Aku akan pergi, itu adalah keputusan.
Akan tetapi, tentu itu hanya sebuah gertakan untuk Mom. Sebuah pertanda untuk memberitahunya bahwa aku sungguh-sungguh dengan ucapanku. Atau palin tidak, agar Mom tidak memandangku sebagai anak kecil dan mau memberitahuku segalanya.
“Jangan! Jangan pergi atau Mom akan kembali hancur seperti dulu.” Mom menarik tanganku kala kakiku melangkah. Namun, ketika baru satu langkah, dan Mom sudah mencekal tanganku. Aku yang ingin tersenyum, harus menahannya mati-matian. Tidak boleh menunjukkan senyum atau aku ketahuan.
“Lalu, apa Mom pikir aku juga tidak hancur? Bertahun-tahun aku tidak tahu apa pun. Berpikir bahwa aku hanya werewolf yang cacat. Aku yang tidak pernah memiliki kepercayaan diri yang bagus, dan tidak tumbuh bersama kedua orang tuaku. Mom pikir itu hal bagus? Bahkan setelah kita bertemu, Mom masih ingin menyembunyikan semuanya dariku.
“
“Ayahmu melakukannya!!!” pekik Mom. Aku mengangguk. Tak butuh waktu lama baginya, kehadirannya sudah hilang dari hadapanku. Huh … dasar wanita! Kalau saja bukan ibuku, sudah kutinggalkan dia. Untung saja yang bertingkah seperti itu bukan pasanganku.Apa Mom pergi karena aku mengatakan jika Dad-lah yang mengajakku, ya? Selama ini aku tahu jika Dad bukan orang yang bisa mengeluarkan ekspresinya dengan baik. Tak hanya itu, beliau juga sepertinya payah menghadapi Mom. Buktinya, setelah ada aku dan Daphne yang berusia belasan tahun ini, Dad masih tidak bisa mendekati Mom. Payah! Ingin sekali rasanya aku mengikat mereka berdua dan mengurungnya di ruang tertutup.“Lalu, bagaimana kalian bisa pergi? Aku yakin jika Arthur tak akan semudah itu melepaskan kalian!”Gawat! Aku merasa Mom mulai tersulut emosi, ya. Kalau begini, aku bimbang. Aku harus mengatakan yang sebenarnya, atau tidak? Ah, lebih baik aku ….“Dad menghisap darahku, Mom,” ucapku sambil menunduk. Aku tak tahu harus mengatakan apa
Semua terjadi begitu cepat. Setelah Mom mendatangiku dan berkata hal yang tidak bisa dimengerti, Dad berlaku semakin keras. Latihan semakin banyak, dan waktu istirahatku semakin sedikit. Aku tidka tahu, apakah Mom akan marah jika melihatnya, atau tidak. Semoga saja Dad tidak terkena amukan Mom lagi. Kalau terkena, aku ingin sekali tahu bagaimana reaksi Dad.Akan tetapi, ada hal yang tak bisa kumengerti. Di malam hari, aku terkadang melihat Dad termenung dengan memegang sebuah buku lusuh. Dari kejauhan, bisa kulihat jika buku itu telah memiliki kertas yang menguning. Sepertinya, buku itu berasal dari waktu yang sangat lama.Dad akan memegangnya, terlihat memandang kosong seolah merenung, dan menangis setelahnya tidak secara tersedu-sedu, tetapi cukup membuatku merasa kasihan. Hanya saja, aku harus bisa menahan emosi dan tidak mengeluarkan suara apa pun, baik itu ucapan dalam hati sekalipun.Ingat! Dad memiliki kemampuan untuk membaca pikiran. Dan aku tak mau Dad melakukan hal itu lagi
“Dad, Mom sudah ada di sisimu lebih lama dari yang kau tahu,” ucapku. Tidak mungkin mereka berpisah, sedangkan selama ini aku masih menghidu aroma feromon yang bercampur. Selain itu, Mom juga tidak pernah mengatakan jika mereka telah berpisah. Beliau bersikap layaknya biasa saja.Untuk semua hal yang terjadi di antara mereka berdua aku tidak pernah mengerti. Hubungan keduanya begitu rumit dengan masalah yang tak bisa dirinci. Jika kulihat, Mom bersikap biasa dan tidak terkesan bahwa tidak ada hubungan di antara mereka. Namun, dari sisi Dad tentu tidak sesederhana itu. Dad merasa Mom bukan miliknya.“Sudah kukatakan padamu, Dav. Aku memang memiliki raganya, tetapi tidak dengan hatinya. Werewolf begitu setia dengan pasangan yang sudah ditentukan untuk mereka. Tak hanya itu, cinta mereka tetap pada kekasihnya meski telah tiada. Seperti yang terjadi pada ibumu. Dia memang memiliki pasangan lain, yaitu aku. Tetapi tidak de
Kupikir selama ini Dad memberiku nama bukan untuk maksud lain. Ternyata untuk mengenang mantan kekasih Dad.“Dad, kau tak cemburu?” tanyaku. Rasa penasaran yang kurasa, tentu tak bisa kupendam. Aku tahu, pertanyaan ini bukan pertama kalinya kuajukan, tetapi … entahlah. Kupikir perlu memperjelas semuanya.Sayangnya, yang kudapat hanya tatapan sendu dan keterdiamannya. Ini aneh, Dad mengambil banyak sekali sifat manusia. Padahal, aku masih tidak melupakan fakta bahwa beliau adalah keturunan vampire bangsawan.Yang kutahu, vampire bangsawan itu adalah mereka yang terlahir vampire. Dengan keturunan yang langsung dan tidak bercampur dengan darah yang lain—tidak sepertiku, tentunya. Kalau saja ibuku bukan vampire, tentu aku juga merupakan vampire bangsawan. Namun, aku tidak boleh mengeluh tentang takdir yang sudah terjadi padaku, kan?Aku tidak bisa memilih lahir dari siapa.
