Tidak ada kegiatan yang menyenangkan untuk Ashley saat ini. Teman-teman baru sedang asik dengan dunia masing-masing. Ashley hanya menyaksikan dunia mereka dari sofa panjang di ruang tamu.
Sambil menyaksikan, Ashley menebak-nebak siapa yang memiliki kekuatan abu. Dua anak. Entah antara Michael dan Brandon, atau anak lain.
"Aku suka rambutmu." Michael membuat Ashley terkejut, dengan berbisik tepat di belakang telinga Ashley. "Ada apa, Ash? Kenapa kamu diam saja sedari tadi? Tidak punya teman, ya?"
Tidak hanya Ashley dan Michael saja yang duduk di sofa panjang, masih ada beberapa anak lain. Namun, jarak dari anak-anak dan Michael serta Ashley agak jauh.
"Apa kamu pengguna kekuatan abu?" Michael sudah membuat Ashley terkejut dua kali. Bukan terkejut karena dikejutkan, melainkan terkejut karena mendadak tahu hal tersebut. Mungkinkah Michael percaya kekuatan itu, atau memang Michael juga pengguna kekuatan abu?
Ashley memilih tidak menjawab. Michael bisa menebak dengan mudah, kemungkinan diberi tahu oleh Annie.
"Aku bisa menghirup abu dari tubuhmu. Tenang saja. Kita sama." Secara langsung, Michael membongkar identitas sendiri.
"Apa yang terjadi padamu?" Ashley memberanikan diri untuk bertanya. Jika memang sudah satu frekuensi, mudah untuk Ashley ajak bicara. Sesekali, Ashley memperhatikan sekitar, supaya tidak ada yang asal mendengar.
Wajah Michael langsung berubah menjadi serius dengan cepat. Tidak terlihat seperti Michael yang Ashley lihat tadi siang.
"Kecelakaan. Rumah kami mengalami korsleting listrik. Saat itu, aku dan Michelle terjebak di dalam kamar. Ayahku menyelamatkan kami berdua. Sayangnya, ibu kami juga terjebak."
Tanpa dilanjut, Ashley sudah mengerti bagian akhir dari cerita.
Meninggal ketika menyelematkan adalah bagian yang patut dihargai. Michael dan Michelle memiliki keberuntungan besar.
Tidak seperti Ashley. Dua orang tersayang pergi selamanya, dan adik kecil dibawa dan dipekerjakan dengan kasar. Iri mendadak muncul di hati Ashley.
"Michael, nenek memanggilmu." Suara halus dari wajah yang sama dengan Michael datang mendekat.
"Pasti membicarakan masalah tadi siang." Michael menggerutu, ketika pergi meninggalkan dua perempuan yang saling menatap.
Tempat Michael digantikan oleh Michelle. Michelle belum sempat berkenalan dan berbicara dengan anak baru. Perawakan Michelle seperti pustakawati, memakai rok selutut dan kacamata bulat. Rambut diikat dua, lalu disampirkan ke depan.
"Aku menghirup adanya dendam dan emosi dari tubuhmu. Pasti ada seseorang yang membuatmu seperti itu."
Ini ketiga kalinya Ashley terkejut. Sekarang Ashley tahu, anak kedua yang memiliki kekuatan abu. "Bagaimana kamu bisa melakukan itu? Aku tidak bisa menghirup kekuatan abu orang lain." Orang tua Ashley tidak menjelaskan secara lengkap.
Michelle adalah anak pendiam. Namun, jika ada yang mengajak bicara tentang pengetahuan, cerewet Michelle terlihat. "Aku baca dari buku yang pernah kubaca lama. Ada banyak cara mengetahui orang yang memiliki kekuatan abu, tetapi tidak semua pengguna memilikinya. Salah satu dengan menghirup."
"Kamu dan Michael sama-sama bisa menghirup kekuatan abu. Wajah kalian juga sama. Kalian kembar?" Selama menjalani hidup, Ashley belum pernah melihat orang kembar. Pastinya, karena sepuluh tahun di hutan bukanlah waktu yang sebentar.
