"Aku baru saja ingin menghubungimu. Ayo, masuk." Wajah Jordi terlihat bahagia sekali, setelah bertemu dengan Blair di halaman, dan hanya mengajak masuk Blair seorang. Padahal, Ash ada di sebelah Blair tadi.
Beginilah, jika sahabat masa kecil telah dilupakan. Ash merasa diabaikan oleh pria yang masih menjadi pangeran di hati.
Jordi dan Blair duduk bersebelahan, sedangkan Ash duduk di sebelah Gerry. Hanya sofa sebelah Gerry saja yang kosong. Tangan Gerry juga menepuk bagian sofa tersebut, dengan senyum nakal. Mau atau tidak, Ash duduk di sebelah pria berhidung belang.
"Bu, percayalah dengan Blair. Dia wanita baik dan sopan pada orang yang lebih tua. Apalagi yang Ibu khawatirkan? Saat aku menunjukkan foto Blair, Ibu berubah menjadi sangat khawatir. Ibu baik-baik saja, 'kan?" Jordi mengatakan perasaan khawatir pada Marry.
Ash menoleh pada Blair. Wajah kesal terlihat di sana. Marry seakan tahu, jika Blair adalah wanita pemilik kekuatan abu kematian.
"Ad
Tidak sulit untuk mengikuti Gerry. Karena Gerry suka menyentuh tubuh Ash, kekuatan abu milik Ash menempel pada tubuh Gerry. Jiwa dan kekuatan abu kematian telah menjadi satu, jadi Ash mengerti bagaimana dan harus apa dengan kekuatan tersebut.Hotel mewah adalah tempat di mana Gerry datangi. Ash yakin sekali, jika Gerry dan wanita bernama Jennifer tadi sedang melalukan hubungan intim. Biarkan Gerry merasa senang sebelum ajal mendatang.Hampir satu jam Ash menunggu di lantai bawah. Wanita yang memegang tumpukan uang lembar tersenyum lebar, ketika jalan melewati Ash."Bercinta dengan Gerry bisa membuatku kaya raya dengan cepat," gumam Jennifer dengan girang. Tangan Jennifer tidak berhenti menghitung lembaran uang tersebut berkali-kali.Dalam sekali lihat, Ash sudah hafal dengan wajah dan cara berpakaian Jennifer. Saatnya memasuki kamar mandi wanita untuk berubah. Berubah menjadi Jennifer.Kekuatan abu Ash meningkat dengan cepat. Ash menyadarinya di sa
"Di mana Paman Gerry? Tumben sekali belum bangun." Ava yang sedang menuangkan nasi untuk Stuart bertanya. Memang Ava tidak menyukai pikiran mesum Gerry, tetapi sudah semestinya untuk saling peduli dalam satu keluarga."Biarkan. Kamu seperti tidak tahu perilakunya saja." Stuart menjawab. Ada rasa cemburu, jika Ava menanyakan tentang Gerry.Mengingat apa yang Erine dengar kemarin malam, tatapan tajam Erine langsung tertuju pada Ash dan Blair.Suara derap langkah kaki yang terburu-buru menandakan bahwa orang tersebut sedang khawatir berat. Orang tersebut adalah Tony. Sedang fokus mengepel di teras rumah, polisi datang membawa anak buah. Menjelaskan semua peristiwa pada Tony.Ketika mobil polisi tiba, Tony mengira, salah satu anggota Keluarga Rider melakukan kesalahan besar. Jika benar, maka Tony berniat menyebarkan masalah tersebut ke dunia internet. Ternyata, Tony salah besar."Tuan Besar Donny!" Tony mendekat pada Donny dengan wajah sedih sekaligus
Pemakaman berjalan lancar. Semua orang telah meninggalkan tempat, kecuali Keluarga Rider. Mereka tahu, jika Gerry adalah pria yang tidak akan pernah berhenti melakukan maksiat. Akan tetapi, masih ada sedikit kebaikan di dalam hati.Ash dan Blair diminta untuk menunggu di dalam mobil. Ada sedikit percakapan yang mereka ucapkan dengan berbisik. Supir bisa saja mendengar, lalu melapor pada Donny."Bisa-bisanya, kamu lupa saat pergi meninggalkan Gerry. Kamu memang sengaja, atau lupa?" Ingin sekali Blair merokok sekarang, tetapi tidak bisa di depan keluarga yang akan menjadi keluarga besar di masa depan."Awalnya, aku mengira hal itu adalah sebuah kesalahan, tetapi tidak. Membuka sedikit identitas tidak ada salahnya, asalkan pandai mengaturnya." Ash menjawab sambil memperhatikan Keluarga Rider berduka.Kematian orang tua Ash tidak dilakukan seperti itu. Seharusnya, Ash bakar juga jasad Gerry di hotel, lalu memakan abu Gerry."Dengar, Blair. Untuk hari i
