Home / Rumah Tangga / Dek Ajeng & Mas Abim / Murka seorang suami bagian II

Share

Murka seorang suami bagian II

Author: Ceeri
last update Last Updated: 2025-03-29 12:11:12

•• ༻❁༺ ••

Peristiwa di siang tadi nyaris membuat Abimana hilang kendali. Dia memang belum pernah marah atau pun berkata kasar pada istrinya. Semenjak dia mengucapkan ijab kabul di depan Tuan Kadi, dia telah berjanji untuk dirinya sendiri akan tetap menyayangi dan senantiasa memperlakukan Ajeng dengan baik.

"Maaf jika kedatangan saya mengganggu kalian." Abimana menunduk sopan kepada dua orang paruh baya yang memiliki kemiripan dengan istrinya. "Saya tidak bermaksud untuk merepotkan Ibu, tapi kalau boleh saya benar-benar membutuhkan bantuan."

"Nak, kami sudah menganggapmu seperti putra kandung kami sendiri. Jangan bersikap seolah-olah kami ini hanya orang asing, apa yang bisa Ibu lakukan untukmu?"

"Ayah, Ibu, malam ini saya akan berangkat ke Kalimantan, urusan bisnis. Kemungkinan agak lama." Dia hela napasnya dalam-dalam untuk diembuskan rendah. "Sebelumnya saya sempat berpikir untuk membawa Ajeng bersama saya, tapi dokter melarang. Kandungan istri saya lemah, Ajeng diharuskan beristi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Penyesalan terdalam yang dialami Ajeng

    •• ༻❁༺ ••Pada akhirnya Ajeng menceritakan perihal apa yang sebenarnya terjadi kepada ibunya. Bagi Cahyani, tidak mengherankan bila tindakan putrinya itu berhasil mengundang kemarahan Abimana. Hingga dia sendiri tak dapat merespons dengan benar, amat terkejut akan pengakuan putrinya tadi. Tatapan kecewa pun tak luput dari matanya.Cahyani menutup album foto yang baru saja dilihat ulang. Dia mengambil secangkir teh beralaskan piring ceper kecil, kemudian menyesap tenang isinya. "Ibu enggak menyangka seburuk ini, Jeng. Apalagi menantu enggak bilang apa-apa tentang perbuatan kamu. Sekarang Ibu bisa mengerti wajah murung itu disebabkan oleh anak Ibu sendiri. Kamu mengkhianati kepercayaan menantu. Siapapun prianya pasti membenci hal tersebut, Ajeng.""Tapi, Bu, Ajeng enggak mengkhianati Mas Abim. Ajeng cuma pergi liburan bareng teman-teman. Ajeng baru tahu rencana mereka setelah kami tiba di vila. Kalau Ajeng tau dari awal, Ajeng enggak mungkin ikut, Ma." Ajeng tetap belum sepenuhnya mene

    Last Updated : 2025-03-30
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Rindu yang menyiksa

    •• ༻❁༺ ••Kepulan asap rokok mengudara di sekitar laki-laki Abimana Abrisam. Wajahnya tampak kusut akibat padatnya pekerjaan yang harus diselesaikan. Belum lagi teringat akan sang istri di Ibu Kota. Seolah gulungan tembakau adalah penawar rasa penat, Abimana terus mengisap tenang batang nikotin tersebut. "Rokok? Baru kali ini gue lihat." Alvian berkata, dia menghampiri Abimana; mendapatinya tengah menghirup sebatang rokok. "Hanya sesekali, buat ngusir sakit kepala." Abimana tersenyum simpul setelah mematikan puntung rokoknya ke asbak."Lo lagi ada masalah? Sekedar saran ya, Bim. Untuk sekarang enggak usah dipikirin banget. Muka Lo kusut, kurang tidur nih pasti?" "Jelas banget ya, Vin?" "Kacau, Bim. Muka Lo lesu." Alvian Lim menjawab seadanya seperti yang dia lihat.Sedang, di posisinya Abimana spontan terkekeh saat mendengar pernyataan jujur oleh Alvian, "Mau bagaimana lagi?! Masalah-masalah ini bikin kepalaku mumet.""Lo bisa pulang kalau mau, Bim. Udah dua minggu kita di sini. L

