Home / Romansa / Dear Allah / 01. Ijab Kabul

Share

Dear Allah
Dear Allah
Author: Lusia

01. Ijab Kabul

Author: Lusia
last update Last Updated: 2021-01-13 15:55:23

“Saya nikahkan dan saya kawinkan Engkau Ananda Alfatih Malik Bin Hasan Basyir dengan anak saya yang bernama Zayna Amira dengan maskawin uang tunai lima puluh juta dibayar tunai!”

“Saya terima nikah dan kawinnya Zayna Amira binti Arman Faris dengan maskawin tersebut, Tunai!” ucap Fatih dengan lantang.

“SAH!”

Lalu ucapan rasa syukur dari para tamu yang menyaksikan ijab kabul itu. Alhamdulillah, lega rasanya. Akhirnya hari itu juga Zayna telah menjadi istri sah Fatih, betapa senangnya menjadi pengantin baru.

Tepat pukul lima sore acara resepsi pernikahan telah selesai. Para tamu undangan sudah pergi, tersisa hanya keluarga pengantin wanita dan keluarga lelaki di ballroom hotel. Zayna mengajak Fatih untuk ke kamar yang sudah di booking khusus untuk pasangan baru menikah. Zayna tidak sabar beristirahat sambil menunggu waktu Magrib tiba. Kepalanya sudah sangat pusing memakai mahkota di kepala, gaun pengantin juga berat dan make up yang tebal. Rasanya ingin cepat melepas gaun pengantin dan kerudung di kepalanya.

“Zay, nanti malam jangan malu-malu, ya. Kita kan sudah menjadi sepasang suami istri,” ucap Fatih menggoda pada Zayna setelah berpamitan pada keluarga mereka kalau keduanya akan beristirahat. “Malam pertama, lho, Zay,” bisiknya.

Zayna bergidik ngeri membayangkan malam pertamanya. Tahu arah pembicaraan Fatih membuatnya takut di unboxing. “Apaan sih, Pak! Jangan bahas di sini!” Cubit Zayna ke lengan Fatih. Takut ada keluarga yang mendengar obrolan mereka.

“Pak?” Fatih menyentil dahi Zayna. “Kok manggilnya 'Pak'? Terkesan tua sekali dipanggil 'Pak.' Ayo sekarang ubah kebiasaan kamu. Jangan panggil 'Pak' tapi panggil 'Mas'. Oke?” perintahnya tidak menerima penolakan.

“Mas Fatih?” batin Zayna membuatnya salah tingkah. Dia belum terbiasa memanggil Fatih dengan sebutan 'Mas.'

“I-iya, Mas Fatih.” Zayna menunduk malu-malu.

Mas Fatih tersenyum mendengar pertama kali dipanggil 'Mas' oleh Zayna.

“ZAYNA!”

Langkah kaki Zayna dan Fatih berhenti saat mendengar ada suara wanita memanggil Zayna, keduanya sama-sama membalikkan badan. Betapa terkejutnya Zayna saat melihat wanita di hadapannya memakai gamis hitam dan kerudung hitam juga.

“M-mbak Yara, kan?!” Bertambah kaget saat wanita itu membuka masker. Memang benar, itu Mbak Yara Noura—kakak Zayna. “Ya ampun, Mbak. Udah lama banget nggak ketemu!”

“Iya, ini aku, Zay!” Wanita bernama Yara tersenyum lebar. “Masyaallah kamu cantik sekali memakai gaun pengantin. Selamat ya atas pernikahan kamu. Mbak doakan semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warohmah.”

Zayna langsung menubruk tubuh Mbak Yara, memeluk saking rindunya. Terakhir bertemu dua tahun lalu. “Aamiin. Aku kangen banget, Mbak! Kok tiba-tiba ada di sini? Tanpa memberi kabar dulu ke Mama. Kalau Mama Papa lihat pasti kaget banget tau!”

Pelukan perlahan terlepas.