Sudah hampir tiga jam Erine berjalan mondar-mandir di kamar. Memikirkan bagaimana dan ke mana harus Erine lakukan. Tidak ada yang percaya, juga membantu.Dering ponsel mengganggu pikiran Erine. Tidak disangka, Erine memiliki ide untuk mengajak orang yang ingin berbicara melalui ponsel. Orang tersebut adalah Nath Joseph, kekasih Erine."Hei, aku menghubungimu karena kamu tidak masuk sekolah. Kudengar, pamanmu meninggal dunia. Aku turut berduka." Betapa manisnya Nath pada Erine. "Berita itu masuk televisi juga. Bagian paha, pundak, dan leher sungguh ditusuk?"Erine tidak bisa langsung mengajak begitu saja. Nath harus mendengar penjelasan Erine dari awal hingga akhir. "Ya, lalu dilempar dari hotel. Sungguh tragis."Nath sudah tidak bicara. Sekarang giliran Erine yang bicara panjang lebar. "Nath, dengar, aku ingin kamu mendengarkanku.""Katakan saja. Apa ada sesuatu?" Nath yang rebahan di ranjang, langsung merubah posisi menjadi duduk. Suara Erine terd
Kembali di pagi hari, di mana Opsir Benny berdiri di depan Keluarga Rider. Bukan menjelaskan tentang kasus Gerry, melainkan memberi kabar buruk mengenai tewasnya Erine.Kabar buruk untuk Keluarga Rider menjadi kabar baik untuk Blair. Ash sudah tidak perlu menunggu kabar, karena Ash sendiri yang sudah membuat kabar tersebut, sedangkan Opsir Benny hanya menjadi tukang pos."Seperti apa yang Nyonya Marry katakan kemarin, pelaku dari kasus ini memanglah orang yang memiliki kekuatan abu kematian. Saksi mengatakan sendiri. Pelaku bisa menyamar sebagai orang lain, entah orang asing atau terdekat. Kalian harus berhati-hati. Saya akan berusaha mungkin untuk menangkap pelaku." Opsir Benny menenangkan para keluarga korban.Karena sudah kehilangan dua anggota keluarga, Donny terlihat cemas. Apa yang dikatakan Gerry mengenai pembalasan dendam Ashley bisa saja terjadi.Opsir Benny yang hanya menjalankan tugas tiba-tiba kerah seragam ditarik oleh Donny, lalu senjata api
"Tadi kusimpan di kantung celana. Sekarang di mana, ya?" Ava terlihat kebingungan. Berkali-kali mencari sesuatu yang telah disimpan lama, tetapi tidak ketemu. "Aku harus menemukan foto Gerry, sebelum Stuart mendapatkan lebih dulu."Sekali lagi Ava mencari di dalam kamar. Di bawah ranjang, bawah meja rias, dan mungkin saja tidak sengaja terbuang ke kotak sampah kecil. Ava mendecakkan lidah dengan kesal. "Aku harus mencarinya ke mana lagi?""Sedang mencari apa? Sepertinya, penting sekali." Stuart yang baru saja keluar dari kamar mandi terlihat bingung dengan gerak-gerik Ava.Tubuh Ava gemetar hebat. Ava berpikir, jika Stuart sudah lama berdiri di belakang. "S-sejak kapan kamu selesai mandi?" Stuart tidak boleh tahu mengapa Ava bisa memiliki foto Gerry. Ada masa lalu yang tidak bisa Ava ceritakan pada suami sendiri.Rambut Stuart yang terlihat kacau membuat Ava gemas ingin merapikan. "Sebenarnya, aku kehilangan anting yang diberikan Erine. Aku tidak sengaja
