Setelah beristirahat seharian setelah kedatangan mereka, emma dan edward merasa lebih baik. Terutama emma, dia benar - benar menikmati indahnya hidup semenjak menginjakkan kaki di Korea. Dunia yang edward ciptakan sangatlah sempurna, hingga wanita manapun yang mendapatkan perlakuan seperti ini akan bertekuk lutut mungkin. Hanya saja karena yang mendapatkannya adalah seorang emma dan sayangnya mereka memiliki sebuah hubungan persaudaraan, jadi dia mengurungkan niat untuk terlena dan menjatuhkan hatinya untuk edward. Padahal di dalam lubuk hatinya yang terdalam emma ingin sekali memutar waktu dan mengatur takdir mereka. Agar mereka tidak ditakdirkan sebagai saudara, melainkan sebagai sepasang kekasih yang memiliki masa depan indah bersama.
“...” diam - diam emma menghembuskan nafasnya berat, setelah otaknya itu memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi.
“Ada apa ?” tanya edward yang sedang duduk di sebelah emma sambil memperhatikan laptop di pangkuannya.
“Enggak. Aku cuma bosan.” kata emma mengelak, padahal beberapa detik yang lalu dia baru saja berharap edward bukanlah kakaknya. Tapi saat edward membuyarkan lamunannya, emma sadar dia tidak menginginkan edward yang super sibuk itu.
“Sejak datang kesini kau sangat sibuk, ed.” keluh emma sambil meminum jus miliknya.
“Banyak yang harus ku kerjakan, em. Kita juga baru saja pindah, semuanya butuh penyesuaian, kan ?”
“Ya… ya… ya…. Kau memang pria tersibuk di dunia ini, ed.” kata emma pada akhirnya sebelum dia memilih untuk berenang.
Edward hanya menggelengkan kepala saat melihat sikap manja adiknya yang sepertinya mulai kambuh. Jujur saja, edward memang sedang dalam tahap penyesuaian diri. Perusahaan yang ditinggalkan di Indonesia sekarang hanya bisa dia awasi dari jauh. Walaupun mamanya pun mengatakan sanggup untuk mengurusnya. Sedangkan pekerjaannya di Korea baru akan di mulai minggu depan, bersamaan dengan jadwal kuliah emma.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya untuk sementara, edward berjalan menuju ke pinggir kolam. Dia berdiri sambil mengawasi emma yang dengan gemulainya berenang dengan menggunakan one piece swimwear yang membuatnya sangat menawan dan juga seksi.
Detik itu juga edward sadar sudah mengagumi adiknya sebagai seorang “wanita” pada umumnya.
“Ada apa ?” tanya emma setelah dia menyelesaikan kegiatan berenangnya.
“Kau ingin jalan - jalan malam ini ?” bukannya menjawab edward justru melemparkan pertanyaan lain.
“Kenapa harus tanya sih, ed. Kau tau aku akan menjawab apa.” gerutu emma sambil menyandarkan tubuhnya ke pinggir kolam.
“Tempat mana yang ingin kau datangi ?”
“Myeongdong. Aku ingin makan disana.”
“Oke.” tanpa pikir panjang edward menyetujui permintaan adiknya, karena itu bukanlah hal yang sulit.
“Ed, bisakah kau membantuku naik ?” edward tidak menaruh curiga apapun, padahal emma sudah tersenyum jahat karena idenya itu.
BYUUUUURRRR!!!!
“Em, apa yang kau lakukan ?!?” edward sangat terkejut karena saat mengulurkan tangan untuk membantu emma, justru dirinya ditarik.
“Kepalamu berasap karena banyak bekerja, ed. Kau butuh air untuk memadamkannya.” canda emma yang saat itu memilih keluar dari kolam renang setelah berhasil membuat tubuh edward basah kuyup sambil tertawa renyah.
Walaupun begitu, tidak ada kemarahan dalam diri edward. Dia justru senang karena hal seperti ini masih membuat emma tertawa.
Mengingat mereka berdua menghabiskan masa remaja dengan permasalahan keluarga yang tidak ada habisnya.
Pertengkaran kedua orang tua mereka yang hampir setiap hari menemani. Dengan posisi edward merupakan anak tertua dikeluarganya, mengharuskan dia selain melindungi emma juga harus melindungi dan memberikan pengertian pada kedua adik laki - lakinya.
