Share

Memories

Penulis: Kennie Re
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-25 22:10:15

TIGA TAHUN SEBELUMNYA (FLASHBACK)

        Sebuah sedan berwarna silver berhenti tepat di sebuah bangunan yang terlihat lama tak ditinggali. Halaman depan dipenuhi daun kering yang berserakan. Pagarnya yang hanya sebatas lutut orang dewasa sudah berkarat dan tidak tegak lagi.

        Wanita bersetelan jas hitam turun dan berjalan memasuki pekarangan rumah dikawal dua orang dengan pakaian yang hampir serupa.

        Salah satunya membuka pagar dan mempersilahkan wanita bertubuh jenjang itu untuk berjalan di depan. Sampai di ambang pintu, seorang wanita setengah baya tergopoh-gopoh menyambutnya.

        "Silahkan masuk, Abby," ucap wanita itu.

        Gadis itu mengangguk kemudian melangkah perlahan, sekilas mengedar pandangan pada seisi ruangan yang ia lewati. Masih sama seperti sebelumnya, delapan belas tahun yang lalu. Terasa kosong. Hanya tatapan dingin yang terpancar dari manik mata berhiaskan bulu lentik—makin mempercantik parasnya.

        Di sudut ruangan itu teronggok piano kesayangan, hadiah ulang tahun dari ayahnya dulu. Mereka sering memainkannya bersama setiap sore hari. Tepat di jam yang sama seperti saat ini. Memori itu terus mengalun dalam ingatan gadis itu, seperti alunan musik yang selalu dimainkannya.

        "Ada apa, Nona?" tanya salah seorang pria bertubuh gempal yang sejak tadi mengiring langkahnya. Gadis itu menggeleng.

        "Rumah ini terasa begitu kosong dan hampa," jawabnya, lirih. Masih mengedar pandangan sembari mengumpulkan serpihan kenangan yang berceceran.

        Tak ada komentar yang keluar dari mulut pengawalnya. Tak ada satu pun dari mereka yang mengetahui dengan jelas asal-usul bos wanitanya itu.

        Gadis itu melanjutkan langkah hingga tiba di sebuah ruangan yang gelap. Hanya diterangi secercah sinar mentari yang menyeruak lewat celah tirai.

        Seorang pria berbaring di atas ranjang dengan tatapan kosong ke langit-langit kamar. Wanita itu mendekat demi menyentuh lengan kokoh yang kini tinggal tulang.

        "Aku pulang, Papa." Bibir merahnya berusaha menyunggingkan senyum. Namun, matanya tak mampu berbohong, ingin sekali menumpahkan jutaan bulir bening yang terkumpul di balik kelopak matanya, tetapi ditahannya sekuat tenaga.

        Pria itu tetap bergeming, membuat gadis itu menelan salivanya. Menelan rasa sakit yang kini menjalari relung hati. Pria yang sangat ia cintai, cinta pertamanya, kini terbaring layaknya mayat hidup. Tak ada seorang pun yang mampu menolong.

        Suara mesin yang terhubung dengan selang yang menyokong kehidupan pria itu tak henti berbunyi mengiringi kesunyian dan kebisuan dua orang yang sesungguhnya saling mencintai.

        "Papa ...," panggilnya lagi, lirih. Hatinya perih bagai teriris sembilu melihat kondisi Ayah tercintanya. Ia berbalik dan bergegas pergi dari ruangan itu. Menutup pintu kamar perlahan kemudian menumpahkan tangis yang sejak tadi ditahan.

        "Aku akan tepati janjiku, Papa. Mereka tak akan pernah kubiarkan hidup dengan tenang," ucapnya, bermonolog sebelum kemudian kembali melangkah, meninggalkan tempat yang pernah membawa jutaan kenangan dalam hidupnya. Kenangan yang tak akan pernah mati meski tanah membenamkan jasadnya suatu saat nanti.

        Ia mengusap sisa air mata di pipinya. Yang ia inginkan hanya mencari keadilan untuk ayahnya yang kini sedang sekarat. Ia tak akan tinggal diam. Bagaimana pun caranya, ia akan membalas perbuatan orang yang memberi penderitaan bagi keluarganya.

        ***

        Seorang wanita sudah duduk di kursi kebesarannya sejak pagi buta. Ia tak bisa memejamkan mata malam tadi. Berbagai pikiran berkecamuk mengganggunya. Ia masih berusaha mencari siapa pun yang menyebabkan seorang gadis kecil harus terpisah dari orang tuanya. Merenggut masa kecilnya yang terpaksa harus ia jalani tanpa kasih sayang orang tua.

        Abigail hanya bisa mendesah pasrah setiap kali mengingat kehidupannya yang berubah jadi mimpi buruk sejak kedatangan wanita yang mengaku mengandung anak dari Ayahnya. Ia masih ingat potongan kejadian kala itu. Ia masih berusia 12 tahun, bahagia menanti kehadiran adik yang akan meramaikan rumahnya. Gembira karena akan memiliki teman bermain.