    Last Updated : 2025-04-01
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Penyesalan dan kata maaf

    •• ༻❁༺ ••Siang ini matahari bersinar sembunyi-sembunyi. Kepingan tipis awan putih berserakan menghiasi langit. Masih dalam rutinitas serupa, Ajeng bersama Cahyani juga Olivia tengah menyelesaikan persiapan akhir untuk pesanan kue. Sesekali dia menyeka peluh di pelipisnya. "Kalau kamu mulai cape, ada baiknya pesanan dihentikan dulu beberapa hari ini. Ibu lihat semenjak hari pertama kamu terus mendapat pesanan. Kehamilan kamu perlu diperhatikan juga, Ajeng." Cahyani menasihati secara halus sambil memasukkan satu persatu kue tart mini ke dalam keranjang. "Iya, Bu. Yang Ajeng siapkan ini pesanan terakhir. Ajeng juga udah mutusin untuk enggak ambil pesanan dulu sampe minggu depan. Kasihan Oliv, Ibu. Dia ini enggak mau ngomong apa-apa, padahal sendirinya butuh istirahat. Kalau suaminya tau, mungkin Ajeng bakalan diinterogasi." "Aku cuma sedikit membantu. Lagi pula, bosan terus-menerus di rumah. Enggak ada kegiatan yang produktif kayak begini. Bikin kue bareng sama Ibu dan kamu tuh rasan

    Last Updated : 2025-04-02
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Penawar rindu

    Suasana bersahaja mengiringi acara makan malam yang sunyi. Nyaringnya bunyi sendok beradu dengan piring keramik, saling bersahutan. Ajeng dan Cahyani menikmati santap mereka tanpa adanya topik rumit yang menjadi perbincangan. "Ajeng, habis makan malam Ibu pamit pulang, ya." Cahyani memberitahukan niatnya, "Kasihan ayahmu, dia kesepian karena tidak ada teman cerita. Sebulan Ibu temani kamu dan ini waktu terlama Ibu meninggalkan rumah. Ada Mumu 'kan? Keadaanmu pun baik-baik aja sekarang. Jadi, Ibu pikir tak ada lagi masalah yang mengharuskan Ibu bertahan di sini." Cahyani menuturkan hati-hati usai menghentikan sekejap suapan nasinya."Kenapa enggak besok pagi aja, Bu? Nanti minta antar sama si Budi, supir di kantornya Mas Abim. Angin malam enggak baik untuk orang tua. Kalau Ibu jatuh sakit, bagaimana?""Sebentar lagi Seto juga nyampe. Ayahmu terus menghubungi Ibu. Dia merengek supaya Ibu mau cepat-cepat pulang. Kami udah berumur, Ajeng. Kalau yang satu pergi entah ke mana, pasti yang s

    Last Updated : 2025-04-02
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Bincang-bincang manis Pasutri

    •• ༻❁༺ ••Pagi cerah sedang menyapa dengan kilau cahaya mentari dibarengi merdunya kicau burung-burung kecil di atas ranting pepohonan. Hunian mewah seperti kediaman Abimana Abrisam adalah idaman setiap pasangan menikah. Bagian konsep dari desain ruangan di dalam gedung beserta halaman sekitarnya ditata dengan pemikiran bernilai artistik alam. Ajeng menyingkap tirai biru tunggal yang menutupi jendela luas di kamar mereka; menggeser kacanya agar dia dapat menghirup segar dan bersihnya udara pagi. Kedua lengan direnggangkan demi melemaskan otot-otot yang kaku akibat berbaring semalaman.Serta merta Ajeng terkesiap ketika sepasang tangan kokoh membungkus pinggangnya erat dari belakang. Dia menoleh hanya untuk menemukan seringai tipis yang sayangnya begitu menggoda dipandang."Mas, Adek kaget tau! Kayak enggak ada jejak kakinya.""Adek ketinggalan, sih. Mas bisa merayap juga sekarang. Kadang merayap, kadang melayang, terserah Adek senangnya yang mana.""Dasar!" seru Ajeng dini kepalan ta