Saat itu edward memang tidak mengetahui secara pasti, karena sejak awal emma lah yang mengetahui dengan pasti permasalahan kedua orang tuanya. Dan gadis itu malah sengaja ingin mencari tahu sendiri.
Tapi lihatlah sekarang, justru emma lah yang paling terluka karena masalah itu.
Walaupun seharusnya elina selaku istri dari papinya yang merasakan banyak luka, justru jauh lebih kuat dan tegar. Sedangkan emma, sampai detik ini tidak bisa melupakannya.
Jadi, jangan salahkan emma jika pada akhirnya dia sangat bergantung pada edward. Baginya edward adalah satu - satunya pria yang bisa dia percaya.
Lalu, bagaimana dengan hubungannya dengan yucha bisa berjalan selama ini ?
Pria yang sempat mengisi hari - hari emma selama beberapa tahun. Tapi hal itu tidak serta merta membuat posisi yucha sama dengan edward. Terlalu jauh jika membandingkan yucha dengan edward.
Sikap yucha yang suka tebar pesona bukan lagi hal baru yang emma ketahui. Dulu saat hubungan mereka masih berjalan beberapa bulan disaat yucha baru memulai karirnya sebagai model, bakat - bakat genit yucha yang terpendam sudah mulai terlihat. Bahkan dia berkali - kali bisa membuat emma percaya.
Entahlah, emma yang dulu termasuk bodoh atau lugu. Padahal edward juga berkali - kali memberitahunya.
Tapi, emma tidak pernah percaya.
Satu hal yang membuat edward menjauhi yucha adalah karena pria brengsek itu berani mencium adik kesayangan. Dengan dalih bahwa emma adalah satu - satunya wanita di hatinya. Dan semua itu dilakukan yucha tepat didepan edward.
Edward ingin memukul wajah yucha saat itu juga. Terlebih bibirnya yang sudah lancang mencium emma. Dan rasanya edward ingin sekali menghapus bekas yucha yang ditinggalkan di bibir emma.
Hatinya seakan diremas, rasanya kesal, marah karena tidak bisa berbuat apa - apa, dan juga merasa tidak berguna.
Tapi dia siapa, hanyalah seorang kakak bagi emma. Adiknya saja tidak keberatan, lalu mengapa edward terlalu mempermasalahkannya ?
Detik itu dia lupa bahwa dia hanyalah kakak bagi emma.
Edward tidak menyadari bahwa itu adalah awal perasaan yang seharusnya tidak terjadi.
Perasaan jatuh cinta pada adiknya sendiri.
Emma kembali duduk di pinggir kolam sambil merendam kedua kakinya. Dia memanggil edward berulang kali, tapi sepertinya pria itu tidak sadar bahwa sejak tadi melamun.
"EDDD!!!!" teriak emma pada akhirnya sambil menyiramkan air ke arah kakaknya.
"Hah ? Ada apa ?" Tanya edward yang baru saja kembali fokus pada adiknya. Matanya menatap emma lekat - lekat. Perasaan berdebar itu kembali hadir lagi, bahkan jauh lebih intens daripada sebelumnya. Apalagi setelah emma memutuskan hubungannya dengan yucha.
Edward lega. Sangat lega malah.
"Apa kau sedang memikirkan sesuatu ?" Tanya emma.
Hanya gelengan kepala sebagai jawaban edward.
"Lalu ?"
"Aku lapar, em."
"Kau terlalu banyak bekerja, ed. Kita harus sering jalan - jalan disini." Kata emma yang memberikan solusi pada edward.
"Jalan - jalan ? Itu cocok untukmu, em."
"Apa saranku salah ? Selama ini kau terlalu banyak bekerja."
"Nggak, nggak salah. Tapi nggak nyambung em, aku laper bukan lagi suntuk." Kata edward dengan cengiran khasnya.
"Ah… mungkin aku yang suntuk. Padahal kalo kita jalan - jalan kan bisa sambil nyobain banyak makanan."
"Kau ini memberiku saran atau ingin meminta sesuatu sih ?" Emma hanya mengangkat bahu cuek.
"Mungkin keduanya."
"Em…" panggil edward.
"Hmm…"
Edward mendekat ke arah emma, lalu tanpa aba - aba dia menarik kaki adiknya.
BYYUUUR!!!
Tawa renyah edward terdengar sangat bahagia.
