“Kau baik - baik saja, ed ?” tanya emma saat dia sedang menyandarkan kepalanya di dada edward.
Dengan wajah yang tegang, bahkan tangan edward kini sudah dingin bagaikan es dia terus mencoba bersikap biasa saja. Tapi emma tidak bisa begitu, dengan jelas dia mendengarkan detak jantung kakaknya yang tidak beraturan.
Sesekali emma mengecek suhu tubuh edward dengan menyentuh kening pria itu.
“Nggak panas, tapi kenapa mukamu pucat gitu sih ed ?” emma terlihat khawatir saat memperhatikan wajah kakaknya dengan seksama. Terlihat sekali seperti sedang tidak sehat, tapi edward tidak mengeluh tentang apapun.
“....” edward hanya diam saja.
“Ah…. mungkin karena kau minum kopi di pagi hari saat perut kosong, ed.” kata emma dengan semangat seakan sedang memecahkan sebuah teka - teki.
“Nggak em, aku baik - baik saja. Mungkin aku hanya lelah.” jawab edward yang mencari alasan sambil mencoba merebahkan tubuhnya dengan mengubah posisi kursinya yang tadinya duduk menjadi tempat tidur. Tapi tanpa sengaja tangannya menyentuh punggung tangan emma.
Saat menyadari hal itu, edward langsung buru - buru menarik selimut yang menutupi kakinya, berharap emma tidak akan menyadari keanehan yang terjadi padanya.
“Jangan berbohong, ed. Tanganmu sangat dingin. Sini.” kata emma yang langsung menarik tangan edward tanpa komando apapun, lalu menggosoknya menggunakan kedua tangan miliknya yang memang sangat hangat.
Kejadian tak terduga itu tentu saja membuat jantung edward semakin tak terkontrol, entah kenapa semakin sering mereka bersentuhan kerja jantungnya ini semakin tidak terkendali. Bahkan terkadang edward merasakan gemetar yang berlebihan.
Padahal dulu hal ini tidak terjadi separah itu.
Emma membawa kedua tangan edward ke pangkuannya, menghangatkan tangan itu dengan cara yang lembut dan menyentuh sampai ke relung hati edward.
“Aku baik - baik aja, em.” kata edward sambil berusaha menarik tangannya.
“Kali ini kau yang harus mematuhiku, ed!!” ancam emma.
“Kalo kau saja bisa berjanji pada mami untuk menjagaku, kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama, hmm ?” lanjut emma lagi.
“Baiklah, terserah padamu saja.” edward akhirnya memilih untuk pasrah saja. Lebih baik dia fokus untuk mengatur detak jantungnya daripada memperparah keadaan dengan berdebat dengan emma. Lagi pula ini benar - benar membuat nyaman keduanya, jadi tidak ada yang salah kan ?
Tanpa sadar edward yang tenggelam dalam sentuhan lembut emma itu mulai tertidur, jika biasanya hal ini terjadi pada emma tapi tidak untuk kali ini. Percobaan pertama emma ternyata berhasil. Mereka berdua sama - sama tertidur sambil memeluk satu sama lain. Perjalan yang memakan waktu 5 jam terasa bagaikan 5 menit saja.
Sesampainya disana, emma memeluk lengan edward dengan eratnya. Seakan mereka berdua ini sepasang kekasih bukan kakak - adik. Jika orang lain yang melihatnya pasti mereka akan iri dengan kemesraan mereka berdua. Edward sendiri tidak memprotes sikap emma yang seperti itu.
Disana mereka sudah disambut oleh seseorang yang memang di atur edward untuk mengurus semua keperluan mereka. Bahkan sebuah mobil mewah berwarna putih yang hanya mengangkut 2 penumpang sudah menyambut mereka.
Edward membukakan pintu untuk adiknya, lalu dia sendiri memasuki mobil dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.
Sudahlah, kalian pasti akan salah paham saat melihat kedekatan mereka berdua. Atau mungkin akan salah paham lebih tepatnya. Karena mereka benar - benar terlihat seperti sepasang kekasih.
Si cantik emma dengan rambut ikal, kulit putih, hidung mancung, dan pipi yang sedikit tembem serta bonus senyuman yang sangat menawan. Sedangkan edward sudah bagaikan pangeran berkuda putih dengan rambut rapi yang tersisir ke samping, hidung yang juga mancung, tinggi bagaikan seorang model disertai tubuh proporsional, dan kulit kuning langsat khas Indonesia yang terlihat seksi.