    Last Updated : 2025-04-03
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Bincang-bincang manis pasutri bagian II

    •• ༻❁༺ ••Ini tampak lebih baik saat mendapati Ajeng tengah menyibukkan dirinya di dapur bersama peralatan memasak. Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi di mana suasana pun hampir terang di luar sana. Spatula diayun gesit dengan kedua tangannya, mengaduk-aduk nasi goreng seafood kesukaan suaminya dengan ekstra sambal dan kacang polong. Abimana si penyuka makanan pedas tak biasa menolak bahan pendamping lainnya asalkan terasa cocok di lidahnya. Apalagi dia begitu menikmati beragam makanan yang pernah dimasak istrinya tersebut."Rajinnya istri Mas--" Seperti hobi dia yang sudah-sudah, memeluk dari belakang bukanlah hal baru di antara mereka. Abimana tahu-tahu menghampiri Ajeng ke dapur usai mempersiapkan dirinya dalam setelan kantor. "Loh, kok udah bangun, Mas?" Ajeng melirik ke samping, menemukan wajah suaminya bersandar di pundak dia sambil memejamkan mata. "Adek pikir Mas libur. Maaf, ya. Kalau tahu Mas kerja, Adek siapkan dulu tadi jasnya.""Mas juga maunya libur sebentar, entah

    Last Updated : 2025-04-04
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Istri yang baik dan benar, limited stock!

    •• ༻❁༺ ••Abimana memutuskan pulang lebih awal begitu tau di kawasan Kuningan sedang berlangsung Street Food Festival. Inginnya dia mengajak Ajeng sejak pagi tadi, andai pekerjaan di kantor tak menuntut dia untuk duduk bergelung lebih lama dengan berkas laporan. "Istri saya suka jelajah kuliner. Hobinya jajan dan makan enak.""Bukannya Bapak juga? Malah lebih parah kayaknya." Dimas menanggapi sambil pria ini merapikan lembar demi lembaran kertas yang akan dia klip nanti. Ada laporan bulanan yang telah ditandatangani Abimana dari setiap kelompok divisi perusahaan. "Sepertinya itu yang bikin saya dan Ajeng berjodoh.""Bukan sepertinya, Pak. Tapi, memang semestinya." Baik Abimana maupun Dimas sekadar menggulir senyuman seiring pergerakan tetap fokus pada aktivitas masing-masing. Abimana mulai mengemasi barang-barang di meja kerjanya. "Kamu enggak pergi ke Kuningan, Dim?!""Belum tahu, Pak. Kurang asyik kalau pergi sendirian.""Makanya cari pasangan. Betah banget kamu single lama-lama.

    Last Updated : 2025-04-05
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Hunting street food bareng kesayangan

    •• ༻❁༺ ••Setibanya di festival, Ajeng langsung berencana ingin membeli es buah. Walau sedang musim penghujan, siang hari di Ibu Kota masih tetap terasa panas. "Mas mau rasa apa?""Buat Mas jus semangka aja.""Ibu, saya jus semangkanya satu, es buahnya satu.""Sebentar, ya." Si ibu penjual menyahut ramah. Tidak kehilangan daya untuk tersenyum di tengah kerumunan pembeli. Untungnya mereka mau mengantre dengan sabar, tidak akan memakan waktu lama saat si ibu penjual dan tiga orang rekannya tampak cekatan memenuhi segala macam pesanan pengunjung. "Mbaknya cantik, mirip artis Korea.""Aduh, si ibu bisa aja. Saya jadi malu." Ajeng hampir cengengesan di sana andai tak menyadari sekelilingnya benar-benar ramai. "Saya suka menonton drama Korea. Ceritanya bagus-bagus, pemainnya juga cakep-cakep." Tangan si ibu bekerja di sela dia mengajak Ajeng mengobrol ringan. "Tapi, mbak ini asli mana?""Saya lahir di Surabaya, Bu. Tapi, udah cukup lama menetap di Jakarta.""Wah, pangling sekali wajahnya.