“Mbak sengaja tidak memberi kabar biar surprise! Saat tahu kamu akan menikah, Mbak cepat-cepat mengambil libur agar bisa pulang ke Indonesia, lho,”jawab Yara antusias menjelaskan. Mata Yara beralih ke lelaki di belakang Zayna yang sejak tadi tidak disadari keberadaannya. Saking rindunya dengan Zayna.

“Padahal nggak perlu pulang cuma karena aku akan menikah. Datang jauh-jauh begitu,” balas Zayna merasa tidak enak hati lalu tersadar Kakaknya tengah memperhatikan suaminya. Zayna pun berniat memperkenalkan Yara pada Fatih. “Ini, Mas. Mbak Yara. Mbakku yang bekerja di Singapura dan sudah menyelesaikan studinya di university di Singapura. Baru pulang setelah sekian lama di Negara orang.”

Fatih mengangguk singkat. Wajah tanpa berekspresi.

“Dia suami kamu, Zay?” tanya Yara tanpa menatap Zayna, matanya tidak berkedip melihat ke Fatih. Nada bicara Yara mendadak berubah dan tidak seantusias tadi. “Benar suami kamu?” ulang Yara seakan tidak percaya apa yang dilihat. Mengucek matanya berkali-kali. Nyata. Tidak salah lihat!

“Iya memang suamiku. Kenapa, ya, Mbak?” Zayna dibuat bingung.

“Saya Fatih, suami Zayna,” timpal Fatih tiba-tiba memperkenalkan diri. Terlihat begitu gelisah.

Deg. Jantung Yara hampir copot mendengar suara itu tidak asing baginya. Ya. Suara yang selama ini ingin Yara dengar! “Ya Allah, apa ini bagian dari rencanamu? Kenapa dari sekian banyak lelaki di bumi ini. Kenapa harus dia yang menjadi suami adikku?” batin Yara, hatinya tersayat-sayat. Sakit menerima kenyataan itu.

“Kalian saling kenal?" tanya Zayna, memandang Mbak Yara dan Mas Fatih secara bergantian

Apakah mereka saling kenal?

Related chapters

  • Dear Allah   02. Hanya Teman

    “Kalian saling kenal?" tanya Zayna, memandang Mbak Yara dan Mas Fatih secara bergantianYara tersenyum canggung. “T-tidak, Zay. Mbak baru melihatnya,” dustanya menatap bola mata Zayna. "Ya sudah, Zay. Mbak mau mencari Mama dan Papa dulu. Assalamualaikum," pamit Yara dengan dahinya dipenuhi peluh dingin.Zayna menjawab salam dengan lirih. Kepergian Yara membuat Zayna bertanya-tanya, “Mas mengenal Mbak Yara?”“Tidak,” jawab Fatih singkat.Zayna tidak yakin. Apa memang benar mereka berdua saling kenal? Dilihat dari perubahan Mas Fatih sangat dirasakan oleh Zayna. Bahkan Fatih banyak diam setelah bertemu dengan Mbak Yara. Saat di dalam lift menaiki lantai 5, Zayna berulang kali melirik suaminya yang hanya diam dan wajahnya terlihat gelisah. Kebahagiaan yang tadinya terpancar dari wajahnya telah sirna.Sebenarnya apa yang terjadi? Zayna benar-benar tidak tahu apa yang terjadi antara Mas Fatih dengan Mbak Yara. Mereka berdua sama-sama berubah saat bertemu. Sikap Mas Fatih kini dingin sekali,