“Baiklah, tempat mana yang ingin kau datangi pertama kali sampai disini ?” tanya edward.
“Biar aku pikirkan..” jawab emma sambil terdiam sebentar untuk memutuskan kemana mereka akan pergi.
“Sebaiknya kita jalan terlebih dahulu sambil kau memikirkannya, em.” emma mengangguk, lalu memakai kacamata hitamnya yang sejak tadi hanya dia sangkutkan di atas rambutnya.
Selama perjalanan emma tidak memberikan lokasi yang akan mereka datangi, hingga edward memutuskan untuk berjalan menuju ke arah rumah tempat mereka tinggal selama di sana.
“Em, mau kemana ?” tanya edward lagi.
“Sebaiknya kita pulang dulu, ed. Aku akan pikirkan saat dirumah nanti.” kata emma tanpa perasaan bersalah. Untung saja edward mengambil jalan yang benar. Jadi, mereka tidak perlu lagi mengelilingi kota yang baru untuk mereka ini.
Emma terdiam sepanjang perjalanan sambil menyandarkan kepalanya di kursi penumpang sebelah edward.
“Everything ok, em ?”
“Hmm.”
“Ada yang salah ?”
“Aku cuma capek, ed.” jawab emma cepat.
“Apa rumah kita masih jauh ?” tanya emma lagi.
“5 menit lagi.” emma mengangguk, lalu kembali menyandarkan kepalanya dengan tangannya dia tempelkan di sebelah keningnya.
Mereka akhirnya sampai dirumah yang edward maksudkan. Sebuah rumah mewah di daerah yang terkenal disana, benar - benar sesuai dengan keinginan emma.
Dengan cepat emma menuruni mobil, wajah takjub dan terpesonanya terlihat jelas membuat edward ikut tersenyum bahagia.
“Kau menyukainya, em ?” tanya edward. Dengan cepat emma mengangguk dengan antusias.
“Ini mirip sama rumah yang aku pengen. Dari mana kau mengetahuinya, ed ?” tanya emma tak percaya pada kakaknya yang seakan bisa mengetahui semua keinginannya seperti peri.
“Apa yang aku nggak tau tentang kamu, em ? hmm ?” emma langsung memeluk dan mencium pipi kanan dan kiri edward secara bergantian.
“Makasih, ed. Kau benar - benar pria terbaik dalam hidupku.” puji emma lalu berjalan menuju pintu dengan semangat.
Saat di depan pintu emma berhenti sambil menghadap ke edward dengan wajah yang bertanya - tanya.
“Tanggal lahirmu.” kata edward. Maksudnya adalah password untuk membuka pintu.
Melihat emma yang sangat antusias membuat edward menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan sesekali menyentuh kedua pipinya yang tadi mendapatkan hadiah dari adiknya.
‘Sial!! Aku harus belajar mengendalikan semua ini.’ maki edward dalam hati saat lagi - lagi jantungnya berdetak tak karuan.
Emma melihat - lihat seisi rumah dengan wajah bahagia, membuka satu per satu pintu kamar yang ada disana.
“Kamarmu ada di atas, em.” kata edward.
Mendengar hal itu emma langsung saja berjalan ke kamar miliknya dengan riangnya.
Tok… Tok….
Terdengar suara pintu yang diketuk dari luar kamar.
“Masuklah, ed.” teriak emma dari dalam kamar. Dia masih sibuk mengagumi kamarnya yang benar - benar sudah dipersiapkan edward beserta isinya.
“Kau menyukainya ?” emma mengangguk. Lalu, edward memberikan sebuah kotak berwarna biru dengan pita putih.
“Bukalah, em.” dengan wajah bingung emma membuka kotak itu dengan hati - hati.
“Untukku ?” tanyanya dengan wajah tak percaya. Edward hanya menganggukkan kepalanya.
“Lihatlah keluar sana.” kata edward sambil menunjuk ke arah jendela kamar.
Sebuah mobil sport berwarna merah seperti milih emma yang dia pakai di Indonesia terparkir dengan indahnya di halaman rumah mereka.
