"Kamu suka kue kering dan susu?" Annie menepuk sofa di sebelah, menyuruh Ashley duduk. Ketika Ashley ingin bicara, Annie menyela. "Hasil curian tidak boleh berada di rumah ini. Jadi, rotimu kuberikan pada orang yang membutuhkan."
Susah payah Ashley mengambil roti itu. Tidak susah, hanya saja, Ashley menyayangkan usaha terbaik yang sudah dilakukan.
Ashley pun duduk di sebelah Annie. Kue kering di hadapan Ashley terlihat enak. Tanpa malu, Ashley memakan kue tersebut, sambil mendengarkan semua ucapan yang Annie katakan.
"Ada alasan dibalik aku mengajakmu tinggal bersama. Dari dulu, aku sedang mencari orang yang memiliki kekuatan abu."
Tentang itu, tubuh Ashley membeku. Annie tadi berkata melihat Ashley ingin mencuri baju. Cara mencuri Ashley pasti sudah dilihat Annie. Kue kering yang baru digigit sekali, ditaruh kembali ke piring. Ashley bahkan membayangkan tubuhnya dibakar hidup-hidup.
"Jangan takut. Aku sudah berjanji padamu." Annie menunjukkan kelingking tanda sudah berjanji. "Adanya kekuatan itu di tubuhmu, aku sangat yakin, kalau kamu telah kehilangan seseorang. Siapa yang membuat hidupmu seperti ini?"
"Keluarga Rider." Mungkin sudah saatnya untuk Ashley mendapatkan bantuan. Jika sudah bisa mengontrol kekuatan abu, maka Ashley sudah bisa melakukannya sendiri.
Marga yang pernah Annie dengar. Walaupun banyak marga seperti itu, hanya ada satu yang Annie kenal. "Apa nama orang itu ... Donny Rider?"
Ashley tidak pernah mengetahui nama orang tua Jordi. Hanya Jordi saja yang Ashley tahu, dari setiap Keluarga Rider yang pernah Ashley temui. "Entahlah. Aku tidak pernah tahu nama orang tua sahabatku."
Sahabat? Terakhir kalinya Ashley kabur, dan melihat orang tua ditembak, serta sang adik yang dibawa kabur, masih bisakah Jordi dianggap sebagai sahabat?
Perasaan sedih Ashley sampai pada hati Annie. Kepala Ashley diberi usapan lembut. "Donny Rider. Dia sangat berkuasa di rumah mewahnya. Memiliki adik bernama Gerry Rider, yang sama kejamnya dengan Donny. Walaupun kamu tidak tahu nama mereka, tetapi ingat wajah mereka, 'kan? Kebetulan sekali, kita memiliki dendam yang sama."
"Dendam yang sama? Apa kamu pernah berhubungan dengan Keluarga Rider?" Dirasa cukup untuk tidak takut, Ashley kembali memakan kue kering dengan santai.
"Bukan aku, tetapi anakku." Senyum sedih muncul di wajah Annie. "Dia berniat ingin bekerja, merasakan dapat penghasilan uang sendiri. Sudah banyak tempat dilamar, tetapi tidak ada panggilan sama sekali. Sampai saat itu, dia melamar ke rumah Keluarga Rider sebagai pelayan."
Tangan Annie bergerak sebagai sisir, menyisir rambut Ashley yang belum kering. "Berbulan-bulan aku menunggunya pulang, ternyata tidak diberi libur. Hubungan kami hanya bisa melalui ponsel. Pengawal Keluarga Rider mendadak datang dengan mengembalikkan barang-barang anakku. Kamu tahu apa yang terjadi?"
Ini hanya tebakan Ashley. "Anakmu ... dibakar hidup-hidup?"
"Dia melalukan sedikit kesalahan. Pengawal itu bilang, dia disiksa sampai kehabisan darah, lalu dibakar. Aku bahkan tidak diberi jasad anakku yang telah menjadi abu," lanjut Annie. Mata Annie sudah terlihat berkaca-kaca.
"Lalu, apa yang kamu lakukan?" Ashley menjadi penasaran. Seseorang yang dicintai berakhir sama, jadi Ashley perlu mengetahui hal tersebut.
Air mata yang hampir jatuh dari mata, langsung diusap menggunakan tangan. "Aku sudah lapor polisi. Akan tetapi, uang selalu menang daripada kewajiban seorang polisi. Maka dari itu, karena beruntung bertemu dengan orang sepertimu, aku ingin kita bekerja sama."