"1 sama. Kita seri, em." Katanya.
"Dasar gila!!!!" Maki emma.
Tawa edward semakin menjadi karena mendengar kemarahan emma.
"Kau terlalu banyak bekerja, hingga membuatmu sinting!!!" Maki emma lagi. Bagaimana tidak, emma masuk ke dalam kolam renang saat sudah memakai kimono mandinya.
Setelah itu, edward berenang ke arah adiknya. Tanpa basa - basi edward memeluk emma erat. Berharap pelukan ini akan meredakan amarah adiknya.
Bahagia rasanya memeluk emma seperti ini. Edward memang sengaja membuat emma kesal, agar selalu ada alasan untuknya memeluk emma seperti ini.
Mungkin perasaan edward untuk emma salah, karena mereka adalah kakak beradik.
Tapi cinta tidak pernah bisa memilih pada siapa dia akan berlabuh.
Jika dia bisa, maka edward akan meminta untuk menjadi pasangan hidup emma daripada menjadi kakaknya.
Tersiksa rasanya merasakan debaran pada orang yang tidak tepat.
"Lepas!!!" Tolak emma, sambil memukul dada edward dengan kesal.
"Biarkan begini sebentar aja." Pinta edward lirih.
Kata - kata itu sukses membungkam emma. Dia berhenti memukul dan menerima pelukan hangat kakaknya.
Kenyamanan mengalahkan segalanya, karena pada akhirnya emma yang memang selalu merasa nyaman bersama edward pun membalas pelukan edward tak kalah erat.
"Aku sangat menyayangimu, em."
***
“Aku juga menyayangimu, ed.” Walaupun sejujurnya emma terkejut mendengar ungkapan rasa sayang edward padanya yang terdengar berbeda dari biasanya, dia tetap mencoba bertahan dengan menegarkan hatinya. Tapi pada akhirnya semua pertahanan itu runtuh saat edward mendekat dan mendekapnya erat. Sebuah pelukan hangat dan ungkapan rasa sayang yang sangat tulus itu terdengar bukan berasal dari seorang kakak pada adiknya. Justru terdengar lebih dari itu. Begitu tulus hingga menyentuh relung hati emma. Badan emma tiba - tiba gemetar hebat. “Kau baik - baik saja ?” tanya edward yang khawatir. “Aku….mandi dulu ya.” pamit emma, dengan segera dia melepaskan tubuhnya dari pelukan kakaknya. Lalu, dia terburu - buru lari menuju kamar miliknya. Ya, kamarnya. Hanya disana dia bisa bersembunyi untuk sementara waktu. Kejadian barusan terlalu cepat dan tepat sasaran. Bahkan tubuhnya saja gemetar setelah diperlakukan seperti itu, bagaimana dengan hatinya sudah bisa dipastikan meleleh tak karuan. Setela
Hari dimana aktifitas harus segera dimulai sudah tiba. Hari ini adalah hari pertama emma ke kampus barunya. Sedangkan edward tentu saja memulai pekerjaannya, walaupun dia masih belum pergi ke kantor. Tapi bekerja dari rumah saja sudah cukup membuat edward sibuk. “Kau kemana setelah kuliah, em ?” tanya edward di tengah - tengah acara sarapannya bersama emma. “Nggak tau, mungkin jalan - jalan, biar aku segera hafal jalanan disini.” “Padahal kau bisa pergi kemana saja tanpa khawatir, navigasi di mobilmu nggak akan menyesatkan em.” kata edward yang dihadiahi sikap cuek emma. Gadis itu kesal, padahal mereka sedang sarapan bersama dan edward mengajaknya mengobrol tapi lihatlah sikap kakaknya sangat menyebalkan. Sebelah tangannya memegang setangkup sandwich sedangkan tangan lainnya sibuk men scroll ipad miliknya. “Aku sudah selesai.” kata emma yang berdiri dan bersiap untuk beranjak pergi meninggalkan edward. Dengan bingung edward melihat emma pergi tanpa menyentuh sarapannya. “Em, t