Edward benar - benar mempersiapkan semuanya, bahkan emma tidak pernah menduga akan selengkap dan sesempurna ini. Rasanya semua harapannya terkabul disini.
Dengan berlari dan memeluk edward, emma menenggelamkan kepalanya di dada pria itu.
“Kau mengabulkan semuanya ?” edward yang membalas pelukan itu hanya mengangguk sambil mengusap lembut kepala adiknya.
“Tentu saja, em. Aku akan melakukan semuanya untukmu.”
“Kau benar - benar akan menjadi idaman banyak wanita di luar sana, ed. Dan aku tidak akan rela berbagimu.” kata emma sambil mengeratkan pelukannya pada edward.
“Tenanglah, kau tidak akan berbagi dengan siapapun. Aku akan menjadi milikmu seutuhnya, em.”
“Berjanjilah, ed.”
“Aku janji.”
Rasanya edward sengaja menciptakan sebuah dunia baru disini untuk emma, rasanya semua hadiah itu lebih dari yang diberikan seorang kakak pada adiknya.
“Kau bahagia ?”
“Selama bersamamu, aku yakin aku akan selalu bahagia ed.”
“Akan aku usahakan untuk selalu bersamamu.”
“Apa dengan begitu kau tidak akan menikah, ed ?”
“....” edward tidak bisa menjawab pertanyaan emma yang satu ini.
“Kau tidak bisa menjawabnya ?”
“Jangan memikirkan yang belum tentu terjadi, em. Mungkin saja masa depan akan berubah.” jawab edward.
‘Aku benar - benar berharap masa depan berubah terutama untukmu dan aku.’
**
Setelah beristirahat seharian setelah kedatangan mereka, emma dan edward merasa lebih baik. Terutama emma, dia benar - benar menikmati indahnya hidup semenjak menginjakkan kaki di Korea. Dunia yang edward ciptakan sangatlah sempurna, hingga wanita manapun yang mendapatkan perlakuan seperti ini akan bertekuk lutut mungkin. Hanya saja karena yang mendapatkannya adalah seorang emma dan sayangnya mereka memiliki sebuah hubungan persaudaraan, jadi dia mengurungkan niat untuk terlena dan menjatuhkan hatinya untuk edward. Padahal di dalam lubuk hatinya yang terdalam emma ingin sekali memutar waktu dan mengatur takdir mereka. Agar mereka tidak ditakdirkan sebagai saudara, melainkan sebagai sepasang kekasih yang memiliki masa depan indah bersama. “...” diam - diam emma menghembuskan nafasnya berat, setelah otaknya itu memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi. “Ada apa ?” tanya edward yang sedang duduk di sebelah emma sambil memperhatikan laptop di pangkuannya. “Enggak. Aku cuma bosan.” kata
“Aku juga menyayangimu, ed.” Walaupun sejujurnya emma terkejut mendengar ungkapan rasa sayang edward padanya yang terdengar berbeda dari biasanya, dia tetap mencoba bertahan dengan menegarkan hatinya. Tapi pada akhirnya semua pertahanan itu runtuh saat edward mendekat dan mendekapnya erat. Sebuah pelukan hangat dan ungkapan rasa sayang yang sangat tulus itu terdengar bukan berasal dari seorang kakak pada adiknya. Justru terdengar lebih dari itu. Begitu tulus hingga menyentuh relung hati emma. Badan emma tiba - tiba gemetar hebat. “Kau baik - baik saja ?” tanya edward yang khawatir. “Aku….mandi dulu ya.” pamit emma, dengan segera dia melepaskan tubuhnya dari pelukan kakaknya. Lalu, dia terburu - buru lari menuju kamar miliknya. Ya, kamarnya. Hanya disana dia bisa bersembunyi untuk sementara waktu. Kejadian barusan terlalu cepat dan tepat sasaran. Bahkan tubuhnya saja gemetar setelah diperlakukan seperti itu, bagaimana dengan hatinya sudah bisa dipastikan meleleh tak karuan. Setela