Akan menjadi menyulitkan untuk Ashley. Pasal, Ashley saja belum bisa mengontrol kekuatan abu, masih memiliki rasa takut, dan selalu memikirkan orang tua.
"Aku tidak tahu, bisa atau tidaknya bekerja sama denganmu. Orang tuaku bilang, aku harus bertumbuh dewasa sebelum bisa pergi ke sana." Bukan menolak, tetapi Ashley tidak yakin dengan tawaran tersebut.
"Memang benar. Kamu harus bertumbuh dewasa, kalau ingin masuk ke rumah Keluarga Rider. Apa kamu sudah tahu, apa saja kelebihan dan kelemahan dari kekuatan abu?" Annie mengajarkan seakan memiliki kekuatan abu.
Annie memang tidak memiliki kekuatan tersebut. Abu milik anaknya saja tidak diberikan. Akan tetapi, asal usul kekuatan abu juga pernah diceritakan oleh teman sekelas.
"Kelebihan kekuatan abu ... ada di hal mencuri dan menghilang." Jawaban Ashley ingin membuat Annie tertawa.
"Aku memang bukan pengguna kekuatan itu, tetapi akan kujelaskan. Menghilang sudah menjadi satu dengan konteks mencuri. Menghilangkan roti, lalu dibawa pergi." Annie mengungkit pencurian roti Ashley sebagai contoh. "Yang paling penting adalah membuat orang meninggal dengan cepat."
Mendengar kata meninggal, Ashley teringat akan insiden di serang abu tiba-tiba. Banyak abu mengelilingi para pengawal, hingga membuat wajah mereka menjadi merah keunguan.
"Buat organ pernapasan di dalam tubuhnya membusuk, sehingga tidak bergerak sama sekali. Itulah kelebihan sebenarnya," jelas Annie lelah bicara.
Kabar baik telah dikatakan, kini harus mendengar bagian buruk.
"Kelemahan abu adalah air. Kalau kamu menggunakan abu, lalu mengenai air baik disengaja atau tidak, maka abu itu tidak akan bekerja." Ashley mengangguk mengerti. Mudah untuk melakukannya. "Kalau kamu tiada di suatu hari, maka harus ada yang memakan abumu. Siapa pun itu. Bisa dari keluarga atau bukan."
Tiada di suatu hari. Suatu hari itu belum tentu sebentar, dan belum tentu lama. Kepada siapa Ashley akan memberikan abu? Tony? Jordi?
"Apa hanya aku saja yang memiliki kekuatan abu di sini?" Ashley berharap ada yang bisa mempercayainya, selain Annie. Jadi, Ashley bisa saja bercerita pada orang tersebut.
Annie menatap ke arah pintu, berpikir ada atau tidak. "Ada dua. Karena mereka tidak pernah menggunakan kekuatan abu, aku jadi hampir lupa. Mereka juga sama sepertimu, kehilangan orang tua. Akan tetapi, insiden yang mereka alami hanya sebuah kecelakaan. Namanya-"
Suara pukulan di pintu membuat dua orang yang asik bercerita terkejut. "Nenek, Michael dan Brandon bertengkar lagi."
Hembusan napas terdengar dari Annie. "Mereka memang tidak bisa akur. Aku akan segera kembali."
Daripada menunggu, lebih baik Ashley mengikuti Annie. Ashley ingin tahu siapa yang bernama Michael dan Brandon. Apakah di antara mereka ada yang memiliki kekuatan abu? Atau, mereka berdua yang memiliki kekuatan abu?
Satu laki-laki dengan rambut pirang, dan laki-laki rambut cokelat, sedang diomeli oleh Annie.
"Dia duluan, Nek!" Mereka berdua saling menunjuk satu sama lain.
"Nenek tidak ingin mendengar alasan apa pun. Saling bermaafan, lalu masuk ke ruang makan. Jangan lupa cuci tangan kalian. Sebentar lagi makan siang." Setiap hari, Annie harus mengurus mereka berdua yang nakal. Memang lelah, tetapi beginilah rasanya mengurus anak.
Ketika Michael dan Brandon memasuki rumah, tidak sengaja, mata mereka bertemu dengan mata Ashley.