Satu keluarga menangisi kepergian Erine di pemakaman, kecuali Marry. Marry juga di bawa ke pemakaman, tetapi sengaja ditinggalkan dalam mobil bersama dua pelayan. Donny tidak ingin Marry mengacaukan suasana kepergian Erine ke liang lahat.Tempat parkir mobil dan makam Erine tidak begitu jauh, jadi Jordi bisa memperhatikan sang ibu dari kejauhan. Marry menangis sambil menggumamkan sesuatu. Jordi yakin, gumam tersebut pasti tidak ingin Erine pergi meninggalkan Marry."Ayah, apa tidak bisa biarkan ibu ikut melihat makam Erine?" tanya Jordi pada Donny. Jordi paham dengan perilaku Marry yang lebih menyayangi Erine, tetapi sebagai ibu, Jordi juga tidak bisa benci.Tanpa menoleh pada Jordi, Donny menjawab, "Ayah tidak ingin ibumu semakin sedih. Biarkan dia di sana.""Ibu meronta-ronta, Yah. Daripada situasi semakin buruk, lebih baik biarkan ibu keluar." Donny bergeming, membuat Jordi agak kesal. "Baiklah, biar aku yang bawa ibu-""Ayah bilang biarkan saja
Pandangan pada pantulan di cermin membuat Ava menjadi termenung. Tangan yang sedang menyisir rambut sang anak pun berhenti. Beberapa hari ini, Ava sungguh tidak bisa melupakan pria yang pernah berada di hati.Vera melihat sang mama terdiam. Seharusnya, rambut Vera sudah diikat kepang seperti permintaan, dan beberapa menit lagi akan berangkat sekolah. Namun, mama dari anak kecil perempuan tersebut malah diam termenung."Mama, kepang rambut Vera. Kepang dua, ya?" Vera mengajak Ava bicara melalui pantulan cermin, tetapi Ava tetap bergeming. "Mama!"Tetap tidak ada balasan. Justru air matalah yang keluar. Ava sungguh tidak rela di tinggal mati oleh Gerry.Kebetulan sekali Stuart masuk ke kamar untuk mengganti pakaian kerja. Melihat Ava yang menangis tiba-tiba, Stuart tidak ingin langsung bersuara."Papa, mama tiba-tiba menangis. Padahal, Vera hanya ingin diikat kepang dua. Mama juga tidak mendengarkan Vera bicara. Apa mama sudah tidak sayang dengan Ver
Blair menyunggingkan senyuman. Di hadapannya adalah wanita yang pernah menjadi rekan pembalasan dendam. Berani menghalangi tujuan utama. "Aku tidak terkejut dengan kehadiranmu. Kamu tidak ingin membiarkanku membawa Jordi, 'kan?""Aku tidak akan membiarkanmu membawanya, juga tidak membiarkanmu membunuh ayahnya." Ash sudah berjanji pada Jordi. Pernyataan yang cukup mengejutkan untuk Blair dan Keluarga Rider.Sudah waktunya juga untuk Ash mengaku. "Pelaku yang kalian cari selama ini bukanlah Blair, melainkan aku, Ashley Collins. Karena saat itu, aku sangat membenci Donny, yang sudah membunuh orang tuaku, dan membawa kabur Tony."Sulit untuk Jordi dan Stuart percayai, tetapi banyak peristiwa yang sudah terjadi."Kamu melanggar janji orang tuamu? Ash, mereka ingin kamu membunuh sang pelaku." Blair berusaha mencuci otak Ash untuk kembali ke jalan yang salah."Aku tahu. Akan tetapi, sudah cukup banyak korban yang kubalaskan. Jordi sudah membuatku berjanji
Entah harus berapa lama menunggu. Teman-teman Ashley hanya bisa menunggu, dan menjaga rahasia tetap aman. Tidak mudah untuk mereka tutup mulut di depan Tony, jadi harus dipastikan sangat berhati-hati."Apa menurutmu Ashley akan berhasil membalaskan dendam orang tuanya?" Michael membuka suara di keheningan di antara mereka berempat.Carla melihat pintu yang tertutup rapat. Sepertinya, ini waktu yang tepat untuk membicarakan masalah Ashley. "Aku tidak tahu. Ini sudah lama sekali. Maksudku, setelah dia keluar dari rumah ini, tidak ada kabar bahwa sudah melakukannya. Apa sebegitu lamanyakah membalas dendam?"Michelle terdiam karena teringat sesuatu. "Dia sendirian, Carla. Belum lagi, ada wanita yang memiliki kesamaan dengannya. Ingat wanita yang mengobrol dengan Tony?""Ada yang memiliki kekuatan abu kematian juga? Jika wanita, itu masih tidak masalah." tanya Michael penasaran."Aku ingat. Dia terlihat sangat menjengkelkan. Beruntung kita bertemu denga
