“Dad, Mom sudah ada di sisimu lebih lama dari yang kau tahu,” ucapku. Tidak mungkin mereka berpisah, sedangkan selama ini aku masih menghidu aroma feromon yang bercampur. Selain itu, Mom juga tidak pernah mengatakan jika mereka telah berpisah. Beliau bersikap layaknya biasa saja.
Untuk semua hal yang terjadi di antara mereka berdua aku tidak pernah mengerti. Hubungan keduanya begitu rumit dengan masalah yang tak bisa dirinci. Jika kulihat, Mom bersikap biasa dan tidak terkesan bahwa tidak ada hubungan di antara mereka. Namun, dari sisi Dad tentu tidak sesederhana itu. Dad merasa Mom bukan miliknya.
“Sudah kukatakan padamu, Dav. Aku memang memiliki raganya, tetapi tidak dengan hatinya. Werewolf begitu setia dengan pasangan yang sudah ditentukan untuk mereka. Tak hanya itu, cinta mereka tetap pada kekasihnya meski telah tiada. Seperti yang terjadi pada ibumu. Dia memang memiliki pasangan lain, yaitu aku. Tetapi tidak de
Kupikir selama ini Dad memberiku nama bukan untuk maksud lain. Ternyata untuk mengenang mantan kekasih Dad.“Dad, kau tak cemburu?” tanyaku. Rasa penasaran yang kurasa, tentu tak bisa kupendam. Aku tahu, pertanyaan ini bukan pertama kalinya kuajukan, tetapi … entahlah. Kupikir perlu memperjelas semuanya.Sayangnya, yang kudapat hanya tatapan sendu dan keterdiamannya. Ini aneh, Dad mengambil banyak sekali sifat manusia. Padahal, aku masih tidak melupakan fakta bahwa beliau adalah keturunan vampire bangsawan.Yang kutahu, vampire bangsawan itu adalah mereka yang terlahir vampire. Dengan keturunan yang langsung dan tidak bercampur dengan darah yang lain—tidak sepertiku, tentunya. Kalau saja ibuku bukan vampire, tentu aku juga merupakan vampire bangsawan. Namun, aku tidak boleh mengeluh tentang takdir yang sudah terjadi padaku, kan?Aku tidak bisa memilih lahir dari siapa.
“Mereka sedang melakukan pergerakan, dan kau tak mau kau terlibat lebih jauh. Untuk sekali lagi, kau harus selamat. Ayo!”Dad berdiri dan langsung menarik tanganku. Pergerakannya begitu cepat hingga kau merasa pusing karenanya. Lalu, beliau memakaikan tudung kepala yang sama seperti kupakai saat ke markas Arthur. Begitu pula dengan Dad, beliau memakai tudung yang sama denganku.Apa kami akan kembali ke sana, atau melakukan penyamaran lagi?“Kau tidak sedang lapar, kan?” tanya Dad. Aku menggeleng, karena memang sedang tidak lapar. Dad sudah memberiku makan beberapa jam yang lalu. Yah … meski setelahnya aku melakukan latihan fisik setelahnya.“Berjanjilah pada Dad untuk tidak melakukan apa pun, sebelum Dad perintahkan! Tetap di belakang Dad,” lanjutnya.Aku sama sekali tak mengerti. Sebelum ini kami berbincang ringan, dan dalam hitungan menit semua berubah. Dad terlihat seperti terburu-buru dengan tangan yang mengalami tremor. Aku merasakannya. Tangan Dad yang dingin terasa bergetar kar
Kami bergegas seperti yang Dad ucapkan pada kami. Begitu pun dengan Daphne, dia berada di sisiku tak peduli apa pun yang terjadi, dia bahkan rela untuk memperlambat larinya hanya untuk menungguku. Bagus sekali! Setidaknya dia tidak banyak omong untuk saat ini.Seperti biasa, laju lari vampire sangat patut untuk diacungi jempol. Apalagi untuk sekelas Daphne—yang baru kutahu faktanya beberapa waktu lalu dari Dad, bahwa Daphne memiliki kecepatan rata-rata di bangsanya. Kalau bisa dikatakan, Daphne memiliki kelebihan yang bagus. Tak hanya itu, kecepatan Dad pun bahkan dikalahkannya.Aku tak tahu harus bangga atau malah bersedih mengetahuinya. Bangga karena memiliki saudara yang berkelebihan bagus, dan sedih mengetahui bahwa aku tidak lebih baik. Sekali lagi, dia perempuan dan aku laki-laki. Ada rasa malu saat saudara perempuanku memiliki kemampuan yang lebih hebat.“Kau tidak mau mengetahui keadaan Mom?” ta