Reaksi Ashley yang tidak pernah melihat orang kembar membuat Michelle terkekeh. "Ya. Karena kami kembar, maka kekuatan dan kemampuan kami sama. Apa kamu anak tunggal?"
Pertanyaan tersebut membuat Ashley kembali murung. Ashley sama sekali tidak tahu kabar Tony sampai saat ini. "Aku punya adik. Keluarga Rider mengambilnya dan memperlakukannya dengan kasar."
Usapan di punggung Ashley diberikan oleh Michelle. Ada rasa ingin membantu, tetapi Michelle tidak ingin memberatkan masalah Ashley. "Aku tidak kenal Keluarga Rider, tetapi apa yang akan kamu lakukan pada mereka?"
"Tentu saja membalas dendam kematian orang tua, dan menyelamatkan adikku." Ashley menjawab dengan cepat. "Aku sudah berjanji, dan janji harus ditepati, 'kan? Keluargaku satu-satunya yang kupunya hanyalah Tony."
Ashley sengaja memperlihatkan Michelle sedikit kekuatan abu yang keluar dari telapak tangan. Mengingatkan Ashley pada Tony yang pernah memegang tangan tersebut dengan wajah imut.
"Akan kubunuh mereka semua." Tangan yang Ashley lihat, dikepal dengan tatapan benci.
Michelle belum pernah melihat orang seperti Ashley, yang memiliki dendam besar. Memang Michella tidak tahu latar belakang Ashley, tetapi Michelle yakin, jika Ashley telah menderita lama.
"Perbuatan itu jahat. Akan tetapi, kalau kamu tetap akan memenuhi janji, aku tidak bisa melarang. Aku berharap, kamu bisa membawa adikmu kembali."
Malam pun tiba. Semua anak sudah memasuki kamar masing-masing. Beberapa dari mereka sudah tertidur, ada juga yang masih terjaga.
Ashley termasuk bagian yang masih terjaga. Apa yang terjadi pada Keluarga Collins pada empat tahun lalu selalu berputar di kepala, seakan menyuruh Ashley untuk tidak lupa pada tujuan. Tidak hanya insiden buruk saja, tetapi janji juga berputar.
Berbicara tentang janji, Ashley belum menjawab permintaan Annie tadi siang. Annie meminta kerja sama untuk membalaskan dendam sang putri, Marissa Zeth.
Baru pertama kali tinggal di rumah besar, Ashley sudah mulai terbiasa dengan denah rumah tersebut. Tidak sulit untuk mencari kamar Annie.
Namun, ada pintu yang terbuka sedikit. Cahaya dari kamar tersebut masih menyala. Di sana, Ashley melihat Annie sedang menggoreskan telapak tangan menggunakan pisau lipat hingga berdarah. Darah itu sengaja diteteskan pada cawan. Setelah dirasa cukup dengan darah yang diberikan, Annie menyatukan kedua tangan, mendoakan kematian Marissa.
Foto besar yang terpajang di belakang cawan besar sangatlah cantik. Ashley yakin, wanita di foto itu adalah anak Annie.
"Ashley? Apa yang kamu lakukan di sini? Tidak tidur?" Annie terlihat santai, setelah membiarkan Ashley memasuki kamar tersebut. Melihat Ashley yang masih menatap foto Marissa, Annie menjelaskan, "Marissa Zeth. Anakku yang kuceritakan padamu."
Sebelum bicara, Ashley melihat tangan Annie yang sedang dibalut perban. "Apa setiap malam, Nenek melakukan itu?" Ashley mengikuti anak-anak lain, memanggil Annie menjadi nenek.
"Hari ini adalah hari kelahirannya. Aku hanya melakukannya setiap malam di hari kelahirannya. Kenapa belum tidur?" Annie mengajak Ashley keluar dari kamar Marissa. Mengunci kamar tersebut, supaya anak-anak tidak asal masuk.
"Tentang kerja sama yang Nenek bicarakan tadi siang. Aku ... akan melakukannya."