Sepanjang perjalanan, senyum emma selalu menghiasi wajah cantiknya. Bagaimana tidak, dia tanpa bersusah payah memikirkan cara untuk bisa mendapatkan edward justru seperti sedang memenangkan undian. Dia malah menerima ajakan menjadi kekasih langsung dari edward. Ya… walaupun mungkin menjadi kekasih yang bukan dalam artian yang sebenarnya. Tapi dengan mengakui edward sebagai kekasihnya jika ada yang bertanya saja sudah cukup membuatnya bahagia, mungkin saja kan suatu saat nanti semua itu menjadi kenyataan. Sejenak emma melupakan hubungan darahnya bersama edward. Dia lupa bahwa didalam tubuh mereka mengalir darah yang sama. Dan seharusnya semua ini tidak terjadi. Tapi perasaannya pada edward juga tidak bisa dipendam lagi. Mungkin ini yang dinamakan cinta buta. Sangat buta, hingga seseorang lupa bagaimana status hubungannya. “Ed…” panggil emma saat edward terlihat sedang fokus menyetir. “Ada apa ?” “Kau ingin berkencan denganku ?” tanya emma dengan sedikit ragu - ragu. “APA ?!” ed
‘Sayang ?’Kata itu terus terngiang di telinga emma. Dia tidak salah dengar kan ?Edward yang sedang menyetir langsung menolehkan kepalanya saat mereka berhenti di lampu merah.“Kau baik - baik saja, em?” tanya edward yang khawatir saat melihat wajah adiknya bersemu merah.“...”“Apa kau mabuk ?” tanya edward lagi karena dia tak mendapatkan jawaban dari sang adik yang kini sedang senyum - senyum sendiri.“...”“Em…. emma…” kali ini edward menyentuh lengan adiknya.“Apa?” jawab emma dengan wajah terkejutnya, seakan dia baru saja kembali dari dunianya yang lain.“Kau baik - baik saja ?” edward mengulang pertanyaannya.“Aku baik - baik saja, ed.”“Tapi wajahmu merah, em. Apa kau sangat mabuk sekarang ?” terlihat wajah emma merengut saat edward melemparkan pertanyaan itu sambil meraba pipinya.Ingatannya melayang ke kejadian di restoran tadi. Emma yang awalnya menolak ayam goreng yang edward belikan ternyata bisa menghabiskan sampai lima potong paha ayam. Benar - benar memalukan.Jelas - j
Suara keras dari luar masih terdengar sampai ke dalam ruangan mewah yang sudah dipesan untuk pertemuan bisnis yang diadakan oleh salah satu klien edward. Bisa dibilang pertemuan ini dilakukan di sebuah klub malam yang eksklusif, hanya orang - orang tertentu atau memiliki keanggotaan disana saja yang bisa masuk. Tadi saja tanpa sepengetahuan edward ternyata dia sudah menjadi salah satu anggota di klub itu. Tidak hanya keanggotaan di klub malam eksklusif itu saja, edward bahkan bisa mengakses semua fasilitas mewah disana. Mulai dari kamar hotel yang berada di satu gedung besar dengan klub malam, fasilitas golf, pusat kebugaran, sauna, jacuzzi, dan fasilitas mewah lainnya.Klien edward ini adalah beberapa pria muda yang mungkin umurnya tidak jauh berbeda dengannya. Wajah mereka yang terlihat sangat terawat dan rupawan ditambah dengan penampilan setelan jas mewah membuat semua gadis ingin datang mendekat. Tidak terkecuali dengan edward. Saat tiba disana saja beberapa gadis sudah tertarik d
Edward terus diam membeku saat emma berusaha menciumnya. Ciuman itu semakin lama semakin dalam dan menuntut balasan edward. Pada awalnya dia berusaha menahan diri untuk tidak membalas ciuman emma, tapi ketika emma menjauhkan wajahnya hingga bibir mereka terpisah edward merasakan kehilangan.“Kau tidak ingin melakukannya?” tanya emma dengan mata sayunya. “...” edward hanya diam sambil terus memperhatikan emma dengan kedua tangannya yang terkepal kuat. Akhirnya, emma ingin kembali menarik diri untuk duduk seperti biasa walaupun nafasnya masih terengah - engah. Dia tidak tahu hormon apa yang sedang menyerangnya sekarang. Pokoknya yang jelas emma ingin sekali melewati batas untuk menyentuh edward lebih jauh. Dia juga ingin menghapus jejak gadis yang berusaha menyentuh edward.Namun, sebelum emma berhasil kembali menarik diri ternyata saat itu pula pertahan yang dibuat edward runtuh seketika. Satu tangannya menahan lengan emma sedangkan satu tangannya lagi langsung meraih tengkuknya hingg
