Edward termenung sebentar di ruang tamu. Sikap emma kali ini sungguh membuatnya takut. Takut tentang kebenaran bahwa adiknya itu sudah tidak ingin tinggal.
Berat rasanya harus berangkat ke kantor pagi ini. Tapi edward tetap berangkat walaupun dengan berat hati. Dia memasuki mobil mewah berwarna hitam miliknya.
Saat mobilnya hampir melewati sebuah gerbang besar tempat keluar masuk komplek perumahannya, edward melihat mobil yang sangat di kenali.
"Brengsek!!! Mau ngapain lagi tuh anak!!" Maki edward yang akhirnya memilih untuk memutar balik mobilnya. Dia tidak ingin adik kesayangannya bertemu dengan pria yang semalam sudah dia buat babak belur.
Edward sangat mengenal yucha dengan baik, bisa dipastikan bahwa dia pasti akan mengarang cerita pada emma dan memutarbalikkan fakta tentang wajahnya yang babak belur akibat kemarahan edward.
Tapi aneh, wajah emma pun tidak terlihat bahagia saat melihat kedatangan yucha. Justru wajah jutek adiknya itu sangat mendominasi. 'Apa semarah itu dia padaku?'
Tiba - tiba emma mendekat pada yucha dan menampar pria yang merupakan kekasihnya itu tepat di pipi yang terdapat memar diujung bibirnya. Edward terkejut dan memilih turun untuk menahan emosi adiknya.
"Em... ada apa ?" Tanya edward sambil menarik adiknya mundur. Yucha terlihat sangat kesakitan akibat tamparan emma, terlihat sangat jelas karena ujung bibirnya yang sudah lebam itu kembali mengeluarkan darah.
Emma justru menghempas pelukan edward dan berbalik. "Apa sulit mengatakan yang sebenarnya padaku ?" Tanya emma menuntut. Edward bingung mendengar pertanyaan adiknya.
"Apa aku harus mengetahui kebenaran ini dari orang lain ?" Tanyanya lagi.
"Em... aku bisa jelasin." Kata yucha memotong pembicaraan emma dan edward.
Emma menoleh dan menatap tajam yucha. "Dan elu diem aja!!! Mulai sekarang gua bukan kekasih lu lagi!! Dasar lelaki menjijikkan!!!" Maki emma sambil menampilkan wajah yang sangat mengejek menurut yucha. Lalu pergi meninggalkan kedua pria itu.
"Em... emma... tunggu!!" Panggil yucha lagi yang sudah pasti tidak mendapat respon emma sama sekali. Karena gadis itu sudah masuk ke dalam rumahnya.
"Lu, mending buruan pergi atau gua bakal bikin wajah tampan lu semakin babak belur!!!" Ancam edward. Membuat yucha berdecih dan pergi meninggalkan rumah mewah milik kekasihnya. Bukan... bukan kekasihnya lagi, mungkin lebih terpatnya mantan kekasih.
Setelah yucha pergi, edward segera mengejar adiknya. Tapi dia justru menemukan emma yang duduk di pinggir kolam renang sambil merendam kakinya.
"Em..." panggilnya.
Tidak ada jawaban. Emma benar - benar menulikan telinganya dari panggilan edward. Menanggap bahwa kakaknya itu tidak ada.
"Maaf.." dengan penuh penyesalan edward mengatakan permintaan maafnya.
Emma menolehkan kepalanya. "Untuk ?"
"Karena nggak ngelibatin kamu untuk urusan yucha semalam. Seharusnya aku nggak gegabah dan menyelesaikan semua sendiri."
"Aku tidak bisa melihat dia menyakitimu lagi, em." Kata edward lirih. Terlihat ketulusan di mata kakaknya, membuat emma tidak tega.
Emma berdehem, "Seharusnya kamu kasih tau aku tentang kejadian semalam, ed. Dengan begitu kita bisa bekerja sama membuat laki - laki brengsek itu babak belur." Katanya dengan wajah datar. Tapi di telinga edward kata - kata adiknya mengandung sedikit lelucon.