Brandon tidak mengenali Ashley, jadi memilih untuk meninggalkan anak perempuan itu. Tidak seperti Michael. Kenal atau tidak, Michael selalu mendekati orang yang baru dikenal.
"Kamu anak baru yang datang tadi, ya? Rambutmu keren! Apa kamu mewarnai rambutmu?" Michael begitu senang dengan anak baru. Saking senangnya, Michael sampai membuat Ashley risih. Tangan Michael tidak bisa diam. Selalu menyentuh rambut Ashley.
"Michael!" Anak perempuan datang dengan memukul tangan Michael menggunakan kipas lipat. "Tidak dengar apa yang nenek suruh? Haruskah aku memanggil nenek untuk memarahimu?"
"Carla tidak menyenangkan." Michael pergi meninggalkan Ashley dan anak perempuan bernama Carla.
Carla. Anak perempuan itu terlihat sangat elegan. Dari pakaian dan gayanya sangat terlihat seperti orang kaya raya. Memang benar, Carla anak dari keluarga kaya raya, tetapi insiden buruk terjadi, sehingga membuat Carla dibawa ke kediaman Annie.
"Jangan khawatir. Michael memang selalu seperti itu. Oh, ya. Namaku Carla Stern." Kipas yang dipegang langsung dilebarkan. Angin sejuk pun keluar dari kipas yang digerakkan.
Ashley memberi senyuman. Ternyata, tidak semua orang kaya raya itu jahat. "Ashley Collins. Salam kenal."
Tidak ada kegiatan yang menyenangkan untuk Ashley saat ini. Teman-teman baru sedang asik dengan dunia masing-masing. Ashley hanya menyaksikan dunia mereka dari sofa panjang di ruang tamu.Sambil menyaksikan, Ashley menebak-nebak siapa yang memiliki kekuatan abu. Dua anak. Entah antara Michael dan Brandon, atau anak lain."Aku suka rambutmu." Michael membuat Ashley terkejut, dengan berbisik tepat di belakang telinga Ashley. "Ada apa, Ash? Kenapa kamu diam saja sedari tadi? Tidak punya teman, ya?"Tidak hanya Ashley dan Michael saja yang duduk di sofa panjang, masih ada beberapa anak lain. Namun, jarak dari anak-anak dan Michael serta Ashley agak jauh."Apa kamu pengguna kekuatan abu?" Michael sudah membuat Ashley terkejut dua kali. Bukan terkejut karena dikejutkan, melainkan terkejut karena mendadak tahu hal tersebut. Mungkinkah Michael percaya kekuatan itu, atau memang Michael juga pengguna kekuatan abu?Ashley memilih tidak menjawab. Michael bisa
Anak kecil laki-laki sedang asik melempar bola ke atas, lalu menangkapnya. Dia melakukan itu sambil menunggu sang ibu yang tengah asik berbincang dengan teman.Tidak disengaja, bola tersebut tidak bisa ditangkap, dan menggelinding ke tengah jalan. Sang anak pun mencoba mengambil sendiri.Suara klakson dari truk pembawa pasir terdengar sangat jelas.Orang-orang yang berada di sekitar jalan memperingati anak tersebut. Akan tetapi, anak itu terlalu fokus pada bola.Ibu dari anak itu pun baru tersadar, jika sang anak tidak ada di sebelah. Dengan inisiatif ingin menyelamatkan sang anak, tetapi temannya menahan. "Anakku dalam bahaya! Seseorang tolong dia!"Kekuatan abu pun keluar dari tangan wanita muda. Dengan cepat, abu tersebut membuat anak laki-laki menghilang dari tempat. Truk itu tidak menabrak anak laki-laki, melainkan kekuatan abu yang baru menghilang.Tentu saja semua orang menjadi bingung, terutama sang ibu. "D-di mana anakku?"Ab