Jordi tidak bisa berbuat banyak selain menangkap Stuart yang hampir jatuh ke lantai. Hanya ada satu pertanyaan yang keluar dari mulut Jordi. "Kak Ava sungguh berkata seperti itu. Apa benar? Mungkin saja, Tuhan belum merelakan kalian memiliki anak.""Kamu tidak mengerti, Jordi. Sudah lama aku memeriksakan diri pada dokter, dan dokter mengatakan aku baik-baik saja. Jika bukan aku yang tidak bisa memiliki anak, siapa lagi? Suamiku hanya Stuart saja." Ava menjelaskan penderitaan yang selama ini dirasakan.Tontonan menarik untuk Ash. Percintaan yang sangat merumitkan. Ash dan Blair mencintai Jordi, Ava mulai mencintai Stuart, sedangkan Stuart cinta pada Ash. Jika Gerry masih hidup, pasti akan bertambah."Cukup! Kalian semua sudah membuat saya pusing. Kalian juga sama-sama salah. Lebih baik, kalian, Stuart dan Ava keluar dari rumah ini." Dengan lantang, Donny mengusir anak pertama serta menantu."Ayah, tidak seperti ini caranya-" Jordi mencoba menyelamatkan san
Cara panggilan yang sama!Suara lembut saat mengatakan pangeran tidak ada bedanya dengan Ashley kecil. Semua orang juga bisa mengatakan pangeran dengan lembut, tetapi berbeda sekali dengan Ash.Senang dan benci bercampur. Senang karena bisa bertemu lagi dengan sahabat masa kecil, serta benci karena pelaku sebenarnya adalah wanita yang ingin dinikahi.Jordi tidak bisa mengatakan sekarang, jika tahu Ash adalah orang yang memiliki kekuatan abu kematian. Tidak ingin melihat pelaku sekaligus pujaan hati kehilangan nyawa dengan cepat."Kamu duduk saja dulu. Aku akan memanggil yang lain." Ash memberi senyuman manis pada Jordi sebelum pergi.Senyuman yang persis di mana Ashley selalu bersama Jordi, entah di kamar, maupun hutan. Suara panggilan pangeran juga membuat Jordi selalu teringat. "Kenapa di saat yang bersamaan, aku jatuh hati padanya?" gumamnya dengan memegang kepala.Ketukan halus pada pintu kamar yang terbuka membuat Donny menoleh. S
Pintu kamar tertutup dari dalam. Air mata sudah tidak menetes, tetapi masih ada basah di pipi. Kehilangan sang ibu tidak membuat Jordi melupakan hal yang membuatnya bingung tadi.Satu-satunya peti besar yang dijadikan jalan keluar dari rumah, kembali dibuka. "Ke mana semua barang-barang tadi?" Barang yang muncul untuk pengalihan sudah menghilang.Namun, mata Jordi menangkap adanya satu benda yang tersangkut pada batu panjang. Sebuah topi yang sempat dipegang Opsir Benny.Dari dalam hingga luar, Jordi memperhatikan topi tersebut berulang-ulang. "Bukankah aku pernah memberi topi ini pada seseorang?"Di hari ulang tahun, Jordi memang mendapat banyak hadiah, tetapi dia juga memberi hadiah pada pelayan yang sudah bekerja keras. "Banyak pelayan pria yang kuberi topi. Bagaimana salah satu di antara mereka bisa tahu?"Ingatan di masa lalu mengenai siapa yang tahu akan peti kembali terulang. Jordi memang pernah menyuruh pelayan untuk membuat jalan rahasia,