    Last Updated : 2021-01-13
  • Dear Allah   03. Ternyata Dijodohkan

    "Sudah jangan dibahas. Aku mau ke masjid," ketus Fatih kembali ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Fatih memakai kemeja coklat lengan panjang dan segera keluar dari kamar hotel begitu saja. Lelaki itu akan pergi ke masjid terdekat walaupun belum adzan Magrib, kurang lima belas menit.Zayna tersenyum secara paksa saat Fatih sudah menghilang dari pandangan. Kini Zayna duduk di tepi tempat tidur. Tangannya mencengkram kuat selimut. Usai ijab kabul, Zayna tidak pernah menyangka akan ada perubahan dari Fatih dan suara Fatih tadi membuat pikirannya berkecamuk di isi kepala.*****Yara berjalan cepat sambil memegang dadanya, detak jantungnya berdetak kencang. Kakinya lemas setelah bertemu adiknya dengan suaminya. Dia mencari tempat duduk paling sepi untuk menormalkan detak jantungnya. Napas Yara terengah-engah, duduk di kursi. "Ya Allah, apa yang terjadi? Mengapa begitu sakit ketika aku melihatnya bersama adikku?" Yara tidak menyangka bahwa suami adiknya adalah Alfatih Malik. Sosok lelaki

    Last Updated : 2021-01-13
  • Dear Allah   04. Tidak Habis Pikir

    Fatih pergi ke masjid terdekat di hotel. Tubuhnya terduduk tak berdaya di atas sajadah masjid. Dia seperti tidak punya semangat dan kebahagian lagi. Perasaannya tidak karuan dan hancur begitu saja.Kedua tangannya menangkup wajahnya. "Ya Allah ... maafkan hamba. Aku benar-benar bingung dengan keadaan ini. Apa yang harus aku lakukan Ya Allah," curhat Fatih dengan suara lirih. Fatih tau, perasaan kepada Yara tak seharusnya dia rasakan. Harusnya perasaan itu sudah hilang tapi kembali setelah melihat wajah wanita itu yang tidak pernah bosan untuk dipandang, paras cantiknya membuat jantungnya berdebar keras. Yara bertambah amat cantik. Apalagi alis tebalnya. Memang Fatih menyukai Yara sudah lama."Wanita yang seharusnya aku beri kebahagiaan dan kasih sayang adalah istriku. Bukan wanita lain. Aku tidak ingin menyakiti istriku yang baru dinikahi hanya karena melihat wajah wanita itu lagi," lanjut Fatih dengan penuh rasa bersalah. "Ampuni hamba Ya Allah."Fatih mengucap istighfar berulang kal

    Last Updated : 2021-01-14
  • Dear Allah   05. Tidak Punya Sopan Santun!

    Tok. Tok. Tok!"Kak Zay. Buka pintunya! Buka pintunya sekarang!""Astaghfirullah hal adzim," kaget Zayna terbangun mendengar ketukan pintu di luar kamar hotel yang berisik di telinga. Siapa, sih yang mengganggu jam tidurnya di jam setengah empat pagi dan suara wanita itu tidak Zay kenal. Zayna cepat-cepat memakai kerudung dan rasa kantuknya hilang begitu saja menyadari tidak ada keberadaan Fatih di sampingnya. Fatih tidak ada di sana! Fatih belum pulang! "Apa salahku sehingga aku ditinggalkan seperti ini?" Mengelus dadanya yang terasa sesak sekali. "Kak Zay cepat buka pintunya! Sudah bangun, kan?!" Suara di luar kamar semakin keras. Zayna dengan langkah berat berjalan ke pintu. Mengintip dari lubang kecil di pintu, ternyata yang datang adik Fatih yang kedua bernama Latisa. Usianya baru menginjak 17 tahun dan masih duduk di bangku 12 SMA."Latisa?" kata Zayna setelah pintu dibuka. "Jangan gedor-gedor. Kamar lain bisa terganggu," tegurnya.Latisa memasang ekspresi tanpa dosa telah me