        Namun, kebahagiaan itu seketika musnah ketika wanita yang mengaku kekasih gelap Ayahnya datang dengan membawa kabar mengejutkan.

        Saat itu Ibunya menangis histeris, memukul dada Ayahnya yang berusaha menjelaskan dan menenangkan wanita itu. Suara benda jatuh, dan benda pecah berkeping-keping tak henti menjadi musik pengiring hari itu.

        "Aku tidak menyangka kau tega mengkhianati pernikahan kita, James!" jerit Selena, yang sesekali sesenggukan sembari memegang perutnya.

        James Anderson, Ayahnya tak menyerah untuk membuktikan bahwa perkataan wanita itu tidak benar.

        "Aku berani untuk melakukan tes DNA jika itu bisa membuatmu percaya."

        Abigail percaya pada Ayahnya. Ia masih terlalu kecil, tapi ia yakin akan perkataan pria itu. Ayahnya tak akan mungkin mengkhianati cinta yang telah mereka bangun selama ini. Ia tahu itu, karena Ayahnya sering bercerita, betapa ia bangga dan bahagia karena memiliki Abigail dan Selena. Terlebih calon adik dalam perut ibunya.

        Pria berusia empat puluh tahun itu sangat antusias menghias kamar bayi, membeli segala pernak-pernik dan membawanya pulang, menjadi sebuah kejutan untuk Selena, istrinya. Dan kini hanya karena ucapan seorang wanita, segalanya porak-poranda.

        "Apa konsekuensinya jika ternyata bayi itu adalah milikmu?"

        "Apa pun. Bahkan kau boleh membunuhku jika itu bisa membuat amarahmu mereda."

        Perkataan itu bukan firasat, tapi yang terjadi berikutnya memanglah jauh lebih buruk dari itu. Hasil tes DNA membuktikan bayi itu milik James. Selena yang kala itu dalam kondisi tak menentu mulai menangis histeris, yang kemudian berubah menjadi tawa yang tak henti.

        "Suamiku pembohong ... ha ha ha ha ha ... Suamiku seorang pembohong ...."

        Dan Abigail hanya menyaksikan dari kejauhan ketika ibunya dibawa beberapa orang berseragam putih. James memeluk putrinya agar tak perlu menyaksikan apa yang sedang terjadi, tapi tak mampu menghindari pertanyaan kritis dari gadis yang menginjak remaja itu.

        "Papa, mereka akan membawa Mama ke mana?" tanyanya, polos.

        Ia menatap putrinya dengan wajah sendu, berusaha menjawab meski suaranya terdengar parau. Namun, tak mampu menahan sakit yang ia rasakan saat ini melihat Istrinya telah menjadi orang yang berbeda.

        "Mereka akan menyembuhkan Mama yang sedang sakit. Sekarang kau tidurlah, besok kita akan menengoknya di sana." Gadis remaja itu mengangguk kemudian berlalu meninggalkan Ayahnya yang terpekur seorang diri.

        ***

        Semenjak hari itu, James menghabiskan waktu dengan mabuk-mabukan dan meratapi kehidupannya yang berubah drastis. Kebahagiaan yang dibayangkannya, musnah sudah. Beberapa kali ia mengunjungi Selena di pusat rehabilitasi kejiwaan, berharap ada kemajuan pada kondisi istrinya, tapi yang terjadi justru sebaliknya.

        Selena semakin tak mengenalinya. Ia terlihat tenang, tapi pandangan kosong dan tak merespon siapa pun. Hal itu membuat James semakin patah semangat. Beberapa kali ia berusaha mengakhiri hidupnya. Hingga suatu ketika wanita itu datang kembali bersama seorang pria.

        Terjadi baku hantam antara James dan pria tersebut. Abigail tak tahu apa yang menyebabkan hal itu. Di depan matanya, pria itu menghajar ayahnya hingga tak sadarkan diri. Hanya seringai kemenangan yang kemudian ia berikan, lalu pergi bersama wanita itu. Tentunya tidak dengan tangan kosong.

        Sejak saat itu, Ayahnya hanya mampu tergolek tak berdaya seperti mayat.

***

        Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunan Abigail. Ia memutar kursinya kembali menghadap meja, mempersilahkan tamunya untuk masuk.

        "Nona Genovhia, ini berkas yang Anda minta. Dan saya sudah persiapkan jadwal untuk pertemuan besok dengan beberapa klien bisnis kita. Kebetulan Mr. Takeda bersedia untuk ikut bergabung dalam rapat."

        "Baik, Tamara. Terima kasih atas bantuanmu."

        Abigail membuka lembar demi lembar kertas di hadapannya. Tamara, Asistennya hendak berbalik untuk pergi tapi langsung dicegah oleh Abigail.

        "Uhm, Tamara."

        "Ya, Nona?"