“Untuk kali ini, Dav. Berusahalah untuk tidak mempermalukanku di hadapan Daphne. Kau dan aku harus berada di batas kesadaran. Karena kalau tidak, jiwa ketiga kita akan muncul dan hal itu bukan hal yang bagus,” ucap Devan.“Apa maksudmu mengatakan itu, Dev?”“Yah, aku tidak mau terlihat bodoh di depan adik manis kita.”Kalau ada cermin, aku ingin tahu bagaimana ekspresiku saat ini. Adik manis, katanya? Apa aku salah terka kalau Devan tengah tebar pesona pada Daphne—si adik menyebalkan itu? Atau jangan-jangan, Devan mengiyakan permintaan Daphne hanya karena ingin tampil memukau di depannya?Dih, serigala tak tahu diri!“Jangan pikirkan apa pun, Dev! Yang harus kita lakukan untuk saat ini adalah bagaimana sampai dengan cepat. Dad sudah pergi terlebih dahulu. Tinggal kita yang menyusul. Jangan lupakan juga bagaimana tadi Daphne tidak mengatakan sesuatu tentang Mom. Aku yakin Mom sedang tidak baik-baik saja,” ucapku. Tidak ada hal yang kupikirkan lagi selain keadaan mereka. Untuk itu, samp
Selama perubahan ke bentuk serigala, aku merasa kesakitan yang luar biasa pada tubuhku. Kalau dihitung, ini baru yang ke empat kalinya. Dan jujur saja aku belum terbiasa sama sekali. Kalau saja bisa, tentu aku lebih memilih untuk tidak berubah saja.Sendi yang berubah dan bergerak perlahan, bulu yang merengsak keluar dari pori-pori kulit, mengukir rasa sakit yang harus—dan mau tak mau, untuk kutahan. Rasa sakitnya tetap sama seperti pertama kali aku berubah. Hanya saja, untuk ini kali kedua aku berbincang dulu dengan serigalaku sebelum berubah.Yang pertama, tentu saja saat berlatih dengan Dad saat itu. Dad dengan sikap pemaksanya membuatku berubah meski menolak dengan keras. Alhasil, Dad memenangkan perdebatan kami. Aku berubah setelah berkomunikasi dengan Devan. Hanya saja, ada insiden yang harus kuingat seumur hidup saat itu.Dad mendapatkan luka, karena aku hanya sebentar untuk bisa mempertahankan kesadaran. Ak
Devan berlari dengan kecepatan yang tidak main-main. Di punggungnya, ada Daphne yang tengah memeluk erat lehernya. Aku bisa merasakan hal itu, karena apa yang dirasakan Devan, bisa kurasakan juga. Hanya saja, aku tidak tahu bagaimana ekspresi Daphne saat berada di atasnya.“Dav, apa yang kau pikirkan?” tanya Devan. Kuakui dia hebat juga, ya. Bisa berkonsentrasi untuk mempertahankan perubahan kami, dan mengajakku berbincang.“Aku memikirkan banyak hal. Tak hanya itu, aku juga ingin tahu bagaimana rupamu.”“Perlu kita berhenti di danau terdekat untuk melihat bayangannya?” tawarnya. Aku menggeleng, meskipun dia pasti tidak tahu. Yah … aku reflek saja melakukannya karena sudah terbiasa.“Jujur saja, Dev, aku gugup. Tak tahu kenapa, tetapi aku merasakan banyak hal tengah bergejolak. Tak tahu lagi harus bagaimana aku mengatakannya. Jadi, aku bingung harus ba