    Last Updated : 2021-01-27
  • Dear Allah   06. Keluarga Besar Suami

    Perasaan kecewa itu Zayna luapkan pada dua rakaat shalat subuh, menggelar sajadah di atas lantai. Seharusnya hari ini sholat subuh bersama Fatih yang akan menjadi imam dan sholat berjamaah, namun Fatih sudah pulang lebih dulu tanpa memberitahunya. Setelah melaksanakan sholat subuh, Zayna membaca surah Ar-Rahman dilanjut Al-Waqiah. Dua surah yang selalu Zayna baca sehabis subuh. Pukul setengah tujuh pagi, Zayna turun untuk sarapan. Di lantai tempat untuk breakfast, Zayna ditanya oleh petugas 'berapa nomor kamarnya' lalu berkeliling untuk melihat menu sarapan apa yang tersedia agar tidak bingung saat mengambil makanan."Mbak Zayna, kan? Yang kemarin mengadakan pernikahan di gedung?"Zayna kaget ada yang mengenalinya. Bagaimana bisa seorang ibu yang hendak mengambil piring itu mengenali dirinya? Zayna pun mengangguk sebagai jawaban."Wah .... Selamat, ya atas pernikahanmu semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah." Ucapan doa dan selamat dari ibu-ibu itu sangat antusias, seperti t

    Last Updated : 2021-01-30
  • Dear Allah   07. Dua Gadis Remaja

    "Assalamualaikum," ulang Zayna sambil mengetuk pintu. Tok. Hanya satu ketukan, tiba-tiba suara lembut menyapanya saat pintu tiba-tiba terayun terbuka. "Wa'alaikumsalam, Zay?" jawab Desi, Ibu Fatih. Menatap Zayna dengan seraut wajah yang menyambut hangat. Zayna tersenyum, tidak menunggu lama mencium punggung tangan Mama Desi. "Hai, Tan," sapa Zayna sedikit canggung. Di sisi lain merasa lega, untunglah bukan Fatih yang membukakan pintu."Hai, sayang. Astaga, Baru sampai? Ayo cepat masuk! Biar Mama yang bawakan kopernya." Desi meraih koper Zayna dengan memaksa walaupun Zayna menolak untuk dibawakan koper. "Kehujanan pasti? Maaf, ya sayang. Ini salahnya Fatih yang pulang duluan dan tidak mau menjemput kamu. Padahal sudah Mama paksa. Mama nggak tahu kenapa Fatih menjadi begitu. Cuek dan dingin," dumelnya.Zayna mengerti sekarang, Fatih sengaja tidak menjemputnya. Sakitnya. Zayna pun bertanya apa di rumah ada Papa Fatih. Soalnya Zayna ingin menjaga sopan santun menemui kepala keluarga di

    Last Updated : 2021-04-20
  • Dear Allah   08. Maaf ....

    Ini kamarku." Fatih mempersilahkan Zayna masuk.Zayna masuk ke dalam kamar Fatih untuk pertama kali. Bau ruangan harum dengan aroma parfum. Zayna melihat-lihat foto di sana, foto anak kecil dan foto keluarga Fatih yang terpajang di dinding. Foto keluarga Fatih ada anak kecil yang sedang digendong, pasti anak kecil itu Fatih. Kamar Fatih bernuansa abu-abu terlihat elegan dan estetik, menciptakan suasana tenang dan nyaman pada interior. Dipadukan cat putih yang tampak bersih dan netral. Keadaan kamar rapih, tidak berantakan. Di sana juga ada sofa panjang yang empuk dan jendela kaca besar sehingga dapat melihat pemandangan jalan raya. "Nanti bajunya masukin ke dalam lemari. Anggap saja rumah sendiri.""Iya, Mas," balas Zayna sibuk melihat-lihat."Kamu sudah sholat?"Langkah Zayna terhenti. Berbalik badan melihat Fatih dari jarak agak jauh. Menggeleng kepala lalu menjawab, "Sebentar lagi." Fatih mengangguk. "Kalau lapar turun saja ke ruang makan. Mengenai rumah kita, mungkin seminggu ke