Hari dimana aktifitas harus segera dimulai sudah tiba. Hari ini adalah hari pertama emma ke kampus barunya. Sedangkan edward tentu saja memulai pekerjaannya, walaupun dia masih belum pergi ke kantor. Tapi bekerja dari rumah saja sudah cukup membuat edward sibuk. “Kau kemana setelah kuliah, em ?” tanya edward di tengah - tengah acara sarapannya bersama emma. “Nggak tau, mungkin jalan - jalan, biar aku segera hafal jalanan disini.” “Padahal kau bisa pergi kemana saja tanpa khawatir, navigasi di mobilmu nggak akan menyesatkan em.” kata edward yang dihadiahi sikap cuek emma. Gadis itu kesal, padahal mereka sedang sarapan bersama dan edward mengajaknya mengobrol tapi lihatlah sikap kakaknya sangat menyebalkan. Sebelah tangannya memegang setangkup sandwich sedangkan tangan lainnya sibuk men scroll ipad miliknya. “Aku sudah selesai.” kata emma yang berdiri dan bersiap untuk beranjak pergi meninggalkan edward. Dengan bingung edward melihat emma pergi tanpa menyentuh sarapannya. “Em, t
Sepanjang perjalanan, senyum emma selalu menghiasi wajah cantiknya. Bagaimana tidak, dia tanpa bersusah payah memikirkan cara untuk bisa mendapatkan edward justru seperti sedang memenangkan undian. Dia malah menerima ajakan menjadi kekasih langsung dari edward. Ya… walaupun mungkin menjadi kekasih yang bukan dalam artian yang sebenarnya. Tapi dengan mengakui edward sebagai kekasihnya jika ada yang bertanya saja sudah cukup membuatnya bahagia, mungkin saja kan suatu saat nanti semua itu menjadi kenyataan. Sejenak emma melupakan hubungan darahnya bersama edward. Dia lupa bahwa didalam tubuh mereka mengalir darah yang sama. Dan seharusnya semua ini tidak terjadi. Tapi perasaannya pada edward juga tidak bisa dipendam lagi. Mungkin ini yang dinamakan cinta buta. Sangat buta, hingga seseorang lupa bagaimana status hubungannya. “Ed…” panggil emma saat edward terlihat sedang fokus menyetir. “Ada apa ?” “Kau ingin berkencan denganku ?” tanya emma dengan sedikit ragu - ragu. “APA ?!” ed
‘Sayang ?’Kata itu terus terngiang di telinga emma. Dia tidak salah dengar kan ?Edward yang sedang menyetir langsung menolehkan kepalanya saat mereka berhenti di lampu merah.“Kau baik - baik saja, em?” tanya edward yang khawatir saat melihat wajah adiknya bersemu merah.“...”“Apa kau mabuk ?” tanya edward lagi karena dia tak mendapatkan jawaban dari sang adik yang kini sedang senyum - senyum sendiri.“...”“Em…. emma…” kali ini edward menyentuh lengan adiknya.“Apa?” jawab emma dengan wajah terkejutnya, seakan dia baru saja kembali dari dunianya yang lain.“Kau baik - baik saja ?” edward mengulang pertanyaannya.“Aku baik - baik saja, ed.”“Tapi wajahmu merah, em. Apa kau sangat mabuk sekarang ?” terlihat wajah emma merengut saat edward melemparkan pertanyaan itu sambil meraba pipinya.Ingatannya melayang ke kejadian di restoran tadi. Emma yang awalnya menolak ayam goreng yang edward belikan ternyata bisa menghabiskan sampai lima potong paha ayam. Benar - benar memalukan.Jelas - j
Suara keras dari luar masih terdengar sampai ke dalam ruangan mewah yang sudah dipesan untuk pertemuan bisnis yang diadakan oleh salah satu klien edward. Bisa dibilang pertemuan ini dilakukan di sebuah klub malam yang eksklusif, hanya orang - orang tertentu atau memiliki keanggotaan disana saja yang bisa masuk. Tadi saja tanpa sepengetahuan edward ternyata dia sudah menjadi salah satu anggota di klub itu. Tidak hanya keanggotaan di klub malam eksklusif itu saja, edward bahkan bisa mengakses semua fasilitas mewah disana. Mulai dari kamar hotel yang berada di satu gedung besar dengan klub malam, fasilitas golf, pusat kebugaran, sauna, jacuzzi, dan fasilitas mewah lainnya.Klien edward ini adalah beberapa pria muda yang mungkin umurnya tidak jauh berbeda dengannya. Wajah mereka yang terlihat sangat terawat dan rupawan ditambah dengan penampilan setelan jas mewah membuat semua gadis ingin datang mendekat. Tidak terkecuali dengan edward. Saat tiba disana saja beberapa gadis sudah tertarik d