"Bagaimana perasaan Anda saat melihat sekumpulan abu tadi?" Seorang reporter cantik sedang mewawancarai korban, yang hampir saja menabrak pembatas tinggi truk."Saya menjadi tambah panik, ternyata abu tadi menyelamatkan saya. Saya pikir, abu tadi ingin membuat saya tewas, sebelum terkena pembatas truk," jawab korban pria tua dengan wajah bahagia. "Kekuatan abu itu memang ada!"Pria tua itu berlari sambil meneriaki hal yang sama berulang-ulang. "Kekuatan abu memang ada!"Reporter menjadi bingung dengan tingkah pria tua tadi. Dalam hal pribadi, sang reporter tidak yakin dengan pernyataan pria yang diwawancarai. Namun, dalam hal pekerjaan, sang reporter harus terlihat profesional."Terlihat jelas sekali, jika kekuatan abu memang ada. Selama ini, banyak yang mengira kekuatan abu hanyalah sebuah dongeng ....""Kak Donny? Jangan-jangan ...." Pria dengan janggut tipis merasa ketakutan. Ditatapnya pria yang lebih tua. Masa lalu yang pernah terjadi, muncul
Tepat sekali. Wanita muda cantik tersebut menanyakan rumah Keluarga Richard, sedangkan salah satu anggota keluarga itu sedang berdiri di hadapan wanita dengan koper dan belanjaan. "Itu rumah keluargaku. Aku bisa mengantarmu, tetapi bisakah kamu menemaniku sebentar saja? Kamu tidak aa kegiatan lain, 'kan?" Jordi berniat membantu, tetapi tidak ingin menghabiskan waktu menyendiri dengan cepat. Hanya menemani saja tidak masalah. Lagipula, wanita yang pernah menjadi masa lalu Jordi juga tidak ingin terburu-buru. "Tidak ada. Aku juga kelelahan, sedari tadi berputar mencari satu tempat." Basa-basi adalah hal utama yang harus dilakukan. Cara termudah untuk mendekati satu sama lain. "Kalau boleh tahu, untuk apa kamu ke sana?" tanya Jordi ingin tahu. Jordi salah satu anggota Keluarga Rider, memang harus tahu siapa dan dengan tujuan apa wanita yang duduk di hadapan. "Sebelumnya, biar kuperkenalkan diri. Namaku Ash, hanya Ash saja. Ada masalah keluarga, d
Matahari telah diganti oleh bulan. Melihat banyak bintang tertata rapi di langit sangatlah indah. Tidak bosan-bosannya Ash menatap di mana orang tua telah bahagia di sana.Suara ketukan halus membuat Ash menoleh. Seorang wanita muda yang tidak kalah cantik tersenyum, lalu mengajak bicara. "Namaku Ava, istri dari anak pertama Keluarga Rider, Stuart Rider. Salam kenal."Ash memang tidak begitu mengenali Stuart saat masih anak-anak, tetapi hapal dengan perilaku Stuart. Pendiam dan takut untuk bertindak. Sangat berbeda dengan dua saudara."Panggil saja Ash. Salam kenal juga," balas Ash tanpa melanjutkan beberapa kalimat. Ava tidak terlalu penting untuk Ash. Bukan salah satu orang yang harus dimasukkan ke daftar pembalasan."Yang lain sudah berkumpul di ruang makan. Kami tidak tahu apa kesukaanmu. Kuharap, kamu suka dengan makanan yang telah disiapkan." Ava terlalu baik untuk bergabung di Keluarga Rider.Ash tidak mempersalahkan Ava yang menikah dengan
Semua orang telah pergi ke kamar masing-masing, kecuali Ash. Peristiwa tidak menyenangkan tadi cukup membuat Ash geram. Tumpahnya susu putih disebabkan oleh Ava yang tidak sengaja menyenggol. Seharusnya, Ava yang meminta maaf dan dipukul, bukan Tony.Masih ada satu gelas susu putih di tangan Ash. Susu putih itu akan diberikan pada Tony, yang masih bekerja di dapur.Seharusnya, sudah tidak ada siapa-siapa. Jika ketahuan, Ash bisa menggunakan alasan tentang penjelasan Ava akan kebanyakan minum susu."Ini untukmu." Ash menaruh gelas susu di dekat tempat bumbu. Senyum hangat diberi oleh Ash. "Sayang sekali, susu ini sudah dingin. Kamu bisa memanaskannya lagi, 'kan? Aku sengaja meminta dua, karena ingin memberimu satu. Selesai mencuci piring, langsung lakukan apa yang kusuruh.""Terima kasih, Nona." Tidak. Seharusnya, panggil Ash dengan kata kakak, bukan nona. Senyuman hangat yang Ash berikan berubah menjadi sedih. Tony tidak mengenali Ash sama sekali.