    Last Updated : 2021-04-20
  • Dear Allah   09. Keluarga Besar Suami

    Mimik muka Zayna terheran-heran mendengar suara gaduh di lantai bawah. Ada apa di sana? Kini Zayna menuruni tangga bersama Fatih sehabis sholat isya. Betapa terkejutnya Zayna melihat keluarga besar Fatih di ruang keluarga sedang asyik bercakap-cakap, ada tawa, dan canda. Fatih tak kalah terkejut, karena lelaki itu tidak mengetahui kalau keluarganya akan datang. Suasana yang tadinya ramai menjadi hening sejak kedatangan mereka berdua dan apa yang Zayna lihat? Keluarga Fatih memperhatikannya dengan berbagai tatapan. Ada yang menyukai dan ada yang kurang begitu menyukai kehadiran Zayna. Zayna tetap tersenyum ramah pada keluarga Fatih, menepis pikiran buruk sangka. "Wah ... pengantin baru nih baru turun ke lantai bawah." Papa Fatih masih mengenakan peci hitam di kepala, menutupi rambut yang sedikit botak. "Hayo abis ngapain kalian di kamar terus?" goda Hasan.Melihat ayah Fatih sudah berada di rumah, Zayna cepat-cepat menghampiri untuk mencium tangan Hasan dan mencium tangan semua orang

    Last Updated : 2021-04-22

Latest chapter

  • Dear Allah   29. Menyakitinya dan Melukai Keluarganya

    Apakah Arga menyesal? Menyasali menikah dengan Rosmala? Seperti kata-kata bijak, penyesalan memang selalu datang diakhir.“Dia juga masih mencintaiku, Nang. Kenapa dia datang saat aku telah menikah dengan Mala,” sesal Arga.Mendengar itu Ganang terkejut setengah mati dengan pengakuan Arga. Lelaki itu mematung di tempat, duduk tak bergerak, dan mata sama sekali tidak berkedip. Sahabatnya ternyata masih mencintaiwanita yang dulu akan dijadikan istri olehnya, namun pernikahan itu batal secara tidak terduga. Mantan calon istrinya menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga Arga dengan Rosmala, dan keluarga yang awalnya harmonis sekarang diambang keretakan.“Kamu menyesal telah menikahi Mala bukan Yura?” tanya Ganang dengan serius.Arga mengerjabkan sepasang mata sekali. Dia bungkam, wajahnya memerah setelah mendengar pertanyaan dari Ganang. Menyesal? Arga bingung harus menjawab apa. Menyesal? Arga belum tau ini sebuah penyesalan atau bu

  • Dear Allah   28. Pengakuan Arga

    Rasa bahagia menunggu Arga pulang dan harapan besar masakannya akan di makan oleh Arga kini harapan itu sirna. Rosmala sudah tidak tahan lagi dengan kekecewaan ini, sebagai seorang istri harus tetap sabar menghadapi suami. Tapi sampai kapan?“Ya Allah kuatkan hambamu ini untuk menghadapi Mas Arga,” batin Rosmala.Langkah kaki pelan menuju meja makan, dia merapikan makanan yang sudah tersaji dua jam yang lalu. Rosmala sudah sangat lama menunggu Arga pulang, tapi tidak ada tanda-tanda sang suaminya pulang. Setelah membereskan makanan, Rosmala menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamar. Dia duduk di depan meja belajar, meletakan novel dan menyalakan ponsel untuk mencoba menghubungi Arga sekali lagi. Helaan napas terdengar saat panggilannya sama sekali tidak terjawab, pesan juga belum ada balasan.Huh. Rosmala berusaha untuk berpikir positif. Dia lelah overthinking setiap saat.“Apa mungkin Mas Arga masih sibuk, ya? Hingga untuk membalas pesan