“Tidak bisa! Aku sama sekali tidak ingin melupakan eksistensi Lunar di muka bumi ini. Seharusnya kau tahu itu, Putraku!”Paman Davian semakin gila saja. Enak saja memanggilku sebagai putranya, sedangkan ibuku sama sekali tidak pernah berhubungan dengannya.“Paman, aku ini putra Cedrick, bukan putramu. Jadi jangan sebut aku Putraku. Itu menggelikan, tahu!” Bagaimanapun juga, aku harus memberitahu Paman Davian bagaimana seharusnya beliau bersikap. Beliau harus ingat, bahwa tidak ada setetes darahnya di dalam nadiku.“Aku tentu tahu hal paling dasar seperti itu, Dav. Kau jangan khawatir, aku sama sekali tak berniat untuk merebutmu dari Daddy kesayanganmu itu. Hanya saja, aku ingin mengingatkan jika hubungan keluarga bukan hanya melalui pertalian darah. Dulu aku adalah mate ibumu, dan itu tidak mengubah apa pun. Itu artinya, putra Lunar juga putraku.”“Itu hanya
Kemampuan Paman Davian, sekilas mirip Dad. Yakni ….“Bisa membaca pikiran, maksudmu? Ya! Aku memang memiliki kemampuan itu, Dav. Kau jangan khawatir, kemampuanku tidak lebih baik dari ayahmu itu, salahkan saja dirimu yang teramat mudah untuk dibac pikirannya.”Ya sudah! Aku tidak akan terkejut lagi dengan hal seperti itu, karena sejak awal kehadirannya saja sudah mengagumkan.“Berhenti memikirkan hal yang tak penting, Dav! Kau harus melihat apa yang terjadi di depan kita!” Devan menginterupsi. Entah kenapa, aku selalu memikirkan hal yang tidak seharusnya aku pikirkan. Semua terlintas begitu saja, seperti benang kusut yang alurnya tidak tertebak. Padahal, keadaan sedang genting.Lagi-lagi, aku harus berusaha untuk berkonsentrasi. Aku tidak boleh goyah dan hancur hanya karena masalah sepele.“Ingat! Kau memiliki darah manusia, serigala, dan vampire sekaligus dalam tubuhmu. Semuanya bisa kau lakukan atas kehendakmu!” Paman Davian memeringatiku kembali. Aku sama sekali tidak tahu apa yang
“Kalau kau memilih, kau tidak bisa menarik kembali apa yang telah disepakati. Pertukaran yang telah terjadi, akan mengambil yang diserahkan. Kau tidak akan bisa mundur, Dav. Jadi pikirkan baik-baik apa yang akan kau korbankan,” ucapnya lagi. Paman Davian terdengar seperti menekankan dengan jelas apa yang harus kupilih.Aku memang belum lama menikmati hidup, tetapi kurasa semua itu sudah cukup. “Aku benar-benar akan menyerahkan nyawaku jika bisa memastikan Arthur menghilang selamanya. Kalau perlu, dia tak perlu reingkarnasi kembali,” putusku. Setidaknya itu setimpal.Orang tuaku sudah pernah berusaha untuk menyingkirkannya, tetapi tidak disangka dia seolah bangkit dari kematian dan menghancurkan semuanya. Jika dia benar-benar dimusnahkan, aku serius untuk memberikan nyawaku untuk itu. Bagaimanapun juga, aku sudah tidak memiliki siapa pun.“Pikirkan lagi, Dav. Kau tidak bisa memutuskannya dengan cepat. Ingat, kau hidup masih hanya belasan tahun. Kau bisa hidup lebih lama lagi. Kau bisa
“Aku harusnya berterima kasih kepada kalian sebelum mencabut nyawa kalian, kan?”Aku mendengar suara Arthur yang berat. Terdengar menyeramkan dan ….“Aku meminta maaf atas kesalahanku, Dav. Tidak seharusnya aku menyelamatkannya, dan membuat keadaan seperti ini,” ujar Aline dengan lirih. Dia terbaring di sampingku, dengan keadaan telentang dan tangan kaki yanga terikat. Sedangkan aku, langsung dengan posisi menyamping menghadapnya. Mungkin Arthur kesulitan membuat posisiku telentang dengan tubuh serigalaku.Suasana yang gelas, membuatku sedikit takut. Ada beberapa titik obor yang tidak berpindah. Mungkin tidak dipegang oleh makhluk, tetapi ditancapkan di tanah. Arthur yang masih bertubuh setengah serigalanya berdiri menantang seperti tidak mengalami perang sebelumnya. Berbeda dengan aku dan Aline yang sudah terlihat mengenaskan. Bulu serigala Devan sudah memiliki banyak bercak darah, dan luk