Edward justru tersenyum mendengar kata - kata adiknya. Dia tau emma sudah tidak marah lagi padanya.
"Aku belum maafin kamu ya, ed." Lanjutnya lagi. Membuat senyum edward menghilang begitu saja.
Sekarang giliran emma yang justru tertawa terbahak - bahak melihat wajah cemberut kakaknya.
"Siapkan kuliahku ke korea, ed. Setelah itu aku baru akan memaafkanmu." Wajah edward semakin tertekuk mendengar syarat yang diajukan emma.
"Em..."
"Dan kau harus menemaniku selama kuliah disana." Lanjut emma lagi.
"Lalu perusahaan ?"
"Apa perusahaan lebih penting daripada aku, ed ?" Edward menggeleng, sungguh baginya emma dan keluarganya adalah yang paling berharga dihidupnya.
"Kita buat pria tua itu bekerja lebih keras selama aku kuliah disana." Kata emma penuh dengan senyum licik.
"Apa rencanamu. em ?"
"Membuat pria tua itu tidak memiliki waktu untuk istri dan anak minionnya." Jawabnya cuek sambil mengangkat bahu.
Edward tersenyum. Adiknya ini memang sangatlah licik, jika sudah ada yang menyakiti hatinya.
"Ed.. jangan lupa, aku juga butuh mobil dan tempat tinggal yang nyaman selama disana." Pesan emma. Kakaknya itu hanya mengangguk.
Emma langsung saja berdiri dan berjalan menuju edward, mencium pipinya singkat. "Aku menyayangimu, ed. Kau yang terbaik." Lalu pergi begitu saja, membuat edward terdiam kaku karena perilaku adiknya. Entah kenapa detak jantungnya berdetak tak beraturan.
'Tidak... ini tidak benar.' Katany dalam hati.
**
Edward sangat sibuk akhir - akhir ini, dia sedang menyiapkan semuanya.
Agar saat dirinya menemani emma nanti tidak perlu untuk meninggalkan adiknya itu sendirian hanya untuk urusan pekerjaan. Edward sengaja membuka peluang kerjasama antara perusahaan miliknya dengan perusahaan yang ada di korea. Jadi, perusahaan tetap berjalan walaupun dia tidak berada di kantor setiap hari.
Mungkin kuliah emma hanya memakan waktu setahun kurang lebih. Selama itu pula dia bisa membesarkan peluang untuk memperluas perusahan miliknya.
Sebelumnya pun edward memang sudah banyak melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan di Asia Tenggara. Jadi ini bukan hal yang baru untuknya, walaupun umurnya masih terbilang sangat muda.
"Ed... apa yang bisa mami bantu ?" Tanya elina.
Edward menggeleng. "Mam, apa mami bisa urus semua sendiri selama edward menemani emma ?" Tanyanya.
"Emma lebih membutuhkanmu, sayang. Selama ini hanya kamu yang menemani emma selain mami. Jadi, mami titip anak kesayangan mami ya." Pesan elina, lalu mencium kening edward.
"Tentu, mam." Janji edward pada ibunya. Di dunia edward hanya ada 2 wanita yang sangat di cintai, hanya emma dan maminya. Selama hidupnya edward berusaha selalu ada untuk kedua wanita ini dalam kondisi apapun. Bahkan saat tersulit yang terjadi di dalam keluarga mereka.
Dia merupakan anak sulung di keluarga mereka, siapa lagi yang melindungi mami dan adik - adiknya jika bukan dia. Semenjak papinya memilih untuk meninggalkan mereka, edward memiliki beban berat dibahunya. Dia tidak ingin menjadi lelaki brengsek seperti papinya.