Edward terus diam membeku saat emma berusaha menciumnya. Ciuman itu semakin lama semakin dalam dan menuntut balasan edward. Pada awalnya dia berusaha menahan diri untuk tidak membalas ciuman emma, tapi ketika emma menjauhkan wajahnya hingga bibir mereka terpisah edward merasakan kehilangan.“Kau tidak ingin melakukannya?” tanya emma dengan mata sayunya. “...” edward hanya diam sambil terus memperhatikan emma dengan kedua tangannya yang terkepal kuat. Akhirnya, emma ingin kembali menarik diri untuk duduk seperti biasa walaupun nafasnya masih terengah - engah. Dia tidak tahu hormon apa yang sedang menyerangnya sekarang. Pokoknya yang jelas emma ingin sekali melewati batas untuk menyentuh edward lebih jauh. Dia juga ingin menghapus jejak gadis yang berusaha menyentuh edward.Namun, sebelum emma berhasil kembali menarik diri ternyata saat itu pula pertahan yang dibuat edward runtuh seketika. Satu tangannya menahan lengan emma sedangkan satu tangannya lagi langsung meraih tengkuknya hingg
Pada akhirnya meja makan adalah tempat yang kembali mempertemukan edward dan emma. Sekarang ini mereka berdua sedang duduk sambil menikmati hidangan makan malam dengan saling diam. Entah kenapa, emma merasa canggung melihat sikap edward yang juga diam saja seperti ini saat didekatnya. Padahal biasanya edward selalu menunjukkan perhatian dengan bertanya tentang hal - hal sepele, seperti kegiatan apa saja yang dilakukan emma selama seharian, bahkan terkadang dia juga bertanya pada emma tentang buku yang dibaca hari ini.Suasana hening ini bertahan cukup lama hingga keduanya hampir menyelesaikan makan mereka. Lalu, emma yang merasa tidak suka terjebak dalam situasi seperti ini langsung mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk untuk melihat ke arah edward. Dan ternyata edward sendiri juga sedang memperhatikannya.“Ada apa?’ tanya emma to the point.“Haa? Nggak papa.” edward terlihat terkejut ketika emma yang ternyata sedang memperhatikannya. Tapi seperti biasa, pria itu tidak akan bi
Pada akhirnya meja makan adalah tempat yang kembali mempertemukan edward dan emma. Sekarang ini mereka berdua sedang duduk sambil menikmati hidangan makan malam dengan saling diam. Entah kenapa, emma merasa canggung melihat sikap edward yang juga diam saja seperti ini saat didekatnya. Padahal biasanya edward selalu menunjukkan perhatian dengan bertanya tentang hal - hal sepele, seperti kegiatan apa saja yang dilakukan emma selama seharian, bahkan terkadang dia juga bertanya pada emma tentang buku yang dibaca hari ini.Suasana hening ini bertahan cukup lama hingga keduanya hampir menyelesaikan makan mereka. Lalu, emma yang merasa tidak suka terjebak dalam situasi seperti ini langsung mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk untuk melihat ke arah edward. Dan ternyata edward sendiri juga sedang memperhatikannya.“Ada apa?’ tanya emma to the point.“Haa? Nggak papa.” edward terlihat terkejut ketika emma yang ternyata sedang memperhatikannya. Tapi seperti biasa, pria itu tidak akan bi
Edward terus diam membeku saat emma berusaha menciumnya. Ciuman itu semakin lama semakin dalam dan menuntut balasan edward. Pada awalnya dia berusaha menahan diri untuk tidak membalas ciuman emma, tapi ketika emma menjauhkan wajahnya hingga bibir mereka terpisah edward merasakan kehilangan.“Kau tidak ingin melakukannya?” tanya emma dengan mata sayunya. “...” edward hanya diam sambil terus memperhatikan emma dengan kedua tangannya yang terkepal kuat. Akhirnya, emma ingin kembali menarik diri untuk duduk seperti biasa walaupun nafasnya masih terengah - engah. Dia tidak tahu hormon apa yang sedang menyerangnya sekarang. Pokoknya yang jelas emma ingin sekali melewati batas untuk menyentuh edward lebih jauh. Dia juga ingin menghapus jejak gadis yang berusaha menyentuh edward.Namun, sebelum emma berhasil kembali menarik diri ternyata saat itu pula pertahan yang dibuat edward runtuh seketika. Satu tangannya menahan lengan emma sedangkan satu tangannya lagi langsung meraih tengkuknya hingg