“Kau hanya tikus kecil yang tidak tahu apa-apa, Bocah!” ucap Arthur. Dia menangkap pergerakan Aline dan mencekik lehernya. Setelah itu, pergerakan Aline benar-benar dilumpuhkan. Aku terkejut, tak menyangka jika Aline bisa dikalahkan semudah itu.Aku tidak bisa tinggal diam. Tangan kecil Aline berusaha untuk melepaskan cekikan Arthur padanya. Namun, pergerakan itu sama sekali tidak membuahkan apa pun. Aline justru terdengar merintih kecil. Mungkin, dia merasa sangat kepayahan akibat cekalan Arthur yang begitu kuat.Aku tahu, Aline telah melakukan hal yang tidak kusukai, atau malah lebih ke menghancurkan hidupku. Akan tetapi, jika kupikir lagi itu bukan muri kesalahannya. Dia tidak tahu siapa yang ditolong, dan apa yang telah diperbuat oleh orang yang terlihat menyedihkan. Aline, dia hanya memiliki sifat empati lebih banyak dari sebangsanya.Hanya saja aku tidak tahu, kenapa aku harus disandingkan dengn vampire sepertinya, dan bukan dengan sesame werewolf seperti yang lain.“Kau ingin m
Ada sebuah hal yang membuatku ingin menerkam tubuh wanita itu. Selain menerkamnya, mencabik tentu adalah hal terbaik begitu hal itu dilakukan. Dorongan itu begitu kuat, seiring perubahan yang lebih banyak lagi di tubuhku. Aline, wanita yang baru kutemui tidak sampai sehari, begitu membuat hidupku jungkir balik dalam sekejap.Akan tetapi, andai semua dorongan itu kulaksanakan, bagaimana rasanya, ya?Aku berusaha menahannya. Bagaimanapun juga, Aline bukan seseorang yang pantas untuk diperlakukan seperti itu. Singkatnya hubungan kami bukan sesuatu hal yang patut dijadikan alasan. Dia adalah pasanganku, dan tentu tidak akan mudah untuk mengabaikan hal besar seperti itu.“Percayalah, aku tidak melakukannya secara sengaja, Dav. Aku benar-benar tidak tahu kalau dia adalah semua akar permasalahan yang besar. Aku pun tidak menyangka jika dia akan memperburuk suasana hingga sampai sejauh ini.” Aline berucap lirih. Sia
Untuk sesaat, aku tertegun. Fakta yang terdengar sepele—mungkin untuk sebagian orang tentunya, tetapi tidak denganku. Arthur adalah sumber dari segala hal yang menyiksaku. Dia membuatku terpisah dengan ibu sejak keil, membuat ayah dibenci ibu, dan membuat keluargaku meregang nyawa. Kalau saja dia tidak ada, tentu aku tidak akan mengalami itu semua. Ah, aku lupa. Paman Davian juga tidak ada karena dia, kan? Kalau memang begitu kenyataannya, kenapa harus aku yang menjadi pasangan dari Aline? Bukankah secara tidak langsung dia yang menyebabkan aku berpisah dengan keluargaku? “Al ...,” ucapku lirih. Tubuhku terasa lemas, seolah semua tulang penyangganya kehilangan kekuatan. Tak hanya itu, napas juga semakin memburu dengan jantung berdebar kencang. “Dav ... maksudku bukan begitu. Aku ... aku hanya ... tidak tahu dia siapa ....” Aline membalasnya. Jika dia menjawab seperti itu, bukankah itu
