kalaupun aku tahu, tentu bukan ranaku untuk ikut campur. “Pikirmu kami tidak punya hati? Lalu, bagaimana dengan Cedrick yang sudah mengabdikan dirinya untukmu? Bagaimana pengorbanannya selama ini untukmu? Jangan lupa, Lun, kau sudah memiliki dua anak darinya.” “Itu kecelakaan!” Untuk sekali lagi, Paman Isa tertawa. Kecelakaan katanya? Apa itu berarti aku adalah sebuah kecelakaan yang tidak diharap? Cukup emiris, sebenarnya. Mengingat kehadiran di dunia ini bukan murni karena diinginkan, melainkan terpaksa menerima. Kalau aku tahu sejak awal, tentu tidak akan menerima begitu saja pelukan dari Mom. Aku tak akan mau untuk menerimanya sekalipun beliau memaksa. Tidak akan! Dan tentu aku lebih memilih untuk hidup sendiri saja aklau tahu begini. “Lihat wajah hasil kecelakaanmu!” Sperti yang diperintahkan pada ibu, beliau menoleh ke arahku. Jadi,
Aku masih setia melihat mereka dari dalam. Tak ada niat sedikit pun untuk memisahkan mereka. Namun, tak kupungkiri juga jika mereka mengkhawatirkan. Mom mulai terlihat menahan amarah yang tertahan. Entah karena disudutkan, atau apa pun. Dari pembicaraan mereka, aku menyimpulkan jika Paman Isa tak terlalu menyukai Mom.Jika tak menyukai, kenapa reaksi Paman sangat tidak sinkron begini? Tadi pagi aku masih mendapatinya memperlakukan Mom dengan baik. Tak hanya itu, tak ada sedikit pun tanda bahwa beliau membenci Mom. Seharusnya jika sejak awal beliau tak suka, menunjukkannya sejak tadi tak akan terlihat ganjil.“Kau! Menyesal aku mengubah sikapku selama ini padamu, Lun! Harusnya kau tetap membencimu sejak dulu.” Paman Isa berkata lagi, dan isinya tetap menyudutkan ibuku.Sebenarnya, apa yang telah terjadi di antara mereka semua? Aku tahu Mom memiliki pasangan yang terpaksa untuk menerima, tetapi bukan seperti in
Tubuh kecil ibuku digendong ala pengantin olehnya. Setelah itu, ia berbalik dan berjalan ke arahku. Akhirnya, aku bisa melihat bagaimana rupanya itu. Rupa yang selama ini belum pernah kulihat secara langsung.Rupa yang tegas, dengan tatapan teduh dan mata merah menatapku. Wajahnya rupawan, dengan kulit putih pucat khas vampire. Serta, badan tinggi tegap dan membuatku ingin sepertinya. Dari semua hal itu, aku membenarkan perkataan mereka. Melihatnya membuatku seperti berkata dan mendapati wajahku dalam versi dewasa.Ah, aku terlalu memuji.“Senang bertemu denganmu, Dav. Tak kusangka kau sudah sebesar ini.”Astaga! Beliau tersenyum dan menghampiriku. Aku yang masih lemas tentu tak bisa berbuat apa pun untuk membalasnya. Jangankan untuk berdiri menyambut kedatangannya, menjawab ucpannya saja aku merasa tak mampu.“Dia tumbuh dengan hebat!” ucap Mom. Ayahku me
“Paman Sean sudah bertemu pasangannya, Dad,” jawabku.Mom dan Dad terdiam. Mereka sama sekali tidak membuka suara setelahnya, dan aku pun begitu. Kebiasaan untuk tidak banyak bersuara sepert sudah mendarah daging di hidupku. Dulu, aku enggan bicara karena setiap kali melakukan hal itu, ejekan akan kuterima. Bahkan lebih buruknya pukulan demi pukulan kurasakan. Namun, kini aku suah normal, dan kebiasaan itu terbawa hingga sekarang.Kalau saja Mom dan Dad tahu, apa yang akan mereka lakukan? Sedangkan Mom saja selalu mengucap maaf.Aku menyadari, semua hal ini bukan keinginannya. Kami dipaksa oleh keadaan dan tak bisa mengelak. Oh, haruskah aku bersyukur karena hal itu?“Mom, Dad, kalian tak kaget mendengarnya?” tanyaku.Nyatanya, aku tak betah akan situasinya dan memilih untuk membuka mulut. Aneh juga. Setahuku, mereka cukup ekat. Bahkan menurut cerita, Pama
“Mom, siapa yang memberiku nama ini?” tanyaku. Entah apa yang kupikirkan saat menanyakan hal itu, pertanyaan yang terlintas begitu saja di benakku.Seama ini, aku hanya bias berasumsi dengan pemikiran yang tak jelas. Davian adalah nama mantan pasangan Mom, yang akhirnya meninggal di tangan ayahku. Kemungkinan terbesar adalah karena itu Mom menjadi pasangan Dad, dan menghasilkan aku serta Daphne.Untuk pertanyaan kenapa Paman Davian masih berkeliaran sampai sekarang, aku akan mencari orang yang tepat untuk kumintai jawaban. Tak mungkin aku menanyakannya pada Mom, karena pasti beliau amat terpukul. Mom adalah orang yang tersakiti di sini, jadi aku tak mau menambah beban hatinya.“Aku yang menamaimu,” jawab Dad.Aku mengangguk.Ah, tunggu! Kenapa aku baru menyadari jika Dad yang berbicara? Dengan cepat, aku menatap Dad seolah meminta jawaban lain. Tak peduli