Annie tidak menyangka dengan pilihan Ashley. Anak berumur sepuluh tahun, seharusnya bersekolah dan bermain bersama anak-anak lain. Annie memang meminta, tetapi mendengar pilihan Ashley adalah suatu hal mengejutkan.
Luka yang telah diperban, Ashley sentuh dengan perlahan. "Nenek benar, kita memiliki tujuan yang sama. Jadi, biarkan aku yang membalas rasa sakit Nenek. Mereka tidak akan bisa tidur tenang. Sudah cukup empat belas tahun untuk mereka hidup bahagia. Aku berjanji."
Walaupun tubuh masih anak-anak, cara berpikir Ashley sudah seperti orang dewasa. Annie suka dengan anak yang satu ini. "Terima kasih. Sekarang, tidurlah. Besok, aku akan menguji kekuatanmu."
Kembali pada pagi hari. Dua anak laki-laki sedang menggendong dua anak perempuan di pundak. Mereka mencoba menahan berat dari dua tubuh anak tersebut.
"Brandon, jangan banyak gerak!" Clara berbisik, tetapi dengan nada tinggi. "Nanti ketahuan nenek!"
"Berat tubuhmu semakin bertambah, ya, Michelle?" Michael bertanya, karena tidak kuat menahan tubuh sang kembaran.
Michelle dan Clara sedang asik melihat Ashley yang berlatih. Terdapat rumah kecil yang kosong dan tidak terpakai. Tempat itu biasanya dipakai untuk dijadikan panggung kesenangan anak-anak.
"Tunjukkan padaku, menghilangkan benda dengan menggunakan abumu." Annie berdiri di depan Ashley, dengan memegang satu bata.
Abu sudah keluar dari telapak tangan Ashley. Tidak memerlukan waktu lama, Ashley berhasil menghilangkan bata tersebut, lalu dimunculkan kembali di depan Annie.
"Bagus. Bagaimana cara berpindah tempat dengan menggunakan abumu?"
Ashley mengeluarkan abu dari lantai, dan sengaja membuat semua abu menutupi tubuh sendiri dari bawah ke atas. Layaknya sulap, Ashley sudah tidak berada di tempat.
"Ashley?" Annie mulai khawatir pada Ashley yang tidak kunjung balik.
Abu kembali muncul, dan Ashley sudah berdiri di depan Annie.
"Kamu pasti sudah banyak berlatih sendiri. Latihanmu hanya satu lagi, yaitu membunuh musuh. Berubah atau keluarkan abumu, lalu masuk melalui lubang di tubuh, seperti hidung, mulut, atau telinga. Setelah itu, buatlah busuk organ pernapasan mereka. Mengerti?" Ashley mengerti dengan cepat. "Kalau begitu, gunakan aku."
Kepala Ashley bergerak ke kanan dan kiri, tanda menolak. "Kenapa Nenek? Aku tidak mau."
"Ashley, kamu harus berani. Jadikan aku kelinci percobaanmu." Annie membujuk Ashley untuk tetap melakukan. Annie juga tidak ingin menggunakan orang lain untuk dijadikan kelinci percobaan.
Kematian Ashley diakibatkan Ashley yang berani menginjak rumah Keluarga Rider. Walaupun Ashley diperbolehkan menginjak di rumah Annie, tetapi Ashley tidak ingin hal buruk terjadi.
"Aku tidak mau! Aku tidak ingin kehilangan Nenek!" Ashley memilih kabur dari tempat latihan, tanpa melihat empat anak yang mengintip.
"Kakiku sakit ...." Brandon sudah tidak kuat menahan Clara, sehingga mereka berdua jatuh.
Annie yang baru keluar dari rumah kecil langsung menatap mereka berempat. "Siapa yang mengajari kalian mengintip?"