Apalagi dia menjadi saksi kehancuran hati emma saat itu. Bahkan kemarahan adiknya benar - benar tak terbendung hingga detik ini. Papinya meninggalkan mereka di usia transisi emma dan edward. Jadi sangatlah wajar jika emma melakukan hal bodoh waktu itu
Tapi tidak untuk edward, dia menyikapi dengan dewasa saat melihat maminya yang sangat tegar.
Hingga hari ini emma masih marah pada papinya. Terlalu besar harapan yang dia taruh pada 'pria tua' itu. Jadi di mata edward wajar jika rasa kecewa diantara ayah dan anak perempuannya menjadi sangat jauh. Walaupun sudah berbagai cara dilakukan papinya untuk mendapatkan maaf dari emma.
Nasib itulah yang di terima yucha saat emma memergokinya berselingkuh. Meskipun mantan kekasihnya itu mengatakan bahwa dia hanya bersenang - senang saja, tapi tidak bagi emma dan edward. Itu adalah salah satu sikap yang membuka gerbang perselingkuhan di masa depan.
Dan tentunya emma tidak akan mempertaruhkan masa depannya hanya untuk bersama pria yang memiliki tabiat sama seperti papinya. Alasan itulah mengapa edward tidak ingin melibatkan emma. Karena dia saja sudah cukup tersakiti melihat hal itu, apalagi adiknya.
Edward tersadar setelah tenggelam dalam lamunannya. Dia sebenarnya bahagia bisa menemani adiknya tapi juga khawatir. Setelah kejadian ciuman di pipi itu, entah kenapa setiap kali emma menyentuhnya atau tiba - tiba memeluknya manja jantungnya kembali bedetak yak beraturan. Tidak mungkin kan dia jatuh cinta pada adiknya sendiri ?
Dia kembali memikirkan cara apa untuk meminimalisasi untuk menghindari hal - hal yang tidak diinginkan.
"Ed.... apa kau sibuk ?" Panggil emma yang ternyata sudah sejak tadi berada di ruang kantornya. Tapi edward masih saja tidak bergeming. Emma melangkah maju lalu menyandarkan kepalanya di bahu edward sambil memperhatikan laptop milik kakaknya.
"Ed!!!! Kau melamunkan apa, hah ?" Kata emma yang sedikit berteriak. Tapi akhirnya berhasil menyadarkannya. Edward baru sadar bahwa kepala adiknya itu sudah tersandar di bahunya.
"Ka-kapan kau datang ?" Tanya edward dengan terbata.
"Sejak tadi!! Ada apa denganmu, ed ? Kau memikirkan apa ?" Tanya emma beruntun.
"Nggak ada."
"Bohong!! Laptopmu aja mati. Apa yang kau pikirkan ?" Edward kembali menggeleng.
"Ada apa ?"
"Ayo kita berbelanja beberapa keperluan untuk pergi kesana." Ajak emma dengan nada manja.
"Semuanya sudah ku siapkan, em. Kau bahkan bisa berangkat hanya membawa dompet, paspor, dan ponselmu saja." Jelas edward.
"Baiklah, kalo gitu aku ingin makan bersamamu." Ajak emma lagi, kini tangannya menarik lengan kakaknya.
'Apa dia nggak sadar sikapnya yang seperti ini membuat jantungku sakit ?'