  • Dear Allah   27. Menunggu Lagi

    Rosmala ingin segera pulang saja. Dia sudah tidak tahan lagi harus berhadapan dengan Adam. Rosmala pikir, Adam akan menyerah tidak mendekatinya, namun salah. Tanpa Adam sadari, perlakuan tadi membuat Rosmala tidak nyaman dan semakin membuatnya enggan untuk mengobrol lagi dengan Adam.Okay. Sebaiknya lupakan kejadian tadi.Sekarang Rosmala tak sabar memasak makan malam untuk Arga, suaminya. Sebelum pulang ke rumah, Rosmala berniat membeli sayuran di supermarket dan juga membeli kebutuhan untuk makan malam nanti.Satu jam Rosmala habiskan untuk berbelanja, dia dengan bersemangat mendorong troli belanja di Supermarket, belanja kebutuhan sehari-hari dan tidak lupa membeli keperluan untuk dimasak malam ini juga. Setelah puas belanja, Rosmala menyibukkan diri di dapur. Semua bahan yang tadi dibeli sudah tersedia di atas meja.Sebelum menikah dan setelah menjadi pengantin baru, Rosmala memang tak pandai memasak, namun dia berusaha mengikuti kelas memasak. Rosmal

  • Dear Allah   26. Mengantarkan Pulang

    “Mala,” desis Arga saat melihat nasi kotak di depan pintu. Arga menghembuskan napasnya, tak tega pada Rosmala. Dia merasa bersalah pada Rosmala, bermain di belakang, namun wanita itu masih bersikap baik padanya. Sungguh, Arga tidak tahu harus berbuat apa. Lelaki itu membawa nasi kotak ke dalam, menatap lama nasi kotak yang Rosmala beli. “Maafkan aku,” batinnya. *** Setelah kelas selesai, Rosmala menyuruh Salwa untuk pulang lebih dahulu. Dia mencoba menghubungi Arga. Panggilannya tidak terjawab, mencoba sekali lagi dan akhirnya Arga mengangkat panggilannya. “Assalamu’alaikum, Mas,” salam Rosmala. “W*’alaikum salam,” balas salam Arga. “Iya, La. Ada apa?” tanyanya dengan nada dingin. “Kelas Mala sudah selesai nih,” lapor Rosmala. Sebab, setiap kelas selesai Arga menyuruh Rosmala untuk memberitahunya dan akan mengantarkan pulang, walaupun kadang Arga sering menghilang dan jarang sekali mengantar Rosmala pulang dari kampus. “Mas mau pulang

  • Dear Allah   25. Pengakuan Dokter Adam

    “Kamu bahagia menikah dengannya?”Rosmala terdiam, dia terpaku di tempat. Sama sekali tak berani menatap Adam. Napasnya tercekat. Pertanyaan itu sangat membuatnya mati kutu dan tak bisa berkata apa apa. Bibirnya terkunci rapat beberapa menit setelah Arga memberikan pertanyataan lagi.“Kenapa kamu tidak menjawab, La?” Adam yang menunggu jawaban Rosmala bertanya dengan nada sangat tak enak didengar.Rosmala tergagap, dia gelagapan. “Umm … alhamdulilah,ba-ha-gia kok.” Rosmala menampilkan senyuman palsunya sembari memegang erat nasi kotak di tangannya. Dia berbohong. Tentu saja, terlihat jelas kepalsuan dari mimik wajahnya. Sudah pasti Rosmala ingin menutupi masalah keluarganya. Tidak ingin Adam tau. Kepalsuanya membuatnya semakin dipaksa dalam jurang kebohongan yang telah dibuat sendiri.Bahagia? Tidak. Selama ini Rosmala tidak merasakan kebahagiaan dalam keluarga.“BOHONG!” tuding

  • Dear Allah   24. Kamu Bahagia?

    “La, kamu mau kemana?”Rosmala terkejut ketika tiba-tiba Salwa berjalan di sampingnya, dia kira Salwa sudah kembali ke kelas duluan. “Aku mau ke sana sebentar,” jawab Rosmala mengangkat dagunya tanpa memberi tahu kemana dia akan pergi. “Kamu ke kelas dulu aja.”Salwa mengangguk, rasa penasaran itu hilang ketika matanya tertuju ke tangan Rosmala yang sedang menenteng nasi kotak, sudah pasti nasi kotak itu untuk suaminya. “Ya udah, duluan ya?” katanya.“Iya, Wa,” balas Rosmala sambil tersenyum.Rosmala berbelok dan tanpa sengaja dia menabrak tubuh seseorang dari arah yang berlawanan. Brukkk! Tubuh Rosmala terhuyung, hampir saja nasi kotak yang dia pegang jatuh ke lantai.“Aduh, maaf ya, Kak. Aku sedang buru-buru jadi tak sengaja menabrak Kakak,” kata wanita itu.“Iya, tidak apa-apa kok,” jawab Rosmala.“Sekali lagi maaf ….” Wa

  • Dear Allah   23. Are You Okay?