    Last Updated : 2025-04-05

Latest chapter

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Melalui bahasa kejujuran, kehangatan pun terjalin

    Seorang office boy menurunkan dua cangkir kopi ke permukaan meja. Alvian Lim masih di situ, berbincang-bincang dengan Abimana mengenai projek perusahaan juga rencana liburan mereka. Karier Alvian Lim di bidang periklanan patut diapresiasi. Ide-idenya kerap brilian, mengikuti perkembangan zaman dan selera pasar. Maka dari itu, banyak pebisnis senior maupun dari kalangan pemula memilih untuk memakai jasanya. Salah satunya tentu saja Abimana Abrisam. Pria ini justru dari kapan waktu hendak bekerjasama dengan teman lamanya itu, meski padatnya daftar di dalam buku kerja Alvian Lim menyebabkan Abimana butuh menunggu hingga tiga tahun. "Ajeng masih harus menunggu reaksi ayah dan ibu, Vin. Aku enggak bisa memutuskan sepihak, walau sebenarnya aku yakin ayah ibu pasti mengerti. Cuma, pikiran aku ke Ajeng. Kalau dia belum benar-benar siap atau rela, mungkin rencana pindah ke Kalimantan bakal tertunda sampai dia bersedia.""Moodnya juga pasti naik turun. Maklum ajalah, Bro. Ibu hamil gampang str

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Obrolan berkasih melalui Video Call

    Sembari menganalisa laporan yang dikirim dari Kalimantan, Abimana Abrisam juga sedang mengobrol dengan istrinya melalui Video Call. Padahal pagi tadi pun mereka mencuri-curi waktu dan situasi untuk bermesraan. Namun, seakan jarak rumah ke perusahaan merupakan kilometer panjang, Abimana sering merasakan kerinduan yang menyiksa pikirannya. "Dek, Mas pulang aja deh, ya. Kita pergi kek ke mana. Atau mau check in hotel enggak, sayang? Yang kolam renangnya privat. Kayaknya asyik sekali, serasa kita bulan madu lagi.""Mas, jangan ngaco ih! Ada Kak Juna di rumah, kok malah kamu mau kelayapan.""Biar bebas, sayang. Soalnya Mas jadi sungkan mau dekat-dekat sama Adek. Entar disangka enggak tau adat dan sopan santun.""Bukannya ada Kak Juna atau enggak, Mas tetap aja menempel ke Adek? Buktinya pas sarapan tadi Mas minta disuapin. Diliatin Kak Juna dan Kak Alyssa juga Mas enggak peduli tuh." "Hehe, biarin ah! Mau dikata norak juga Mas bodo amat, Dek. Mas udah telanjur kecintaan dengan yang nama

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Berbincang dari hati ke hati adalah sebuah solusi

    "Kak Juna, aku enggak tau kalian berdua ada masalah apa. Tapi, Kak ... Ajeng ngerti banget menangis adalah batas dari kesabaran emosi seseorang. Entah kesedihan, marah, kecewa, apapun itu bukanlah sesuatu yang baik untuk dipendam. Dengan kondisi Kak Alyssa yang juga sedang hamil, reaksi emosional berlebihan bisa mengganggu perkembangan pada otak janin. Please, Kak ... buat sementara waktu Kakak yang harus lebih banyak bersabar. Suasana hati wanita hamil enggak ketebak, Kak. Terkadang kita bisa tiba-tiba aja ngerasa seperti orang yang paling malang atau kek yang udah cape banget menghadapi hidup." Arjuna dan Alyssa serempak bungkam, masing-masing memandang ke arah berlainan juga perasaan yang kontras. Arjuna menyadari jantungnya berdebar kencang. Terselip bangga saat mendengar segitu luas pemahaman adiknya sekarang. "Aku mau keluar. Kamu di sini dulu temani Alyssa, ya. Aku pasti balik lagi kalau semuanya udah lebih dingin.""Jangan lama-lama ya, Kak. Kasihan Kak Alyssa. Ajeng juga ha