Suara keras dari luar masih terdengar sampai ke dalam ruangan mewah yang sudah dipesan untuk pertemuan bisnis yang diadakan oleh salah satu klien edward. Bisa dibilang pertemuan ini dilakukan di sebuah klub malam yang eksklusif, hanya orang - orang tertentu atau memiliki keanggotaan disana saja yang bisa masuk. Tadi saja tanpa sepengetahuan edward ternyata dia sudah menjadi salah satu anggota di klub itu. Tidak hanya keanggotaan di klub malam eksklusif itu saja, edward bahkan bisa mengakses semua fasilitas mewah disana. Mulai dari kamar hotel yang berada di satu gedung besar dengan klub malam, fasilitas golf, pusat kebugaran, sauna, jacuzzi, dan fasilitas mewah lainnya.Klien edward ini adalah beberapa pria muda yang mungkin umurnya tidak jauh berbeda dengannya. Wajah mereka yang terlihat sangat terawat dan rupawan ditambah dengan penampilan setelan jas mewah membuat semua gadis ingin datang mendekat. Tidak terkecuali dengan edward. Saat tiba disana saja beberapa gadis sudah tertarik d
‘Sayang ?’Kata itu terus terngiang di telinga emma. Dia tidak salah dengar kan ?Edward yang sedang menyetir langsung menolehkan kepalanya saat mereka berhenti di lampu merah.“Kau baik - baik saja, em?” tanya edward yang khawatir saat melihat wajah adiknya bersemu merah.“...”“Apa kau mabuk ?” tanya edward lagi karena dia tak mendapatkan jawaban dari sang adik yang kini sedang senyum - senyum sendiri.“...”“Em…. emma…” kali ini edward menyentuh lengan adiknya.“Apa?” jawab emma dengan wajah terkejutnya, seakan dia baru saja kembali dari dunianya yang lain.“Kau baik - baik saja ?” edward mengulang pertanyaannya.“Aku baik - baik saja, ed.”“Tapi wajahmu merah, em. Apa kau sangat mabuk sekarang ?” terlihat wajah emma merengut saat edward melemparkan pertanyaan itu sambil meraba pipinya.Ingatannya melayang ke kejadian di restoran tadi. Emma yang awalnya menolak ayam goreng yang edward belikan ternyata bisa menghabiskan sampai lima potong paha ayam. Benar - benar memalukan.Jelas - j
Sepanjang perjalanan, senyum emma selalu menghiasi wajah cantiknya. Bagaimana tidak, dia tanpa bersusah payah memikirkan cara untuk bisa mendapatkan edward justru seperti sedang memenangkan undian. Dia malah menerima ajakan menjadi kekasih langsung dari edward. Ya… walaupun mungkin menjadi kekasih yang bukan dalam artian yang sebenarnya. Tapi dengan mengakui edward sebagai kekasihnya jika ada yang bertanya saja sudah cukup membuatnya bahagia, mungkin saja kan suatu saat nanti semua itu menjadi kenyataan. Sejenak emma melupakan hubungan darahnya bersama edward. Dia lupa bahwa didalam tubuh mereka mengalir darah yang sama. Dan seharusnya semua ini tidak terjadi. Tapi perasaannya pada edward juga tidak bisa dipendam lagi. Mungkin ini yang dinamakan cinta buta. Sangat buta, hingga seseorang lupa bagaimana status hubungannya. “Ed…” panggil emma saat edward terlihat sedang fokus menyetir. “Ada apa ?” “Kau ingin berkencan denganku ?” tanya emma dengan sedikit ragu - ragu. “APA ?!” ed