Anak kecil laki-laki sedang asik melempar bola ke atas, lalu menangkapnya. Dia melakukan itu sambil menunggu sang ibu yang tengah asik berbincang dengan teman.Tidak disengaja, bola tersebut tidak bisa ditangkap, dan menggelinding ke tengah jalan. Sang anak pun mencoba mengambil sendiri.Suara klakson dari truk pembawa pasir terdengar sangat jelas.Orang-orang yang berada di sekitar jalan memperingati anak tersebut. Akan tetapi, anak itu terlalu fokus pada bola.Ibu dari anak itu pun baru tersadar, jika sang anak tidak ada di sebelah. Dengan inisiatif ingin menyelamatkan sang anak, tetapi temannya menahan. "Anakku dalam bahaya! Seseorang tolong dia!"Kekuatan abu pun keluar dari tangan wanita muda. Dengan cepat, abu tersebut membuat anak laki-laki menghilang dari tempat. Truk itu tidak menabrak anak laki-laki, melainkan kekuatan abu yang baru menghilang.Tentu saja semua orang menjadi bingung, terutama sang ibu. "D-di mana anakku?"Ab
"Bagaimana perasaan Anda saat melihat sekumpulan abu tadi?" Seorang reporter cantik sedang mewawancarai korban, yang hampir saja menabrak pembatas tinggi truk."Saya menjadi tambah panik, ternyata abu tadi menyelamatkan saya. Saya pikir, abu tadi ingin membuat saya tewas, sebelum terkena pembatas truk," jawab korban pria tua dengan wajah bahagia. "Kekuatan abu itu memang ada!"Pria tua itu berlari sambil meneriaki hal yang sama berulang-ulang. "Kekuatan abu memang ada!"Reporter menjadi bingung dengan tingkah pria tua tadi. Dalam hal pribadi, sang reporter tidak yakin dengan pernyataan pria yang diwawancarai. Namun, dalam hal pekerjaan, sang reporter harus terlihat profesional."Terlihat jelas sekali, jika kekuatan abu memang ada. Selama ini, banyak yang mengira kekuatan abu hanyalah sebuah dongeng ....""Kak Donny? Jangan-jangan ...." Pria dengan janggut tipis merasa ketakutan. Ditatapnya pria yang lebih tua. Masa lalu yang pernah terjadi, muncul
Tepat sekali. Wanita muda cantik tersebut menanyakan rumah Keluarga Richard, sedangkan salah satu anggota keluarga itu sedang berdiri di hadapan wanita dengan koper dan belanjaan. "Itu rumah keluargaku. Aku bisa mengantarmu, tetapi bisakah kamu menemaniku sebentar saja? Kamu tidak aa kegiatan lain, 'kan?" Jordi berniat membantu, tetapi tidak ingin menghabiskan waktu menyendiri dengan cepat. Hanya menemani saja tidak masalah. Lagipula, wanita yang pernah menjadi masa lalu Jordi juga tidak ingin terburu-buru. "Tidak ada. Aku juga kelelahan, sedari tadi berputar mencari satu tempat." Basa-basi adalah hal utama yang harus dilakukan. Cara termudah untuk mendekati satu sama lain. "Kalau boleh tahu, untuk apa kamu ke sana?" tanya Jordi ingin tahu. Jordi salah satu anggota Keluarga Rider, memang harus tahu siapa dan dengan tujuan apa wanita yang duduk di hadapan. "Sebelumnya, biar kuperkenalkan diri. Namaku Ash, hanya Ash saja. Ada masalah keluarga, d