Sarapan berjalan lancar. Tidak ada kekacauan seperti kemarin. Jika selalu hidup bahagia seperti ini bagus, tetapi tidak untuk Ash. Ya, tidak untuk bahagia bersama Keluarga Rider, kecuali Jordi.Langkah dua orang terdengar jelas. Dua wanita menghampiri para keluarga untuk memberi tahu, jika ada tamu yang ingin bertemu dengan Jordi.Wanita pertama berpakaian pelayan. Justru dialah yang bertemu dan mengantar tamu ke ruang makan. "Permisi. Mohon maaf telah mengganggu. Saya mengantar seseorang yang ingin bertemu dengan Tuan Jordi.""Aku? Blair!" Wajah Jordi merekah, karena hadirnya sang kekasih. Jordi langsung memeluk Blair untuk tanda pertemuan pertama di dunia nyata. "Kamu bilang sore minta dijemput. Kenapa sekarang?""Kejutan?" Blair tertawa melihat reaksi Jordi. "Aku sengaja datang sendiri. Kupikir, kamu sudah berangkat sekolah. Kalau kamu sudah sampai di rumah, niatku ingin mengejutkanmu."Tatapan Ash lekat pada Blair. Cantik dan tubuh berisi. Tida
"Aku baru saja ingin menghubungimu. Ayo, masuk." Wajah Jordi terlihat bahagia sekali, setelah bertemu dengan Blair di halaman, dan hanya mengajak masuk Blair seorang. Padahal, Ash ada di sebelah Blair tadi.Beginilah, jika sahabat masa kecil telah dilupakan. Ash merasa diabaikan oleh pria yang masih menjadi pangeran di hati.Jordi dan Blair duduk bersebelahan, sedangkan Ash duduk di sebelah Gerry. Hanya sofa sebelah Gerry saja yang kosong. Tangan Gerry juga menepuk bagian sofa tersebut, dengan senyum nakal. Mau atau tidak, Ash duduk di sebelah pria berhidung belang."Bu, percayalah dengan Blair. Dia wanita baik dan sopan pada orang yang lebih tua. Apalagi yang Ibu khawatirkan? Saat aku menunjukkan foto Blair, Ibu berubah menjadi sangat khawatir. Ibu baik-baik saja, 'kan?" Jordi mengatakan perasaan khawatir pada Marry.Ash menoleh pada Blair. Wajah kesal terlihat di sana. Marry seakan tahu, jika Blair adalah wanita pemilik kekuatan abu kematian."Ad
Blair menyunggingkan senyuman. Di hadapannya adalah wanita yang pernah menjadi rekan pembalasan dendam. Berani menghalangi tujuan utama. "Aku tidak terkejut dengan kehadiranmu. Kamu tidak ingin membiarkanku membawa Jordi, 'kan?""Aku tidak akan membiarkanmu membawanya, juga tidak membiarkanmu membunuh ayahnya." Ash sudah berjanji pada Jordi. Pernyataan yang cukup mengejutkan untuk Blair dan Keluarga Rider.Sudah waktunya juga untuk Ash mengaku. "Pelaku yang kalian cari selama ini bukanlah Blair, melainkan aku, Ashley Collins. Karena saat itu, aku sangat membenci Donny, yang sudah membunuh orang tuaku, dan membawa kabur Tony."Sulit untuk Jordi dan Stuart percayai, tetapi banyak peristiwa yang sudah terjadi."Kamu melanggar janji orang tuamu? Ash, mereka ingin kamu membunuh sang pelaku." Blair berusaha mencuci otak Ash untuk kembali ke jalan yang salah."Aku tahu. Akan tetapi, sudah cukup banyak korban yang kubalaskan. Jordi sudah membuatku berjanji
Entah harus berapa lama menunggu. Teman-teman Ashley hanya bisa menunggu, dan menjaga rahasia tetap aman. Tidak mudah untuk mereka tutup mulut di depan Tony, jadi harus dipastikan sangat berhati-hati."Apa menurutmu Ashley akan berhasil membalaskan dendam orang tuanya?" Michael membuka suara di keheningan di antara mereka berempat.Carla melihat pintu yang tertutup rapat. Sepertinya, ini waktu yang tepat untuk membicarakan masalah Ashley. "Aku tidak tahu. Ini sudah lama sekali. Maksudku, setelah dia keluar dari rumah ini, tidak ada kabar bahwa sudah melakukannya. Apa sebegitu lamanyakah membalas dendam?"Michelle terdiam karena teringat sesuatu. "Dia sendirian, Carla. Belum lagi, ada wanita yang memiliki kesamaan dengannya. Ingat wanita yang mengobrol dengan Tony?""Ada yang memiliki kekuatan abu kematian juga? Jika wanita, itu masih tidak masalah." tanya Michael penasaran."Aku ingat. Dia terlihat sangat menjengkelkan. Beruntung kita bertemu denga