Pada akhirnya meja makan adalah tempat yang kembali mempertemukan edward dan emma. Sekarang ini mereka berdua sedang duduk sambil menikmati hidangan makan malam dengan saling diam. Entah kenapa, emma merasa canggung melihat sikap edward yang juga diam saja seperti ini saat didekatnya. Padahal biasanya edward selalu menunjukkan perhatian dengan bertanya tentang hal - hal sepele, seperti kegiatan apa saja yang dilakukan emma selama seharian, bahkan terkadang dia juga bertanya pada emma tentang buku yang dibaca hari ini.Suasana hening ini bertahan cukup lama hingga keduanya hampir menyelesaikan makan mereka. Lalu, emma yang merasa tidak suka terjebak dalam situasi seperti ini langsung mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk untuk melihat ke arah edward. Dan ternyata edward sendiri juga sedang memperhatikannya.“Ada apa?’ tanya emma to the point.“Haa? Nggak papa.” edward terlihat terkejut ketika emma yang ternyata sedang memperhatikannya. Tapi seperti biasa, pria itu tidak akan bi
"Aku mau kuliah lagi !!!" kata emma dengan nada tegas dan tak terbantahkan. Kakak laki – lakinya itu hanya mendengarkan sambil menghela nafas lelah. Emma adalah satu – satunya anak perempuan di keluarga mereka. Selain emma, kedua adiknya juga berjenis kelamin sama dengannya. Seorang anak laki – laki. Wajar jika semua yang emma inginkan selalu dipenuhi. Bahkan sesuatu yang tak biasa sekalipun, hingga membuat orang di sekitarnya pusing. Semua ini memang terjadi karena papa mereka. Kejadian di masa lalu itu merubah segalanya.. "Dan pria itu yang harus membayar semua biayanya!!" lanjut emma lagi dengan nada kesal. "Em.. kakak bisa biayain kamu." Wajah cemberut emma semakin menekuk sempurna, karena edward kakaknya memberikan solusi yang paling tidak ingin dia dengar. Wanita itu hanya ingin papa nya yang membiayai semuanya. Papa adalah panggilan yang sangat sulit emma ucapkan, hingga akhirnya dia selalu menyebut papanya dengan sebutan pria itu. "Enggak bisa!! Bahkan dia baru saja ber
Pada akhirnya meja makan adalah tempat yang kembali mempertemukan edward dan emma. Sekarang ini mereka berdua sedang duduk sambil menikmati hidangan makan malam dengan saling diam. Entah kenapa, emma merasa canggung melihat sikap edward yang juga diam saja seperti ini saat didekatnya. Padahal biasanya edward selalu menunjukkan perhatian dengan bertanya tentang hal - hal sepele, seperti kegiatan apa saja yang dilakukan emma selama seharian, bahkan terkadang dia juga bertanya pada emma tentang buku yang dibaca hari ini.Suasana hening ini bertahan cukup lama hingga keduanya hampir menyelesaikan makan mereka. Lalu, emma yang merasa tidak suka terjebak dalam situasi seperti ini langsung mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk untuk melihat ke arah edward. Dan ternyata edward sendiri juga sedang memperhatikannya.“Ada apa?’ tanya emma to the point.“Haa? Nggak papa.” edward terlihat terkejut ketika emma yang ternyata sedang memperhatikannya. Tapi seperti biasa, pria itu tidak akan bi
Edward terus diam membeku saat emma berusaha menciumnya. Ciuman itu semakin lama semakin dalam dan menuntut balasan edward. Pada awalnya dia berusaha menahan diri untuk tidak membalas ciuman emma, tapi ketika emma menjauhkan wajahnya hingga bibir mereka terpisah edward merasakan kehilangan.“Kau tidak ingin melakukannya?” tanya emma dengan mata sayunya. “...” edward hanya diam sambil terus memperhatikan emma dengan kedua tangannya yang terkepal kuat. Akhirnya, emma ingin kembali menarik diri untuk duduk seperti biasa walaupun nafasnya masih terengah - engah. Dia tidak tahu hormon apa yang sedang menyerangnya sekarang. Pokoknya yang jelas emma ingin sekali melewati batas untuk menyentuh edward lebih jauh. Dia juga ingin menghapus jejak gadis yang berusaha menyentuh edward.Namun, sebelum emma berhasil kembali menarik diri ternyata saat itu pula pertahan yang dibuat edward runtuh seketika. Satu tangannya menahan lengan emma sedangkan satu tangannya lagi langsung meraih tengkuknya hingg