Matahari telah diganti oleh bulan. Melihat banyak bintang tertata rapi di langit sangatlah indah. Tidak bosan-bosannya Ash menatap di mana orang tua telah bahagia di sana.Suara ketukan halus membuat Ash menoleh. Seorang wanita muda yang tidak kalah cantik tersenyum, lalu mengajak bicara. "Namaku Ava, istri dari anak pertama Keluarga Rider, Stuart Rider. Salam kenal."Ash memang tidak begitu mengenali Stuart saat masih anak-anak, tetapi hapal dengan perilaku Stuart. Pendiam dan takut untuk bertindak. Sangat berbeda dengan dua saudara."Panggil saja Ash. Salam kenal juga," balas Ash tanpa melanjutkan beberapa kalimat. Ava tidak terlalu penting untuk Ash. Bukan salah satu orang yang harus dimasukkan ke daftar pembalasan."Yang lain sudah berkumpul di ruang makan. Kami tidak tahu apa kesukaanmu. Kuharap, kamu suka dengan makanan yang telah disiapkan." Ava terlalu baik untuk bergabung di Keluarga Rider.Ash tidak mempersalahkan Ava yang menikah dengan
Semua orang telah pergi ke kamar masing-masing, kecuali Ash. Peristiwa tidak menyenangkan tadi cukup membuat Ash geram. Tumpahnya susu putih disebabkan oleh Ava yang tidak sengaja menyenggol. Seharusnya, Ava yang meminta maaf dan dipukul, bukan Tony.Masih ada satu gelas susu putih di tangan Ash. Susu putih itu akan diberikan pada Tony, yang masih bekerja di dapur.Seharusnya, sudah tidak ada siapa-siapa. Jika ketahuan, Ash bisa menggunakan alasan tentang penjelasan Ava akan kebanyakan minum susu."Ini untukmu." Ash menaruh gelas susu di dekat tempat bumbu. Senyum hangat diberi oleh Ash. "Sayang sekali, susu ini sudah dingin. Kamu bisa memanaskannya lagi, 'kan? Aku sengaja meminta dua, karena ingin memberimu satu. Selesai mencuci piring, langsung lakukan apa yang kusuruh.""Terima kasih, Nona." Tidak. Seharusnya, panggil Ash dengan kata kakak, bukan nona. Senyuman hangat yang Ash berikan berubah menjadi sedih. Tony tidak mengenali Ash sama sekali.
Sarapan berjalan lancar. Tidak ada kekacauan seperti kemarin. Jika selalu hidup bahagia seperti ini bagus, tetapi tidak untuk Ash. Ya, tidak untuk bahagia bersama Keluarga Rider, kecuali Jordi.Langkah dua orang terdengar jelas. Dua wanita menghampiri para keluarga untuk memberi tahu, jika ada tamu yang ingin bertemu dengan Jordi.Wanita pertama berpakaian pelayan. Justru dialah yang bertemu dan mengantar tamu ke ruang makan. "Permisi. Mohon maaf telah mengganggu. Saya mengantar seseorang yang ingin bertemu dengan Tuan Jordi.""Aku? Blair!" Wajah Jordi merekah, karena hadirnya sang kekasih. Jordi langsung memeluk Blair untuk tanda pertemuan pertama di dunia nyata. "Kamu bilang sore minta dijemput. Kenapa sekarang?""Kejutan?" Blair tertawa melihat reaksi Jordi. "Aku sengaja datang sendiri. Kupikir, kamu sudah berangkat sekolah. Kalau kamu sudah sampai di rumah, niatku ingin mengejutkanmu."Tatapan Ash lekat pada Blair. Cantik dan tubuh berisi. Tida
"Aku baru saja ingin menghubungimu. Ayo, masuk." Wajah Jordi terlihat bahagia sekali, setelah bertemu dengan Blair di halaman, dan hanya mengajak masuk Blair seorang. Padahal, Ash ada di sebelah Blair tadi.Beginilah, jika sahabat masa kecil telah dilupakan. Ash merasa diabaikan oleh pria yang masih menjadi pangeran di hati.Jordi dan Blair duduk bersebelahan, sedangkan Ash duduk di sebelah Gerry. Hanya sofa sebelah Gerry saja yang kosong. Tangan Gerry juga menepuk bagian sofa tersebut, dengan senyum nakal. Mau atau tidak, Ash duduk di sebelah pria berhidung belang."Bu, percayalah dengan Blair. Dia wanita baik dan sopan pada orang yang lebih tua. Apalagi yang Ibu khawatirkan? Saat aku menunjukkan foto Blair, Ibu berubah menjadi sangat khawatir. Ibu baik-baik saja, 'kan?" Jordi mengatakan perasaan khawatir pada Marry.Ash menoleh pada Blair. Wajah kesal terlihat di sana. Marry seakan tahu, jika Blair adalah wanita pemilik kekuatan abu kematian."Ad