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Dua sisi di antara Arjuna san Alyssa

    Pulang ke Indonesia merupakan keputusan tunggal oleh Arjuna Eka Angga setelah dia melewati minggu-minggu untuk pertimbangan matang. Dia tak lagi merasa cocok bekerjasama dengan rekan-rekan maupun agensinya di Prancis. Maka dari itu, berangkat ke negara asalnya menjadi pilihan paling bijak menurut dia. Daripada harus terpaksa melibatkan diri ke dalam suasana lingkungan kerja yang tiada selaras. Namun, tentu semuanya itu bukan hanya tentang dia dan kenyamanannya. Setelah menikah, segala hal dalam kehidupan akan selalu berkaitan dengan pasangan. Mustahil Arjuna mengabaikan begitu saja opini Alyssa Chloe selaku istrinya. Lebih dari siapapun, wanita tersebut sudah sangat tahu seluk beluk personal dia, termasuk bagian terkelam. Alyssa hafal siapa/bagaimana ayah dan ibu Arjuna di Indonesia, tahu jika kedua paruh baya ini adalah keluarga angkat; sepasang suami istri yang mengambil Arjuna dari panti asuhan. Rahasia Laksmana Cahyani pun turut diketahui Alyssa, menyangkut status Arjuna. Sampa

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Sebuah fakta di balik sosok Arjuna Eka Angga

    Kamar hening kian senyap oleh suasana siang yang begitu tenang. Arjuna Eka Angga duduk diam di atas kasur, menghadap ke jendela bertutup tirai renda. Sikunya bertumpu di atas lutut dengan jemari menahan dahi. Gerangan beban apa yang sepertinya sungguh berat dia pikul. Nyatanya Arjuna tidak terlihat segitu senang. Di sini dia menumpahkan gulana itu kepada ruangan hampa. Kala dia tengadah, dapat terbaca luka yang menyedihkan. Arjuna meneteskan kepedihannya. "Jun ..." "Alyssa ..." Teguran lembut tadi tak pula mengakibatkan Arjuna panik, seolah tiada rahasia di antara mereka. "Kamu, okay? Sebelum aku pergi kamu masih baik-baik aja." "Nothing, you don't need to worry--gimana hangout tadi? Kamu happy?" "Lumayan. Adik kamu baik. Dia banyak omong sama aku. Aku rasa kita bakalan cepat akrab." "Bagus 'kan? Kamu jadi enggak perlu nethink lagi soal pergaulan di sini. Aku perhatiin juga kamu sendiri gembira pas bareng Ajeng." Alyssa sudah berada di samping Arjuna usai menaruh b

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Hangout bareng kakak ipar bag II

    •• ༻❁༺ •• Apalagi kalau bukan semangkuk baso?! Ajeng menyarankan suguhan itu kepada kakak iparnya dan Alyssa menyetujui dengan suka rela. Mereka duduk di gerai baso ternama di Ibu Kota. Gerai tersebut bahkan viral di sosial media. Tiada hari tanpa ramainya pengunjung, atau perlu sedikit kesabaran sampai pesanan bisa disajikan. Namun, situasi tersebut tiada pula menyurutkan niat Ajeng untuk mencicipi baso berbentuk gepeng itu. Dia memiliki pendukung di sisinya, Alyssa bersedia menemani dia tanpa keluhan. "Mirip bola daging, ya. Tapi, teksturnya beda. Ini kenyal, dan juga empuk. Saya belum pernah makan yang seperti ini." "Jadi, kakak suka enggak rasanya?" Ajeng bertanya usai dia menyeruput kuah basonya. "Ehm, yah ... rasanya nyaman saja dimakan. Kayak sup 'kan? Mungkin saya enggak akan keberatan buat makan ini seminggu dua kali." "Tadinya aku pikir Kak Juna udah pernah mengajak kakak makan makanan ini di Prancis. Soalnya dia sangat suka baso, Kak. Dulu, sebelum Kak Juna berangkat