Jordi tidak bisa berbuat banyak selain menangkap Stuart yang hampir jatuh ke lantai. Hanya ada satu pertanyaan yang keluar dari mulut Jordi. "Kak Ava sungguh berkata seperti itu. Apa benar? Mungkin saja, Tuhan belum merelakan kalian memiliki anak.""Kamu tidak mengerti, Jordi. Sudah lama aku memeriksakan diri pada dokter, dan dokter mengatakan aku baik-baik saja. Jika bukan aku yang tidak bisa memiliki anak, siapa lagi? Suamiku hanya Stuart saja." Ava menjelaskan penderitaan yang selama ini dirasakan.Tontonan menarik untuk Ash. Percintaan yang sangat merumitkan. Ash dan Blair mencintai Jordi, Ava mulai mencintai Stuart, sedangkan Stuart cinta pada Ash. Jika Gerry masih hidup, pasti akan bertambah."Cukup! Kalian semua sudah membuat saya pusing. Kalian juga sama-sama salah. Lebih baik, kalian, Stuart dan Ava keluar dari rumah ini." Dengan lantang, Donny mengusir anak pertama serta menantu."Ayah, tidak seperti ini caranya-" Jordi mencoba menyelamatkan san
Cara panggilan yang sama!Suara lembut saat mengatakan pangeran tidak ada bedanya dengan Ashley kecil. Semua orang juga bisa mengatakan pangeran dengan lembut, tetapi berbeda sekali dengan Ash.Senang dan benci bercampur. Senang karena bisa bertemu lagi dengan sahabat masa kecil, serta benci karena pelaku sebenarnya adalah wanita yang ingin dinikahi.Jordi tidak bisa mengatakan sekarang, jika tahu Ash adalah orang yang memiliki kekuatan abu kematian. Tidak ingin melihat pelaku sekaligus pujaan hati kehilangan nyawa dengan cepat."Kamu duduk saja dulu. Aku akan memanggil yang lain." Ash memberi senyuman manis pada Jordi sebelum pergi.Senyuman yang persis di mana Ashley selalu bersama Jordi, entah di kamar, maupun hutan. Suara panggilan pangeran juga membuat Jordi selalu teringat. "Kenapa di saat yang bersamaan, aku jatuh hati padanya?" gumamnya dengan memegang kepala.Ketukan halus pada pintu kamar yang terbuka membuat Donny menoleh. S
Pintu kamar tertutup dari dalam. Air mata sudah tidak menetes, tetapi masih ada basah di pipi. Kehilangan sang ibu tidak membuat Jordi melupakan hal yang membuatnya bingung tadi.Satu-satunya peti besar yang dijadikan jalan keluar dari rumah, kembali dibuka. "Ke mana semua barang-barang tadi?" Barang yang muncul untuk pengalihan sudah menghilang.Namun, mata Jordi menangkap adanya satu benda yang tersangkut pada batu panjang. Sebuah topi yang sempat dipegang Opsir Benny.Dari dalam hingga luar, Jordi memperhatikan topi tersebut berulang-ulang. "Bukankah aku pernah memberi topi ini pada seseorang?"Di hari ulang tahun, Jordi memang mendapat banyak hadiah, tetapi dia juga memberi hadiah pada pelayan yang sudah bekerja keras. "Banyak pelayan pria yang kuberi topi. Bagaimana salah satu di antara mereka bisa tahu?"Ingatan di masa lalu mengenai siapa yang tahu akan peti kembali terulang. Jordi memang pernah menyuruh pelayan untuk membuat jalan rahasia,