**
"Baiklah, kau ingin makan apa kali ini ?" Tanya edward yang langsung bersikap sangat lembut pada adiknya."Entahlah, bagaimana jika pergi ke mall saja. Nanti akan ku pikirkan saat berjalan - jalan disana."Edward mengacak - acak rambut adiknya itu hingga emma kesal, tapi sungguh walaupun emma hanya beralasan saja untuk mengajaknya makan itu pun tidak masalah. Asalkan berjalan bersama seperti ini saja sudah cukup bagi edward."Kau merusak rambutku, ed!!! Aku menatanya dengan susah payah tadi." Omel emma sepanjang perjalanan mereka menuju ke parkiran."Tenang aja, kau tetap terlihat cantik meskipun berantakan sekalipun. Kita hitung saja berapa banyak cowok yang ingin berkenalan denganmu hari ini. Berani bertaruh ?" Tantang edward membuat tawa emma seketika pecah. Sejak kapan ada pria lain yang berani mendekatinya selama ini ?Wajah jutek dan sikap dingin khas emma itu selalu terpampang nyata jika berada di luar. Tapi meski begitu, tidak sedikit pula pria yang rela menolehkan kepalanya ha
“Kau baik - baik saja, ed ?” tanya emma saat dia sedang menyandarkan kepalanya di dada edward.Dengan wajah yang tegang, bahkan tangan edward kini sudah dingin bagaikan es dia terus mencoba bersikap biasa saja. Tapi emma tidak bisa begitu, dengan jelas dia mendengarkan detak jantung kakaknya yang tidak beraturan.Sesekali emma mengecek suhu tubuh edward dengan menyentuh kening pria itu.“Nggak panas, tapi kenapa mukamu pucat gitu sih ed ?” emma terlihat khawatir saat memperhatikan wajah kakaknya dengan seksama. Terlihat sekali seperti sedang tidak sehat, tapi edward tidak mengeluh tentang apapun.“....” edward hanya diam saja.“Ah…. mungkin karena kau minum kopi di pagi hari saat perut kosong, ed.” kata emma dengan semangat seakan sedang memecahkan sebuah teka - teki.“Nggak em, aku baik - baik saja. Mungkin aku hanya lelah.” jawab edward yang mencari alasan sambil mencoba merebahkan tubuhnya dengan mengubah posisi kursinya yang tadinya duduk menjadi tempat tidur. Tapi tanpa sengaja ta
Setelah beristirahat seharian setelah kedatangan mereka, emma dan edward merasa lebih baik. Terutama emma, dia benar - benar menikmati indahnya hidup semenjak menginjakkan kaki di Korea. Dunia yang edward ciptakan sangatlah sempurna, hingga wanita manapun yang mendapatkan perlakuan seperti ini akan bertekuk lutut mungkin. Hanya saja karena yang mendapatkannya adalah seorang emma dan sayangnya mereka memiliki sebuah hubungan persaudaraan, jadi dia mengurungkan niat untuk terlena dan menjatuhkan hatinya untuk edward. Padahal di dalam lubuk hatinya yang terdalam emma ingin sekali memutar waktu dan mengatur takdir mereka. Agar mereka tidak ditakdirkan sebagai saudara, melainkan sebagai sepasang kekasih yang memiliki masa depan indah bersama. “...” diam - diam emma menghembuskan nafasnya berat, setelah otaknya itu memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi. “Ada apa ?” tanya edward yang sedang duduk di sebelah emma sambil memperhatikan laptop di pangkuannya. “Enggak. Aku cuma bosan.” kata