Tidak sulit untuk mengikuti Gerry. Karena Gerry suka menyentuh tubuh Ash, kekuatan abu milik Ash menempel pada tubuh Gerry. Jiwa dan kekuatan abu kematian telah menjadi satu, jadi Ash mengerti bagaimana dan harus apa dengan kekuatan tersebut.Hotel mewah adalah tempat di mana Gerry datangi. Ash yakin sekali, jika Gerry dan wanita bernama Jennifer tadi sedang melalukan hubungan intim. Biarkan Gerry merasa senang sebelum ajal mendatang.Hampir satu jam Ash menunggu di lantai bawah. Wanita yang memegang tumpukan uang lembar tersenyum lebar, ketika jalan melewati Ash."Bercinta dengan Gerry bisa membuatku kaya raya dengan cepat," gumam Jennifer dengan girang. Tangan Jennifer tidak berhenti menghitung lembaran uang tersebut berkali-kali.Dalam sekali lihat, Ash sudah hafal dengan wajah dan cara berpakaian Jennifer. Saatnya memasuki kamar mandi wanita untuk berubah. Berubah menjadi Jennifer.Kekuatan abu Ash meningkat dengan cepat. Ash menyadarinya di sa
Blair menyunggingkan senyuman. Di hadapannya adalah wanita yang pernah menjadi rekan pembalasan dendam. Berani menghalangi tujuan utama. "Aku tidak terkejut dengan kehadiranmu. Kamu tidak ingin membiarkanku membawa Jordi, 'kan?""Aku tidak akan membiarkanmu membawanya, juga tidak membiarkanmu membunuh ayahnya." Ash sudah berjanji pada Jordi. Pernyataan yang cukup mengejutkan untuk Blair dan Keluarga Rider.Sudah waktunya juga untuk Ash mengaku. "Pelaku yang kalian cari selama ini bukanlah Blair, melainkan aku, Ashley Collins. Karena saat itu, aku sangat membenci Donny, yang sudah membunuh orang tuaku, dan membawa kabur Tony."Sulit untuk Jordi dan Stuart percayai, tetapi banyak peristiwa yang sudah terjadi."Kamu melanggar janji orang tuamu? Ash, mereka ingin kamu membunuh sang pelaku." Blair berusaha mencuci otak Ash untuk kembali ke jalan yang salah."Aku tahu. Akan tetapi, sudah cukup banyak korban yang kubalaskan. Jordi sudah membuatku berjanji
Entah harus berapa lama menunggu. Teman-teman Ashley hanya bisa menunggu, dan menjaga rahasia tetap aman. Tidak mudah untuk mereka tutup mulut di depan Tony, jadi harus dipastikan sangat berhati-hati."Apa menurutmu Ashley akan berhasil membalaskan dendam orang tuanya?" Michael membuka suara di keheningan di antara mereka berempat.Carla melihat pintu yang tertutup rapat. Sepertinya, ini waktu yang tepat untuk membicarakan masalah Ashley. "Aku tidak tahu. Ini sudah lama sekali. Maksudku, setelah dia keluar dari rumah ini, tidak ada kabar bahwa sudah melakukannya. Apa sebegitu lamanyakah membalas dendam?"Michelle terdiam karena teringat sesuatu. "Dia sendirian, Carla. Belum lagi, ada wanita yang memiliki kesamaan dengannya. Ingat wanita yang mengobrol dengan Tony?""Ada yang memiliki kekuatan abu kematian juga? Jika wanita, itu masih tidak masalah." tanya Michael penasaran."Aku ingat. Dia terlihat sangat menjengkelkan. Beruntung kita bertemu denga