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Hangout bareng kakak ipar

    •• ༻❁༺ ••Hari ini Ajeng berencana mengajak kakak iparnya berjalan-jalan ke mal terbesar di Jakarta. Mereka bisa berburu perlengkapan bayi yang lucu-lucu atau barangkali menikmati pijatan khusus bagi ibu hamil. Terdengar menyenangkan saat Ajeng mengutarakan niatnya. Raut Alyssa si ipar pun praktis berubah antusias. "Aku sudah lama sekali ingin memiliki teman yang bernasib sama denganku. Dan ternyata ini jauh lebih baik dari harapan—adik iparku sendiri." Di dalam mobil, keduanya mengisi perjalanan dengan beragam topik obrolan. "Agak terlambat. Tapi, aku senang bisa bertemu Kakak sekarang. Kalau dilihat-lihat kehamilanmu masih baru, ya? Perut kita sangat berbeda. Lihat saja bagaimana gendutnya aku ini dengan perut segini besar dan bulat." "Kamu salah. Biarpun enggak sebesar perutmu, kehamilanku ini sudah berusia tujuh bulan.""Benarkah?! Astaga!" Ajeng melotot heran, memperhatikan sekali lagi perut Alyssa yang memang hanya setengah ukuran perutnya. "Aku enggak mengira bulan persalin

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Perubahan baik datang begitu saja

    •• ༻❁༺ ••Bunyi tubrukan sendok dan juga piring lirih meramaikan meja makan di waktu sarapan kali ini. Masih di sekitar bandara, mereka memutuskan untuk memilih salah satu restoran yang kerap ramai di jam-jam makan. Kendati, pada giliran mereka beruntung tempat itu tidak penuh seperti biasanya. "Jun, Ayah bersyukur perjalanan kalian lancar-lancar aja sampai ke sini. Gimana keadaan istrimu? Sedang hamil begitu, apa tidak mengalami mual sepanjang penerbangan.""Enggak, Yah. Walau ini kehamilan pertama, Alyssa enggak pernah menghadapi hal-hal aneh apalagi yang mengancam kesehatannya. Dia bahkan enggak ngerasain mual.""Wah, itu jarang terjadi. Kalau di sini masyarakat menyebutnya hamil kebo. Kadang ibu-ibu muda yang tengah hamil justru bisa sama sekali enggak mendapatkan kendala. Segala aktivitas jadi berlalu seperti orang-orang pada umumnya." Cahyani menyambung obrolan tersebut."Hamil kebo?!" Bunga Alyssa Chloe, menantu keluarga Wicaksono ini menyahut seketika. Tergiring rasa penasara

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Arjuna Eka Angga

    •• ༻❁༺ ••"Ini kenapa jadi sempit, sih? Minggu lalu 'kan baru aku pakai dan masih nyaman juga." Agaknya kemeja yang ingin dikenakan Ajeng tak lagi muat di badannya. Ajeng berencana tampil sebagus mungkin di hadapan kakak dan kakak iparnya. Terlebih dia paham betul segitu modis keduanya dalam berbusana. "Aduh, enggak bisa dikancing ..." Ajeng merengek dengan kelopak mata berkaca-kaca. Rasa rendah dan tidak percaya diri muncul dalam sekejap untuk merusak suasana hatinya. "Ada apa? Kok ngomel-ngomel sendirian, Dek?" Abimana keluar dari kamar mandi, sedang mengeringkan rambutnya menggunakan selembar handuk. Dia menghampiri Ajeng dan langsung berdiri di depan istrinya tersebut. "Bajunya kekecilan, Mas. Adek lagi kepingin banget pakai yang ini.""Masih ada yang lain, buat apa Adek menangis begitu cuma gara-gara baju?" Seraya memberi saran Abimana beringsut ke ranjang, mengambil pakaiannya untuk dikenakan. "Nanti ayah ibu menunggu, loh.""Adek bingung mau pakai yang mana. Di lemari isinya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status