“Aku juga menyayangimu, ed.” Walaupun sejujurnya emma terkejut mendengar ungkapan rasa sayang edward padanya yang terdengar berbeda dari biasanya, dia tetap mencoba bertahan dengan menegarkan hatinya. Tapi pada akhirnya semua pertahanan itu runtuh saat edward mendekat dan mendekapnya erat. Sebuah pelukan hangat dan ungkapan rasa sayang yang sangat tulus itu terdengar bukan berasal dari seorang kakak pada adiknya. Justru terdengar lebih dari itu. Begitu tulus hingga menyentuh relung hati emma. Badan emma tiba - tiba gemetar hebat. “Kau baik - baik saja ?” tanya edward yang khawatir. “Aku….mandi dulu ya.” pamit emma, dengan segera dia melepaskan tubuhnya dari pelukan kakaknya. Lalu, dia terburu - buru lari menuju kamar miliknya. Ya, kamarnya. Hanya disana dia bisa bersembunyi untuk sementara waktu. Kejadian barusan terlalu cepat dan tepat sasaran. Bahkan tubuhnya saja gemetar setelah diperlakukan seperti itu, bagaimana dengan hatinya sudah bisa dipastikan meleleh tak karuan. Setela
Hari dimana aktifitas harus segera dimulai sudah tiba. Hari ini adalah hari pertama emma ke kampus barunya. Sedangkan edward tentu saja memulai pekerjaannya, walaupun dia masih belum pergi ke kantor. Tapi bekerja dari rumah saja sudah cukup membuat edward sibuk. “Kau kemana setelah kuliah, em ?” tanya edward di tengah - tengah acara sarapannya bersama emma. “Nggak tau, mungkin jalan - jalan, biar aku segera hafal jalanan disini.” “Padahal kau bisa pergi kemana saja tanpa khawatir, navigasi di mobilmu nggak akan menyesatkan em.” kata edward yang dihadiahi sikap cuek emma. Gadis itu kesal, padahal mereka sedang sarapan bersama dan edward mengajaknya mengobrol tapi lihatlah sikap kakaknya sangat menyebalkan. Sebelah tangannya memegang setangkup sandwich sedangkan tangan lainnya sibuk men scroll ipad miliknya. “Aku sudah selesai.” kata emma yang berdiri dan bersiap untuk beranjak pergi meninggalkan edward. Dengan bingung edward melihat emma pergi tanpa menyentuh sarapannya. “Em, t
Sepanjang perjalanan, senyum emma selalu menghiasi wajah cantiknya. Bagaimana tidak, dia tanpa bersusah payah memikirkan cara untuk bisa mendapatkan edward justru seperti sedang memenangkan undian. Dia malah menerima ajakan menjadi kekasih langsung dari edward. Ya… walaupun mungkin menjadi kekasih yang bukan dalam artian yang sebenarnya. Tapi dengan mengakui edward sebagai kekasihnya jika ada yang bertanya saja sudah cukup membuatnya bahagia, mungkin saja kan suatu saat nanti semua itu menjadi kenyataan. Sejenak emma melupakan hubungan darahnya bersama edward. Dia lupa bahwa didalam tubuh mereka mengalir darah yang sama. Dan seharusnya semua ini tidak terjadi. Tapi perasaannya pada edward juga tidak bisa dipendam lagi. Mungkin ini yang dinamakan cinta buta. Sangat buta, hingga seseorang lupa bagaimana status hubungannya. “Ed…” panggil emma saat edward terlihat sedang fokus menyetir. “Ada apa ?” “Kau ingin berkencan denganku ?” tanya emma dengan sedikit ragu - ragu. “APA ?!” ed
‘Sayang ?’Kata itu terus terngiang di telinga emma. Dia tidak salah dengar kan ?Edward yang sedang menyetir langsung menolehkan kepalanya saat mereka berhenti di lampu merah.“Kau baik - baik saja, em?” tanya edward yang khawatir saat melihat wajah adiknya bersemu merah.“...”“Apa kau mabuk ?” tanya edward lagi karena dia tak mendapatkan jawaban dari sang adik yang kini sedang senyum - senyum sendiri.“...”“Em…. emma…” kali ini edward menyentuh lengan adiknya.“Apa?” jawab emma dengan wajah terkejutnya, seakan dia baru saja kembali dari dunianya yang lain.“Kau baik - baik saja ?” edward mengulang pertanyaannya.“Aku baik - baik saja, ed.”“Tapi wajahmu merah, em. Apa kau sangat mabuk sekarang ?” terlihat wajah emma merengut saat edward melemparkan pertanyaan itu sambil meraba pipinya.Ingatannya melayang ke kejadian di restoran tadi. Emma yang awalnya menolak ayam goreng yang edward belikan ternyata bisa menghabiskan sampai lima potong paha ayam. Benar - benar memalukan.Jelas - j