    “Are you okay,Ra? Apa yang sebenarnya terjadi padamu?” tanya Arga pada Yura yang masih diam, kini mereka sedang duduk berdua di ruang tamu. Wajah Arga tersirat kekhawatiran, sangat mengkhawatirkan Yura. “Katakanlah ….” mohon Arga.Yura sedang mengikat perban ke tangannya. Tidak berbicara sepatah katapun. Hanya diam tak bersuara. Arga yang melihat Yura tampak depresi merasa iba, dia membantu Yura menutupi luka di tangannya. Sejujurnya Arga tidak habis pikir dengan Yura. Kenapa wanita itu berani menyakiti diri sendiri atau self harm.“Aku takut, Mas …” balas Yura setelah selesai mengobati lukanya.Kepala perlahan terangkat, memandang Arga yang duduk di sampingnya. Selama ini Yura tak pernah mengekpresikan sesuatu baik melalui kata maupun emosi di hadapan orang lain. Sesedih apapun yang Yura rasakan, tak pernah sekalipun tangisnya muncul. Dia tadi tak menangis, hanya saja mencari kepuasan diri sendiri

  • Dear Allah   22. Merasa Berdosa

    Pikiran dan perasaan Rosmala berantakan akibat Arga tak kunjung pulang, dia menunggu Arga dengan sangat lama hingga kini kakinya sudah menginjakkan di kampus. Namun tak melihat keberadaan sosok suaminya di ruangannya hingga jam istirahat tiba. Rosmala berjalan di lorong menuju kelasnya, kata Salwa sudah berada di kantin dan mengajak Rosmala makan bersama. Huh, kenapa Salwa tak menunggunya Rosmala. Salwa main pergi meninggalkan Rosmala begitu saja di toilet.“Awas aja. Kalau minta ditemenin ke toilet,” gerutu Rosmala.Makan, ya? Rosmala menjadi ingat Arga, lelaki itu sudah makan atau belum?“Mas Arga udah sarapan belum, ya?” batin Rosmala bertanya-tanya. Bagaimana pun juga Rosmala masih punya tanggung jawab untuk melayani suami, dia akan membelikan Arga nasi kotak dan akan berusaha mencari Arga sampai menemukan keberadaan.“Lama banget sih kamu di toilet,” geram Salwa saat Rosmala mendatangi mejanya.Rosmala melih

  • Dear Allah   21. Pikiran Manusia

    “Ya Allah aku tak mengerti dengan sikapnya ini,” batin Rosmala. “Apa mungkin Mas Arga tak ingin tidur satu ranjang denganku lagi?” Rosmala menggeleng. Tidak. Tidak. Mungkin saja hari ini Arga sedang ingin tidur sendirian. Rosmala berusaha menghempaskan pikiran negatifnya.“Tidurlah. Bukankah kamu besok ada kelas lagi?” Arga tidak menjawab pertanyaan Rosmala, melainkan menyuruhnya untuk segara tidur.“I-ya, Mas.” Rosmala berjalan ke arah tempat tidur, berbaring dengan perasaan kecewa, sedih, marah dan banyak pikiran tentang perubahan Arga padanya. Rosmala seperti menjadi wanita bodoh saat ini. Rosmala tak sekalipun membantah, ingin menang sendiri, namun dia selalu menerima perlakuan dingin dari Arga dengan lapang dada. Rosmala tidak mau durhaka pada suaminya, dia juga tak mau egois. Astaghfirullah …“La ….”Rosmala menoleh. “Iya?”“Maaf &hellip

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status