Suara keras dari luar masih terdengar sampai ke dalam ruangan mewah yang sudah dipesan untuk pertemuan bisnis yang diadakan oleh salah satu klien edward. Bisa dibilang pertemuan ini dilakukan di sebuah klub malam yang eksklusif, hanya orang - orang tertentu atau memiliki keanggotaan disana saja yang bisa masuk. Tadi saja tanpa sepengetahuan edward ternyata dia sudah menjadi salah satu anggota di klub itu. Tidak hanya keanggotaan di klub malam eksklusif itu saja, edward bahkan bisa mengakses semua fasilitas mewah disana. Mulai dari kamar hotel yang berada di satu gedung besar dengan klub malam, fasilitas golf, pusat kebugaran, sauna, jacuzzi, dan fasilitas mewah lainnya.Klien edward ini adalah beberapa pria muda yang mungkin umurnya tidak jauh berbeda dengannya. Wajah mereka yang terlihat sangat terawat dan rupawan ditambah dengan penampilan setelan jas mewah membuat semua gadis ingin datang mendekat. Tidak terkecuali dengan edward. Saat tiba disana saja beberapa gadis sudah tertarik d
‘Sayang ?’Kata itu terus terngiang di telinga emma. Dia tidak salah dengar kan ?Edward yang sedang menyetir langsung menolehkan kepalanya saat mereka berhenti di lampu merah.“Kau baik - baik saja, em?” tanya edward yang khawatir saat melihat wajah adiknya bersemu merah.“...”“Apa kau mabuk ?” tanya edward lagi karena dia tak mendapatkan jawaban dari sang adik yang kini sedang senyum - senyum sendiri.“...”“Em…. emma…” kali ini edward menyentuh lengan adiknya.“Apa?” jawab emma dengan wajah terkejutnya, seakan dia baru saja kembali dari dunianya yang lain.“Kau baik - baik saja ?” edward mengulang pertanyaannya.“Aku baik - baik saja, ed.”“Tapi wajahmu merah, em. Apa kau sangat mabuk sekarang ?” terlihat wajah emma merengut saat edward melemparkan pertanyaan itu sambil meraba pipinya.Ingatannya melayang ke kejadian di restoran tadi. Emma yang awalnya menolak ayam goreng yang edward belikan ternyata bisa menghabiskan sampai lima potong paha ayam. Benar - benar memalukan.Jelas - j
Sepanjang perjalanan, senyum emma selalu menghiasi wajah cantiknya. Bagaimana tidak, dia tanpa bersusah payah memikirkan cara untuk bisa mendapatkan edward justru seperti sedang memenangkan undian. Dia malah menerima ajakan menjadi kekasih langsung dari edward. Ya… walaupun mungkin menjadi kekasih yang bukan dalam artian yang sebenarnya. Tapi dengan mengakui edward sebagai kekasihnya jika ada yang bertanya saja sudah cukup membuatnya bahagia, mungkin saja kan suatu saat nanti semua itu menjadi kenyataan. Sejenak emma melupakan hubungan darahnya bersama edward. Dia lupa bahwa didalam tubuh mereka mengalir darah yang sama. Dan seharusnya semua ini tidak terjadi. Tapi perasaannya pada edward juga tidak bisa dipendam lagi. Mungkin ini yang dinamakan cinta buta. Sangat buta, hingga seseorang lupa bagaimana status hubungannya. “Ed…” panggil emma saat edward terlihat sedang fokus menyetir. “Ada apa ?” “Kau ingin berkencan denganku ?” tanya emma dengan sedikit ragu - ragu. “APA ?!” ed