Suara keras dari luar masih terdengar sampai ke dalam ruangan mewah yang sudah dipesan untuk pertemuan bisnis yang diadakan oleh salah satu klien edward. Bisa dibilang pertemuan ini dilakukan di sebuah klub malam yang eksklusif, hanya orang - orang tertentu atau memiliki keanggotaan disana saja yang bisa masuk. Tadi saja tanpa sepengetahuan edward ternyata dia sudah menjadi salah satu anggota di klub itu. Tidak hanya keanggotaan di klub malam eksklusif itu saja, edward bahkan bisa mengakses semua fasilitas mewah disana. Mulai dari kamar hotel yang berada di satu gedung besar dengan klub malam, fasilitas golf, pusat kebugaran, sauna, jacuzzi, dan fasilitas mewah lainnya.Klien edward ini adalah beberapa pria muda yang mungkin umurnya tidak jauh berbeda dengannya. Wajah mereka yang terlihat sangat terawat dan rupawan ditambah dengan penampilan setelan jas mewah membuat semua gadis ingin datang mendekat. Tidak terkecuali dengan edward. Saat tiba disana saja beberapa gadis sudah tertarik d
Pada akhirnya meja makan adalah tempat yang kembali mempertemukan edward dan emma. Sekarang ini mereka berdua sedang duduk sambil menikmati hidangan makan malam dengan saling diam. Entah kenapa, emma merasa canggung melihat sikap edward yang juga diam saja seperti ini saat didekatnya. Padahal biasanya edward selalu menunjukkan perhatian dengan bertanya tentang hal - hal sepele, seperti kegiatan apa saja yang dilakukan emma selama seharian, bahkan terkadang dia juga bertanya pada emma tentang buku yang dibaca hari ini.Suasana hening ini bertahan cukup lama hingga keduanya hampir menyelesaikan makan mereka. Lalu, emma yang merasa tidak suka terjebak dalam situasi seperti ini langsung mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk untuk melihat ke arah edward. Dan ternyata edward sendiri juga sedang memperhatikannya.“Ada apa?’ tanya emma to the point.“Haa? Nggak papa.” edward terlihat terkejut ketika emma yang ternyata sedang memperhatikannya. Tapi seperti biasa, pria itu tidak akan bi
Edward terus diam membeku saat emma berusaha menciumnya. Ciuman itu semakin lama semakin dalam dan menuntut balasan edward. Pada awalnya dia berusaha menahan diri untuk tidak membalas ciuman emma, tapi ketika emma menjauhkan wajahnya hingga bibir mereka terpisah edward merasakan kehilangan.“Kau tidak ingin melakukannya?” tanya emma dengan mata sayunya. “...” edward hanya diam sambil terus memperhatikan emma dengan kedua tangannya yang terkepal kuat. Akhirnya, emma ingin kembali menarik diri untuk duduk seperti biasa walaupun nafasnya masih terengah - engah. Dia tidak tahu hormon apa yang sedang menyerangnya sekarang. Pokoknya yang jelas emma ingin sekali melewati batas untuk menyentuh edward lebih jauh. Dia juga ingin menghapus jejak gadis yang berusaha menyentuh edward.Namun, sebelum emma berhasil kembali menarik diri ternyata saat itu pula pertahan yang dibuat edward runtuh seketika. Satu tangannya menahan lengan emma sedangkan satu tangannya lagi langsung meraih tengkuknya hingg