“Mereka sedang melakukan pergerakan, dan kau tak mau kau terlibat lebih jauh. Untuk sekali lagi, kau harus selamat. Ayo!”Dad berdiri dan langsung menarik tanganku. Pergerakannya begitu cepat hingga kau merasa pusing karenanya. Lalu, beliau memakaikan tudung kepala yang sama seperti kupakai saat ke markas Arthur. Begitu pula dengan Dad, beliau memakai tudung yang sama denganku.Apa kami akan kembali ke sana, atau melakukan penyamaran lagi?“Kau tidak sedang lapar, kan?” tanya Dad. Aku menggeleng, karena memang sedang tidak lapar. Dad sudah memberiku makan beberapa jam yang lalu. Yah … meski setelahnya aku melakukan latihan fisik setelahnya.“Berjanjilah pada Dad untuk tidak melakukan apa pun, sebelum Dad perintahkan! Tetap di belakang Dad,” lanjutnya.Aku sama sekali tak mengerti. Sebelum ini kami berbincang ringan, dan dalam hitungan menit semua berubah. Dad terlihat seperti terburu-buru dengan tangan yang mengalami tremor. Aku merasakannya. Tangan Dad yang dingin terasa bergetar kar
Kami bergegas seperti yang Dad ucapkan pada kami. Begitu pun dengan Daphne, dia berada di sisiku tak peduli apa pun yang terjadi, dia bahkan rela untuk memperlambat larinya hanya untuk menungguku. Bagus sekali! Setidaknya dia tidak banyak omong untuk saat ini.Seperti biasa, laju lari vampire sangat patut untuk diacungi jempol. Apalagi untuk sekelas Daphne—yang baru kutahu faktanya beberapa waktu lalu dari Dad, bahwa Daphne memiliki kecepatan rata-rata di bangsanya. Kalau bisa dikatakan, Daphne memiliki kelebihan yang bagus. Tak hanya itu, kecepatan Dad pun bahkan dikalahkannya.Aku tak tahu harus bangga atau malah bersedih mengetahuinya. Bangga karena memiliki saudara yang berkelebihan bagus, dan sedih mengetahui bahwa aku tidak lebih baik. Sekali lagi, dia perempuan dan aku laki-laki. Ada rasa malu saat saudara perempuanku memiliki kemampuan yang lebih hebat.“Kau tidak mau mengetahui keadaan Mom?” ta
“Untuk kali ini, Dav. Berusahalah untuk tidak mempermalukanku di hadapan Daphne. Kau dan aku harus berada di batas kesadaran. Karena kalau tidak, jiwa ketiga kita akan muncul dan hal itu bukan hal yang bagus,” ucap Devan.“Apa maksudmu mengatakan itu, Dev?”“Yah, aku tidak mau terlihat bodoh di depan adik manis kita.”Kalau ada cermin, aku ingin tahu bagaimana ekspresiku saat ini. Adik manis, katanya? Apa aku salah terka kalau Devan tengah tebar pesona pada Daphne—si adik menyebalkan itu? Atau jangan-jangan, Devan mengiyakan permintaan Daphne hanya karena ingin tampil memukau di depannya?Dih, serigala tak tahu diri!“Jangan pikirkan apa pun, Dev! Yang harus kita lakukan untuk saat ini adalah bagaimana sampai dengan cepat. Dad sudah pergi terlebih dahulu. Tinggal kita yang menyusul. Jangan lupakan juga bagaimana tadi Daphne tidak mengatakan sesuatu tentang Mom. Aku yakin Mom sedang tidak baik-baik saja,” ucapku. Tidak ada hal yang kupikirkan lagi selain keadaan mereka. Untuk itu, samp
Selama perubahan ke bentuk serigala, aku merasa kesakitan yang luar biasa pada tubuhku. Kalau dihitung, ini baru yang ke empat kalinya. Dan jujur saja aku belum terbiasa sama sekali. Kalau saja bisa, tentu aku lebih memilih untuk tidak berubah saja.Sendi yang berubah dan bergerak perlahan, bulu yang merengsak keluar dari pori-pori kulit, mengukir rasa sakit yang harus—dan mau tak mau, untuk kutahan. Rasa sakitnya tetap sama seperti pertama kali aku berubah. Hanya saja, untuk ini kali kedua aku berbincang dulu dengan serigalaku sebelum berubah.Yang pertama, tentu saja saat berlatih dengan Dad saat itu. Dad dengan sikap pemaksanya membuatku berubah meski menolak dengan keras. Alhasil, Dad memenangkan perdebatan kami. Aku berubah setelah berkomunikasi dengan Devan. Hanya saja, ada insiden yang harus kuingat seumur hidup saat itu.Dad mendapatkan luka, karena aku hanya sebentar untuk bisa mempertahankan kesadaran. Ak