Seluruh anggota terduduk lesu di ruang tamu. Sudah ketiga kalinya anggota keluarga tewas, walau belum tentu. Air mata terus menetes di pipi lembut mereka.Menangis dengan dibaluti ketidakpercayaan terlihat di wajah Donny. Semua orang di ruang tamu diperhatikan satu per satu. Mau orang asing atau keluarga sekali pun, Donny akan terus mengawasi dengan ketat."Ini sudah tidak bisa dibiarkan, Yah! Jika hanya Opsir Benny yang bekerja, kita semua bisa meninggal di tangan Blair!" Stuart berseru. Lagi dan lagi, harus menahan amarah pada Ava yang telah berbohong."Kenapa? Kenapa Blair memiliki niat jahat pada kita? Balas dendam apa yang dia maksud?" Ava bersuara, setelah bisa mengontrol diri dari kesedihan. Ibu mertua yang telah dianggap sebagai ibu kandung, kini sudah tidak ada lagi.Stuart sebagai anak pertama sudah hafal dengan perilaku sang ayah. Membunuh pelayan, jika ada kesalahan besar. Pertanyaan yang membuat Donny teringat di masa lalu pun dilontarkan. "M
Kekacauan kembali muncul di pagi hari. Opsir Benny datang kembali ke rumah Keluarga Rider untuk memberitahu ada jasad di hutan. Sontak membuat Donny terkejut bukan main."Apa Anda sangat yakin, jika jasad itu adalah istri saya?" Donny kembali bertanya untuk mencari keyakinan."Itu hanya perkiraan saya. Jasad tersebut akan diautopsi terlebih dulu. Mungkin membutuhkan waktu lama,, karena jasad tersebut hampir tidak tersisa." Opsir Benny menjelaskan. "Saya tahu ini sangat berat untuk Anda. Jika hasil autopsi mengatakan benar bahwa jasad tersebut adalah istri Anda, maka saya harus tetap mengatakannya pada Anda."Tiba-tiba, kerah seragam Opsir Benny dicengkeram oleh Donny. "Anda sudah dua kali tidak menemukan pelaku pembunuhan, dan tidak bisa mendapatkan data Ashley Collins. Jika kali ini tidak bisa menemukan pelaku, saya akan menutut Anda, karena cara kerja Anda yang buruk!"Suara Donny yang menggelegar di rumah yang hening membuat anggota keluarga berkumpul.
Pintu kamar terbuka setengah. Donny melihat ada Ava berdiri di depan kamar. "Ada apa? Kenapa mengganggu?"Ava melihat ada yang tertidur di ranjang, begitu juga dengan Donny yang bertelanjang dada. "Seharusnya, aku tidak mengganggu. Kupikir, Ayah tidak ada di rumah, jadi aku yang akan mengurus ibu. Lanjutkan kembali, Yah."Belum ditutup rapat, Ava kembali bertanya. "Oh, ya. Ayah lihat Ash, tidak? Aku tidak menemukannya di rumah ini. Sudah kuhubungi, ternyata ponselnya ada di kamar.""M-mungkin, dia pergi lupa membawa ponsel. Ayah tidak melihatnya sedari tadi." Pintu kamar ditutup begitu saja di depan Ava.Melihat mertua yang sedang asik bermesraan membuat Ava agak cemburu. Tidak, Ava bukan mencintai Donny. Ava membayangkan, jika bisa bermesraan dengan Gerry, karena Gerry adalah cinta pertamanya.Terima kasih untuk Ava yang sudah mengetuk pintu. Ash memakai pakaian, dan memilih pergi dari kamar Donny. Hal ini tidak bisa dilanjutkan. "Paman, saya piki
"Ibu!" Ash dalam wujud Erine memanggil dari kamar Jordi. "Kemarilah!"Tentunya Marry merasa sangat senang. Semenjak Blair pergi, tidak ada agi wujud Erine di hadapannya. Rasa rindu dari sang ibu pada putri kesayangan kembali muncul. "Anakku!""Ikut Erine saja, Bu. Ibu pasti bosan berada di rumah ini, 'kan? Kita akan pergi dari sini melalui peti itu." Ash kembali membuka peti jalan rahasia, dan menyuruh Marry untuk turun lebih dulu.Kamar Jordi dibiarkan terbuka, tetapi tidak dengan peti. Karena Ash yang terakhir turun, peti tersebut pun ditutup dari dalam."Kita ada di mana, Erine?" Marry memperhatikan sekeliling dengan rasa takut. Sebelumnya, dia tidak berani pergi sendiri ke tempat yang jauh, jika tidak ada yang menemani. Namun sekarang, sudah ada Erine di sebelahnya. Erine palsu. Lebih tepatnya seperti itu."Seperti yang Ibu lihat sendiri. Kita sedang berada di hutan. Mereka tidak akan menemukan kita di sini. Kita pergi yang jauh, ya?" ajak Ash