Suara keras dari luar masih terdengar sampai ke dalam ruangan mewah yang sudah dipesan untuk pertemuan bisnis yang diadakan oleh salah satu klien edward. Bisa dibilang pertemuan ini dilakukan di sebuah klub malam yang eksklusif, hanya orang - orang tertentu atau memiliki keanggotaan disana saja yang bisa masuk. Tadi saja tanpa sepengetahuan edward ternyata dia sudah menjadi salah satu anggota di klub itu. Tidak hanya keanggotaan di klub malam eksklusif itu saja, edward bahkan bisa mengakses semua fasilitas mewah disana. Mulai dari kamar hotel yang berada di satu gedung besar dengan klub malam, fasilitas golf, pusat kebugaran, sauna, jacuzzi, dan fasilitas mewah lainnya.Klien edward ini adalah beberapa pria muda yang mungkin umurnya tidak jauh berbeda dengannya. Wajah mereka yang terlihat sangat terawat dan rupawan ditambah dengan penampilan setelan jas mewah membuat semua gadis ingin datang mendekat. Tidak terkecuali dengan edward. Saat tiba disana saja beberapa gadis sudah tertarik d
‘Sayang ?’Kata itu terus terngiang di telinga emma. Dia tidak salah dengar kan ?Edward yang sedang menyetir langsung menolehkan kepalanya saat mereka berhenti di lampu merah.“Kau baik - baik saja, em?” tanya edward yang khawatir saat melihat wajah adiknya bersemu merah.“...”“Apa kau mabuk ?” tanya edward lagi karena dia tak mendapatkan jawaban dari sang adik yang kini sedang senyum - senyum sendiri.“...”“Em…. emma…” kali ini edward menyentuh lengan adiknya.“Apa?” jawab emma dengan wajah terkejutnya, seakan dia baru saja kembali dari dunianya yang lain.“Kau baik - baik saja ?” edward mengulang pertanyaannya.“Aku baik - baik saja, ed.”“Tapi wajahmu merah, em. Apa kau sangat mabuk sekarang ?” terlihat wajah emma merengut saat edward melemparkan pertanyaan itu sambil meraba pipinya.Ingatannya melayang ke kejadian di restoran tadi. Emma yang awalnya menolak ayam goreng yang edward belikan ternyata bisa menghabiskan sampai lima potong paha ayam. Benar - benar memalukan.Jelas - j
Sepanjang perjalanan, senyum emma selalu menghiasi wajah cantiknya. Bagaimana tidak, dia tanpa bersusah payah memikirkan cara untuk bisa mendapatkan edward justru seperti sedang memenangkan undian. Dia malah menerima ajakan menjadi kekasih langsung dari edward. Ya… walaupun mungkin menjadi kekasih yang bukan dalam artian yang sebenarnya. Tapi dengan mengakui edward sebagai kekasihnya jika ada yang bertanya saja sudah cukup membuatnya bahagia, mungkin saja kan suatu saat nanti semua itu menjadi kenyataan. Sejenak emma melupakan hubungan darahnya bersama edward. Dia lupa bahwa didalam tubuh mereka mengalir darah yang sama. Dan seharusnya semua ini tidak terjadi. Tapi perasaannya pada edward juga tidak bisa dipendam lagi. Mungkin ini yang dinamakan cinta buta. Sangat buta, hingga seseorang lupa bagaimana status hubungannya. “Ed…” panggil emma saat edward terlihat sedang fokus menyetir. “Ada apa ?” “Kau ingin berkencan denganku ?” tanya emma dengan sedikit ragu - ragu. “APA ?!” ed
Hari dimana aktifitas harus segera dimulai sudah tiba. Hari ini adalah hari pertama emma ke kampus barunya. Sedangkan edward tentu saja memulai pekerjaannya, walaupun dia masih belum pergi ke kantor. Tapi bekerja dari rumah saja sudah cukup membuat edward sibuk. “Kau kemana setelah kuliah, em ?” tanya edward di tengah - tengah acara sarapannya bersama emma. “Nggak tau, mungkin jalan - jalan, biar aku segera hafal jalanan disini.” “Padahal kau bisa pergi kemana saja tanpa khawatir, navigasi di mobilmu nggak akan menyesatkan em.” kata edward yang dihadiahi sikap cuek emma. Gadis itu kesal, padahal mereka sedang sarapan bersama dan edward mengajaknya mengobrol tapi lihatlah sikap kakaknya sangat menyebalkan. Sebelah tangannya memegang setangkup sandwich sedangkan tangan lainnya sibuk men scroll ipad miliknya. “Aku sudah selesai.” kata emma yang berdiri dan bersiap untuk beranjak pergi meninggalkan edward. Dengan bingung edward melihat emma pergi tanpa menyentuh sarapannya. “Em, t