Jordi tidak bisa berbuat banyak selain menangkap Stuart yang hampir jatuh ke lantai. Hanya ada satu pertanyaan yang keluar dari mulut Jordi. "Kak Ava sungguh berkata seperti itu. Apa benar? Mungkin saja, Tuhan belum merelakan kalian memiliki anak.""Kamu tidak mengerti, Jordi. Sudah lama aku memeriksakan diri pada dokter, dan dokter mengatakan aku baik-baik saja. Jika bukan aku yang tidak bisa memiliki anak, siapa lagi? Suamiku hanya Stuart saja." Ava menjelaskan penderitaan yang selama ini dirasakan.Tontonan menarik untuk Ash. Percintaan yang sangat merumitkan. Ash dan Blair mencintai Jordi, Ava mulai mencintai Stuart, sedangkan Stuart cinta pada Ash. Jika Gerry masih hidup, pasti akan bertambah."Cukup! Kalian semua sudah membuat saya pusing. Kalian juga sama-sama salah. Lebih baik, kalian, Stuart dan Ava keluar dari rumah ini." Dengan lantang, Donny mengusir anak pertama serta menantu."Ayah, tidak seperti ini caranya-" Jordi mencoba menyelamatkan san
Cara panggilan yang sama!Suara lembut saat mengatakan pangeran tidak ada bedanya dengan Ashley kecil. Semua orang juga bisa mengatakan pangeran dengan lembut, tetapi berbeda sekali dengan Ash.Senang dan benci bercampur. Senang karena bisa bertemu lagi dengan sahabat masa kecil, serta benci karena pelaku sebenarnya adalah wanita yang ingin dinikahi.Jordi tidak bisa mengatakan sekarang, jika tahu Ash adalah orang yang memiliki kekuatan abu kematian. Tidak ingin melihat pelaku sekaligus pujaan hati kehilangan nyawa dengan cepat."Kamu duduk saja dulu. Aku akan memanggil yang lain." Ash memberi senyuman manis pada Jordi sebelum pergi.Senyuman yang persis di mana Ashley selalu bersama Jordi, entah di kamar, maupun hutan. Suara panggilan pangeran juga membuat Jordi selalu teringat. "Kenapa di saat yang bersamaan, aku jatuh hati padanya?" gumamnya dengan memegang kepala.Ketukan halus pada pintu kamar yang terbuka membuat Donny menoleh. S
Pintu kamar tertutup dari dalam. Air mata sudah tidak menetes, tetapi masih ada basah di pipi. Kehilangan sang ibu tidak membuat Jordi melupakan hal yang membuatnya bingung tadi.Satu-satunya peti besar yang dijadikan jalan keluar dari rumah, kembali dibuka. "Ke mana semua barang-barang tadi?" Barang yang muncul untuk pengalihan sudah menghilang.Namun, mata Jordi menangkap adanya satu benda yang tersangkut pada batu panjang. Sebuah topi yang sempat dipegang Opsir Benny.Dari dalam hingga luar, Jordi memperhatikan topi tersebut berulang-ulang. "Bukankah aku pernah memberi topi ini pada seseorang?"Di hari ulang tahun, Jordi memang mendapat banyak hadiah, tetapi dia juga memberi hadiah pada pelayan yang sudah bekerja keras. "Banyak pelayan pria yang kuberi topi. Bagaimana salah satu di antara mereka bisa tahu?"Ingatan di masa lalu mengenai siapa yang tahu akan peti kembali terulang. Jordi memang pernah menyuruh pelayan untuk membuat jalan rahasia,
Seluruh anggota terduduk lesu di ruang tamu. Sudah ketiga kalinya anggota keluarga tewas, walau belum tentu. Air mata terus menetes di pipi lembut mereka.Menangis dengan dibaluti ketidakpercayaan terlihat di wajah Donny. Semua orang di ruang tamu diperhatikan satu per satu. Mau orang asing atau keluarga sekali pun, Donny akan terus mengawasi dengan ketat."Ini sudah tidak bisa dibiarkan, Yah! Jika hanya Opsir Benny yang bekerja, kita semua bisa meninggal di tangan Blair!" Stuart berseru. Lagi dan lagi, harus menahan amarah pada Ava yang telah berbohong."Kenapa? Kenapa Blair memiliki niat jahat pada kita? Balas dendam apa yang dia maksud?" Ava bersuara, setelah bisa mengontrol diri dari kesedihan. Ibu mertua yang telah dianggap sebagai ibu kandung, kini sudah tidak ada lagi.Stuart sebagai anak pertama sudah hafal dengan perilaku sang ayah. Membunuh pelayan, jika ada kesalahan besar. Pertanyaan yang membuat Donny teringat di masa lalu pun dilontarkan. "M