Seluruh anggota terduduk lesu di ruang tamu. Sudah ketiga kalinya anggota keluarga tewas, walau belum tentu. Air mata terus menetes di pipi lembut mereka.Menangis dengan dibaluti ketidakpercayaan terlihat di wajah Donny. Semua orang di ruang tamu diperhatikan satu per satu. Mau orang asing atau keluarga sekali pun, Donny akan terus mengawasi dengan ketat."Ini sudah tidak bisa dibiarkan, Yah! Jika hanya Opsir Benny yang bekerja, kita semua bisa meninggal di tangan Blair!" Stuart berseru. Lagi dan lagi, harus menahan amarah pada Ava yang telah berbohong."Kenapa? Kenapa Blair memiliki niat jahat pada kita? Balas dendam apa yang dia maksud?" Ava bersuara, setelah bisa mengontrol diri dari kesedihan. Ibu mertua yang telah dianggap sebagai ibu kandung, kini sudah tidak ada lagi.Stuart sebagai anak pertama sudah hafal dengan perilaku sang ayah. Membunuh pelayan, jika ada kesalahan besar. Pertanyaan yang membuat Donny teringat di masa lalu pun dilontarkan. "M
Kekacauan kembali muncul di pagi hari. Opsir Benny datang kembali ke rumah Keluarga Rider untuk memberitahu ada jasad di hutan. Sontak membuat Donny terkejut bukan main."Apa Anda sangat yakin, jika jasad itu adalah istri saya?" Donny kembali bertanya untuk mencari keyakinan."Itu hanya perkiraan saya. Jasad tersebut akan diautopsi terlebih dulu. Mungkin membutuhkan waktu lama,, karena jasad tersebut hampir tidak tersisa." Opsir Benny menjelaskan. "Saya tahu ini sangat berat untuk Anda. Jika hasil autopsi mengatakan benar bahwa jasad tersebut adalah istri Anda, maka saya harus tetap mengatakannya pada Anda."Tiba-tiba, kerah seragam Opsir Benny dicengkeram oleh Donny. "Anda sudah dua kali tidak menemukan pelaku pembunuhan, dan tidak bisa mendapatkan data Ashley Collins. Jika kali ini tidak bisa menemukan pelaku, saya akan menutut Anda, karena cara kerja Anda yang buruk!"Suara Donny yang menggelegar di rumah yang hening membuat anggota keluarga berkumpul.
Pintu kamar terbuka setengah. Donny melihat ada Ava berdiri di depan kamar. "Ada apa? Kenapa mengganggu?"Ava melihat ada yang tertidur di ranjang, begitu juga dengan Donny yang bertelanjang dada. "Seharusnya, aku tidak mengganggu. Kupikir, Ayah tidak ada di rumah, jadi aku yang akan mengurus ibu. Lanjutkan kembali, Yah."Belum ditutup rapat, Ava kembali bertanya. "Oh, ya. Ayah lihat Ash, tidak? Aku tidak menemukannya di rumah ini. Sudah kuhubungi, ternyata ponselnya ada di kamar.""M-mungkin, dia pergi lupa membawa ponsel. Ayah tidak melihatnya sedari tadi." Pintu kamar ditutup begitu saja di depan Ava.Melihat mertua yang sedang asik bermesraan membuat Ava agak cemburu. Tidak, Ava bukan mencintai Donny. Ava membayangkan, jika bisa bermesraan dengan Gerry, karena Gerry adalah cinta pertamanya.Terima kasih untuk Ava yang sudah mengetuk pintu. Ash memakai pakaian, dan memilih pergi dari kamar Donny. Hal ini tidak bisa dilanjutkan. "Paman, saya piki
"Ibu!" Ash dalam wujud Erine memanggil dari kamar Jordi. "Kemarilah!"Tentunya Marry merasa sangat senang. Semenjak Blair pergi, tidak ada agi wujud Erine di hadapannya. Rasa rindu dari sang ibu pada putri kesayangan kembali muncul. "Anakku!""Ikut Erine saja, Bu. Ibu pasti bosan berada di rumah ini, 'kan? Kita akan pergi dari sini melalui peti itu." Ash kembali membuka peti jalan rahasia, dan menyuruh Marry untuk turun lebih dulu.Kamar Jordi dibiarkan terbuka, tetapi tidak dengan peti. Karena Ash yang terakhir turun, peti tersebut pun ditutup dari dalam."Kita ada di mana, Erine?" Marry memperhatikan sekeliling dengan rasa takut. Sebelumnya, dia tidak berani pergi sendiri ke tempat yang jauh, jika tidak ada yang menemani. Namun sekarang, sudah ada Erine di sebelahnya. Erine palsu. Lebih tepatnya seperti itu."Seperti yang Ibu lihat sendiri. Kita sedang berada di hutan. Mereka tidak akan menemukan kita di sini. Kita pergi yang jauh, ya?" ajak Ash