Hari dimana aktifitas harus segera dimulai sudah tiba. Hari ini adalah hari pertama emma ke kampus barunya. Sedangkan edward tentu saja memulai pekerjaannya, walaupun dia masih belum pergi ke kantor. Tapi bekerja dari rumah saja sudah cukup membuat edward sibuk. “Kau kemana setelah kuliah, em ?” tanya edward di tengah - tengah acara sarapannya bersama emma. “Nggak tau, mungkin jalan - jalan, biar aku segera hafal jalanan disini.” “Padahal kau bisa pergi kemana saja tanpa khawatir, navigasi di mobilmu nggak akan menyesatkan em.” kata edward yang dihadiahi sikap cuek emma. Gadis itu kesal, padahal mereka sedang sarapan bersama dan edward mengajaknya mengobrol tapi lihatlah sikap kakaknya sangat menyebalkan. Sebelah tangannya memegang setangkup sandwich sedangkan tangan lainnya sibuk men scroll ipad miliknya. “Aku sudah selesai.” kata emma yang berdiri dan bersiap untuk beranjak pergi meninggalkan edward. Dengan bingung edward melihat emma pergi tanpa menyentuh sarapannya. “Em, t
“Aku juga menyayangimu, ed.” Walaupun sejujurnya emma terkejut mendengar ungkapan rasa sayang edward padanya yang terdengar berbeda dari biasanya, dia tetap mencoba bertahan dengan menegarkan hatinya. Tapi pada akhirnya semua pertahanan itu runtuh saat edward mendekat dan mendekapnya erat. Sebuah pelukan hangat dan ungkapan rasa sayang yang sangat tulus itu terdengar bukan berasal dari seorang kakak pada adiknya. Justru terdengar lebih dari itu. Begitu tulus hingga menyentuh relung hati emma. Badan emma tiba - tiba gemetar hebat. “Kau baik - baik saja ?” tanya edward yang khawatir. “Aku….mandi dulu ya.” pamit emma, dengan segera dia melepaskan tubuhnya dari pelukan kakaknya. Lalu, dia terburu - buru lari menuju kamar miliknya. Ya, kamarnya. Hanya disana dia bisa bersembunyi untuk sementara waktu. Kejadian barusan terlalu cepat dan tepat sasaran. Bahkan tubuhnya saja gemetar setelah diperlakukan seperti itu, bagaimana dengan hatinya sudah bisa dipastikan meleleh tak karuan. Setela
Setelah beristirahat seharian setelah kedatangan mereka, emma dan edward merasa lebih baik. Terutama emma, dia benar - benar menikmati indahnya hidup semenjak menginjakkan kaki di Korea. Dunia yang edward ciptakan sangatlah sempurna, hingga wanita manapun yang mendapatkan perlakuan seperti ini akan bertekuk lutut mungkin. Hanya saja karena yang mendapatkannya adalah seorang emma dan sayangnya mereka memiliki sebuah hubungan persaudaraan, jadi dia mengurungkan niat untuk terlena dan menjatuhkan hatinya untuk edward. Padahal di dalam lubuk hatinya yang terdalam emma ingin sekali memutar waktu dan mengatur takdir mereka. Agar mereka tidak ditakdirkan sebagai saudara, melainkan sebagai sepasang kekasih yang memiliki masa depan indah bersama. “...” diam - diam emma menghembuskan nafasnya berat, setelah otaknya itu memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi. “Ada apa ?” tanya edward yang sedang duduk di sebelah emma sambil memperhatikan laptop di pangkuannya. “Enggak. Aku cuma bosan.” kata
“Kau baik - baik saja, ed ?” tanya emma saat dia sedang menyandarkan kepalanya di dada edward.Dengan wajah yang tegang, bahkan tangan edward kini sudah dingin bagaikan es dia terus mencoba bersikap biasa saja. Tapi emma tidak bisa begitu, dengan jelas dia mendengarkan detak jantung kakaknya yang tidak beraturan.Sesekali emma mengecek suhu tubuh edward dengan menyentuh kening pria itu.“Nggak panas, tapi kenapa mukamu pucat gitu sih ed ?” emma terlihat khawatir saat memperhatikan wajah kakaknya dengan seksama. Terlihat sekali seperti sedang tidak sehat, tapi edward tidak mengeluh tentang apapun.“....” edward hanya diam saja.“Ah…. mungkin karena kau minum kopi di pagi hari saat perut kosong, ed.” kata emma dengan semangat seakan sedang memecahkan sebuah teka - teki.“Nggak em, aku baik - baik saja. Mungkin aku hanya lelah.” jawab edward yang mencari alasan sambil mencoba merebahkan tubuhnya dengan mengubah posisi kursinya yang tadinya duduk menjadi tempat tidur. Tapi tanpa sengaja ta