Kekacauan kembali muncul di pagi hari. Opsir Benny datang kembali ke rumah Keluarga Rider untuk memberitahu ada jasad di hutan. Sontak membuat Donny terkejut bukan main."Apa Anda sangat yakin, jika jasad itu adalah istri saya?" Donny kembali bertanya untuk mencari keyakinan."Itu hanya perkiraan saya. Jasad tersebut akan diautopsi terlebih dulu. Mungkin membutuhkan waktu lama,, karena jasad tersebut hampir tidak tersisa." Opsir Benny menjelaskan. "Saya tahu ini sangat berat untuk Anda. Jika hasil autopsi mengatakan benar bahwa jasad tersebut adalah istri Anda, maka saya harus tetap mengatakannya pada Anda."Tiba-tiba, kerah seragam Opsir Benny dicengkeram oleh Donny. "Anda sudah dua kali tidak menemukan pelaku pembunuhan, dan tidak bisa mendapatkan data Ashley Collins. Jika kali ini tidak bisa menemukan pelaku, saya akan menutut Anda, karena cara kerja Anda yang buruk!"Suara Donny yang menggelegar di rumah yang hening membuat anggota keluarga berkumpul.
Pintu kamar terbuka setengah. Donny melihat ada Ava berdiri di depan kamar. "Ada apa? Kenapa mengganggu?"Ava melihat ada yang tertidur di ranjang, begitu juga dengan Donny yang bertelanjang dada. "Seharusnya, aku tidak mengganggu. Kupikir, Ayah tidak ada di rumah, jadi aku yang akan mengurus ibu. Lanjutkan kembali, Yah."Belum ditutup rapat, Ava kembali bertanya. "Oh, ya. Ayah lihat Ash, tidak? Aku tidak menemukannya di rumah ini. Sudah kuhubungi, ternyata ponselnya ada di kamar.""M-mungkin, dia pergi lupa membawa ponsel. Ayah tidak melihatnya sedari tadi." Pintu kamar ditutup begitu saja di depan Ava.Melihat mertua yang sedang asik bermesraan membuat Ava agak cemburu. Tidak, Ava bukan mencintai Donny. Ava membayangkan, jika bisa bermesraan dengan Gerry, karena Gerry adalah cinta pertamanya.Terima kasih untuk Ava yang sudah mengetuk pintu. Ash memakai pakaian, dan memilih pergi dari kamar Donny. Hal ini tidak bisa dilanjutkan. "Paman, saya piki
"Ibu!" Ash dalam wujud Erine memanggil dari kamar Jordi. "Kemarilah!"Tentunya Marry merasa sangat senang. Semenjak Blair pergi, tidak ada agi wujud Erine di hadapannya. Rasa rindu dari sang ibu pada putri kesayangan kembali muncul. "Anakku!""Ikut Erine saja, Bu. Ibu pasti bosan berada di rumah ini, 'kan? Kita akan pergi dari sini melalui peti itu." Ash kembali membuka peti jalan rahasia, dan menyuruh Marry untuk turun lebih dulu.Kamar Jordi dibiarkan terbuka, tetapi tidak dengan peti. Karena Ash yang terakhir turun, peti tersebut pun ditutup dari dalam."Kita ada di mana, Erine?" Marry memperhatikan sekeliling dengan rasa takut. Sebelumnya, dia tidak berani pergi sendiri ke tempat yang jauh, jika tidak ada yang menemani. Namun sekarang, sudah ada Erine di sebelahnya. Erine palsu. Lebih tepatnya seperti itu."Seperti yang Ibu lihat sendiri. Kita sedang berada di hutan. Mereka tidak akan menemukan kita di sini. Kita pergi yang jauh, ya?" ajak Ash