“Aku juga menyayangimu, ed.” Walaupun sejujurnya emma terkejut mendengar ungkapan rasa sayang edward padanya yang terdengar berbeda dari biasanya, dia tetap mencoba bertahan dengan menegarkan hatinya. Tapi pada akhirnya semua pertahanan itu runtuh saat edward mendekat dan mendekapnya erat. Sebuah pelukan hangat dan ungkapan rasa sayang yang sangat tulus itu terdengar bukan berasal dari seorang kakak pada adiknya. Justru terdengar lebih dari itu. Begitu tulus hingga menyentuh relung hati emma. Badan emma tiba - tiba gemetar hebat. “Kau baik - baik saja ?” tanya edward yang khawatir. “Aku….mandi dulu ya.” pamit emma, dengan segera dia melepaskan tubuhnya dari pelukan kakaknya. Lalu, dia terburu - buru lari menuju kamar miliknya. Ya, kamarnya. Hanya disana dia bisa bersembunyi untuk sementara waktu. Kejadian barusan terlalu cepat dan tepat sasaran. Bahkan tubuhnya saja gemetar setelah diperlakukan seperti itu, bagaimana dengan hatinya sudah bisa dipastikan meleleh tak karuan. Setela
Setelah beristirahat seharian setelah kedatangan mereka, emma dan edward merasa lebih baik. Terutama emma, dia benar - benar menikmati indahnya hidup semenjak menginjakkan kaki di Korea. Dunia yang edward ciptakan sangatlah sempurna, hingga wanita manapun yang mendapatkan perlakuan seperti ini akan bertekuk lutut mungkin. Hanya saja karena yang mendapatkannya adalah seorang emma dan sayangnya mereka memiliki sebuah hubungan persaudaraan, jadi dia mengurungkan niat untuk terlena dan menjatuhkan hatinya untuk edward. Padahal di dalam lubuk hatinya yang terdalam emma ingin sekali memutar waktu dan mengatur takdir mereka. Agar mereka tidak ditakdirkan sebagai saudara, melainkan sebagai sepasang kekasih yang memiliki masa depan indah bersama. “...” diam - diam emma menghembuskan nafasnya berat, setelah otaknya itu memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi. “Ada apa ?” tanya edward yang sedang duduk di sebelah emma sambil memperhatikan laptop di pangkuannya. “Enggak. Aku cuma bosan.” kata
“Kau baik - baik saja, ed ?” tanya emma saat dia sedang menyandarkan kepalanya di dada edward.Dengan wajah yang tegang, bahkan tangan edward kini sudah dingin bagaikan es dia terus mencoba bersikap biasa saja. Tapi emma tidak bisa begitu, dengan jelas dia mendengarkan detak jantung kakaknya yang tidak beraturan.Sesekali emma mengecek suhu tubuh edward dengan menyentuh kening pria itu.“Nggak panas, tapi kenapa mukamu pucat gitu sih ed ?” emma terlihat khawatir saat memperhatikan wajah kakaknya dengan seksama. Terlihat sekali seperti sedang tidak sehat, tapi edward tidak mengeluh tentang apapun.“....” edward hanya diam saja.“Ah…. mungkin karena kau minum kopi di pagi hari saat perut kosong, ed.” kata emma dengan semangat seakan sedang memecahkan sebuah teka - teki.“Nggak em, aku baik - baik saja. Mungkin aku hanya lelah.” jawab edward yang mencari alasan sambil mencoba merebahkan tubuhnya dengan mengubah posisi kursinya yang tadinya duduk menjadi tempat tidur. Tapi tanpa sengaja ta