Hari dimana aktifitas harus segera dimulai sudah tiba. Hari ini adalah hari pertama emma ke kampus barunya. Sedangkan edward tentu saja memulai pekerjaannya, walaupun dia masih belum pergi ke kantor. Tapi bekerja dari rumah saja sudah cukup membuat edward sibuk. “Kau kemana setelah kuliah, em ?” tanya edward di tengah - tengah acara sarapannya bersama emma. “Nggak tau, mungkin jalan - jalan, biar aku segera hafal jalanan disini.” “Padahal kau bisa pergi kemana saja tanpa khawatir, navigasi di mobilmu nggak akan menyesatkan em.” kata edward yang dihadiahi sikap cuek emma. Gadis itu kesal, padahal mereka sedang sarapan bersama dan edward mengajaknya mengobrol tapi lihatlah sikap kakaknya sangat menyebalkan. Sebelah tangannya memegang setangkup sandwich sedangkan tangan lainnya sibuk men scroll ipad miliknya. “Aku sudah selesai.” kata emma yang berdiri dan bersiap untuk beranjak pergi meninggalkan edward. Dengan bingung edward melihat emma pergi tanpa menyentuh sarapannya. “Em, t
“Aku juga menyayangimu, ed.” Walaupun sejujurnya emma terkejut mendengar ungkapan rasa sayang edward padanya yang terdengar berbeda dari biasanya, dia tetap mencoba bertahan dengan menegarkan hatinya. Tapi pada akhirnya semua pertahanan itu runtuh saat edward mendekat dan mendekapnya erat. Sebuah pelukan hangat dan ungkapan rasa sayang yang sangat tulus itu terdengar bukan berasal dari seorang kakak pada adiknya. Justru terdengar lebih dari itu. Begitu tulus hingga menyentuh relung hati emma. Badan emma tiba - tiba gemetar hebat. “Kau baik - baik saja ?” tanya edward yang khawatir. “Aku….mandi dulu ya.” pamit emma, dengan segera dia melepaskan tubuhnya dari pelukan kakaknya. Lalu, dia terburu - buru lari menuju kamar miliknya. Ya, kamarnya. Hanya disana dia bisa bersembunyi untuk sementara waktu. Kejadian barusan terlalu cepat dan tepat sasaran. Bahkan tubuhnya saja gemetar setelah diperlakukan seperti itu, bagaimana dengan hatinya sudah bisa dipastikan meleleh tak karuan. Setela
Setelah beristirahat seharian setelah kedatangan mereka, emma dan edward merasa lebih baik. Terutama emma, dia benar - benar menikmati indahnya hidup semenjak menginjakkan kaki di Korea. Dunia yang edward ciptakan sangatlah sempurna, hingga wanita manapun yang mendapatkan perlakuan seperti ini akan bertekuk lutut mungkin. Hanya saja karena yang mendapatkannya adalah seorang emma dan sayangnya mereka memiliki sebuah hubungan persaudaraan, jadi dia mengurungkan niat untuk terlena dan menjatuhkan hatinya untuk edward. Padahal di dalam lubuk hatinya yang terdalam emma ingin sekali memutar waktu dan mengatur takdir mereka. Agar mereka tidak ditakdirkan sebagai saudara, melainkan sebagai sepasang kekasih yang memiliki masa depan indah bersama. “...” diam - diam emma menghembuskan nafasnya berat, setelah otaknya itu memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi. “Ada apa ?” tanya edward yang sedang duduk di sebelah emma sambil memperhatikan laptop di pangkuannya. “Enggak. Aku cuma bosan.” kata
“Kau baik - baik saja, ed ?” tanya emma saat dia sedang menyandarkan kepalanya di dada edward.Dengan wajah yang tegang, bahkan tangan edward kini sudah dingin bagaikan es dia terus mencoba bersikap biasa saja. Tapi emma tidak bisa begitu, dengan jelas dia mendengarkan detak jantung kakaknya yang tidak beraturan.Sesekali emma mengecek suhu tubuh edward dengan menyentuh kening pria itu.“Nggak panas, tapi kenapa mukamu pucat gitu sih ed ?” emma terlihat khawatir saat memperhatikan wajah kakaknya dengan seksama. Terlihat sekali seperti sedang tidak sehat, tapi edward tidak mengeluh tentang apapun.“....” edward hanya diam saja.“Ah…. mungkin karena kau minum kopi di pagi hari saat perut kosong, ed.” kata emma dengan semangat seakan sedang memecahkan sebuah teka - teki.“Nggak em, aku baik - baik saja. Mungkin aku hanya lelah.” jawab edward yang mencari alasan sambil mencoba merebahkan tubuhnya dengan mengubah posisi kursinya yang tadinya duduk menjadi tempat tidur. Tapi tanpa sengaja ta