Arthur tertawa sambil menghindari serangan-serangan yang Aline berikan padanya.“Aku tak akan membiarkanmu hidup dengan tenang, Art! Kau bedebah busuk yang hidup tidka lama lagi, sama sekali tidak berhak untuk mengatakan hal itu padanya!” maki Aline. Ada yang janggal dari setiap serangannya. Dia terlihat kacau dengan sekejap hanya dari beberapa kata yang diucapkan Arthur. Bukankah sebelumnya Aline masih baik-baik saja, tidak mengalami lonjakan emosi seperti itu?Untuk sekilas, mungkin tidak akan ada yang memahami pola serangan Aline. Terlihat biasa, dan sama sekali tidak akan kentara jika dia menyembunyikan banyak hal. Namun, aku menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Tidak seharusnya Aline bertempur dengan cara seperti itu. Tidak! Aku harus menghentikannya sebelum terlambat.“Al, mundurlah untuk sejenak! Control dulu emosimu, lalu kita kembali menyerangnya seperti tadi,” ucapku. Ah, sebenarnya a
Sayangnya, semua tidak seperti yang kubayangkan. Aline memang hebat, tetapi bukan berarti dia sanggup mengalahkan Arthur dengan begitu mudahnya. Kami yang bertarung mati-matian berdua arus berusaha lebih keras. Mungkin karena keterikatan kami pulalah, sebuah Kerjasama yang mendadak bisa tercipta. Kami tidak pernah berlatih bersama. Akan tetapi, serangan yang dilakukan benar-benar bisa membentuk harmoni. Tubuh ini juga seperti sudah terlatih untuk bertarung bersama belahan jiwanya.Ah, hubungan dan ikatan yang rumit.Aku pun sampai saat ini tidak mengerti tentang hubungan seperti itu. Dalam hal itu juga, hubungan antara kedua orang tuaku. Di antara mereka yang terikat, ada hubungan masa lalu dengan Paman Davian dan tidak bisa kufahami. Mau bagaimana agi, dari keduanya juga tidak ada yang mau menjelaskan secar ajelas padaku.“Dav, harus kukatakan padamu kalau sampai Arthur tidak bisa dikalahkan, maka aku akan hidup d
Aku takt ahu kenapa Arthur begitu amat terobsesi pada Delta. Tidak ada sesuatu yang membuatku meragukan itu. Justru ,aku sangat yakin jika dia memang menargetkan Delta yang ada di muka bumi ini.“Waw! Dia kuat juga, ya? Padahal tadi aku sangat yakin kalau dia sudah kupukul dengan sekuat tenaga,” ujar Aline. Dia mengatakannya dengan santai, seolah lawan yang kami hadapi bukan siapa-siapa.Aku merasa yakin jika bisa mengalahkan Arthur. Hanya saja, tidak se-optimis Aline. Dia seperti memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Baiklah! Dia mungkin sudah menumbangkan Arthur. Namun, bukan berarti dia adalah seseorang kemarin sore yang baru muncul dan bisa diseret sewaktu-waktu untuk dihabisi.Dari semua hal, berpikir bahwa wanita vampire itu—yang mengaku sebagai pasanganku, adalah orang yang lebih tua dariku adalah sesuatu yang mengerikan. Vampire bisa memiliki umur panjang tanpa menua sekalipun. Dan aku, entah kenapa merasa jika pemikiran itu sedikit … menyesakkan.Sebagai pria, harusnya aku y
“Kau pikir aku akan mati semudah itu!?” Aku terjungkal karena tidak terbiasa mendengar suara lantang yang seperti itu. Setelah kabut debu mereda, mereka mulai terlihat sedikit demi sedikit. Dan, hal yang membuatku terkejut untuk setelahnya adalah wanita itu—yang mengaku sebagai pasanganku, berdiri dengan tegak dan jubah yang sudah tidak lagi dipakai. Sedangkan Arthur, werewolf tua itu sudah terjungkang di tanah. Sungguh di luar dugaan! Aku yang sudah melawannya hingga sampai lelah, tidak bisa membuatnya terjungkang seperti itu. Aku ingin tahu seberapa kuat wanita itu, dan bagaimana cara dia melawan Arthur. Ah ... andai aku memiliki penglihatan yang tajam dan bisa menembus pekatnya kabut debu itu, pasti pertandingan yang seru tak akan terlewatkan. “Jujur saja, Mate, aku tadi sempat berpikir untuk menghabisi diriku sendiri saat berpikir kau tiada,” ujarku mengatakan apa yang telah kupikirkan tentangnya.