        "Tolong hubungi Tuan Thompson dan minta untuk menemuiku di L'Restaurante sore ini. Ada masalah yang harus aku bicarakan dengannya."

        "Baik, Nona. Apakah ada lagi?" Wanita itu mencatat permintaan bosnya pada sebuah tablet yang selalu ia bawa ke mana pun.

        "Tidak, itu saja. Terima kasih, Tamara. Kau boleh kembali ke ruanganmu."

        Wanita itu mengangguk kemudian berbalik dan pergi setelah menutup pintu ruangan Abigail. Meninggalkan Abigail yang kembali tenggelam dalam pikirannya. Banyak hal yang harus ia selesaikan hari ini. Karena ini berhubungan dengan masa depannya, juga nyawa ayahnya.

        Meski pria itu kini tak berdaya, tapi selama Abigail masih bernafas ia tak akan membiarkan orang yang sudah menghancurkan keluarganya untuk bebas berkeliaran bahkan hidup bahagia.

        Ia tak tahu apa langkah yang harus dilakukannya. Selama ini, ia hanya mencari semua informasi tentang pria dan wanita itu. Meski hingga kini belum membawa hasil yang ia harapkan, tapi ia tak akan menyerah. Ini semua demi ayah dan ibunya. Juga adiknya yang kini entah dimana keberadaannya.

***

Bab terkait

  • Dark Secret of Lady CEO   New Family

    "Adelaide, apa yang terjadi pada Papa?" tanya Abigail pada asisten rumah tangga keluarga Anderson. Adelaide, wanita berusia empat puluh lima tahun itu, memeluk Abigail dengan erat seolah ingin melindungi gadis itu. Abigail menatap nanar pada tubuh ayahnya yang terbaring dengan berbagai peralatan penyokong. Ia masih terpejam, entah kapan akan terbangun. Gadis itu selalu memanjatkan doa untuk kesembuhan pria kesayangannya. Melihat apa yang dilalui pria itu, ia seolah ikut merasakan sakit yang ayahnya rasakan. "Dia akan baik-baik saja, sayang. Aku berjanji." Namun, janji itu tak dapat ia penuhi. Karena selanjutnya James tak pernah sama lagi. Ia menjadi sosok yang berbeda, tak lagi mampu melakukan segala yang dulu pernah dan sering dilakukannya. Ia hanya terbaring, kadang matanya terpejam. Di lain waktu ia membuka mat

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • Dark Secret of Lady CEO   New Life

    Alex dan Alona mengemasi barang-barang penting yang mereka miliki termasuk milik Abigail. Dengan bergegas menata segala yang mereka butuhkan saja, agar tak perlu membawa barang terlalu banyak. Mereka saling bertatapan sebelum kemudian Alex mengangguk pada Alona sebagai tanda ia boleh membangunkan Abigail yang kini masih lelap. Wanita itu, dengan langkah perlahan menghampiri Abigail yang masih pulas. Wajahnya sungguh damai. Alona mengusap bulir yang tertahan di pelupuk matanya sebelum kemudian mendekat pada keponakannya itu. Abigail mengusap mata saat Alona tiba di kamarnya. Wanita itu duduk di sisi ranjang dan menyentuh tangan Abigail. "Abby ... bersiaplah, kita akan pergi dari sini," ucap wanita itu, setengah berbisik, tak ingin membuat keponakannya terkejut. Baru beberapa hari ia berada di rumah ini dan harus pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • Dark Secret of Lady CEO   Tough

    Abigail sudah duduk di teras depan rumah, ketika paman dan bibinya mencari keberadaannya. Ia menikmati embusan angin yang lembab serta cahaya mentari pagi yang hangat. Perlahan Alex dan Alona duduk di dekat gadis yang sedang duduk di atas kursi ayunan yang bergoyang perlahan. Alona menyentuh jemari Abigail, membuat gadis itu tersadar akan kedatangan dua orang terkasihnya. Perlahan ia membuka mata demi manatap kedua orang tua barunya itu. "Abby sayang, Hari ini Paman akan menemui seorang pengacara yang telah ditunjuk oleh ayahmu untuk mengurus segala aset yang ia tinggalkan untukmu. Apakah kau siap untuk menemuinya hari ini? JIka kau ingin menggulur waktu, Paman akan sampaikan padanya," tutur Alex, dengan sangat hati-hati, khawatir jika sampai mengusik ketenangan gadis remaja itu. Bisa saja Abigail merasa terusik karena ingin hidup tenang tanpa gangguan apapun yang berhubungan dengan ayahnya. Namun, denga

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31
  • Dark Secret of Lady CEO   Walk Out

    Abigail tersadar dari lamunannya sesaat. Ingatannya sempat kembali pada masa dimana ia akhirnya menyandang namanya yang sekarang. Pada mulanya ia tidak terima melepaskan nama keluarganya, tetapi ia kemudian sadar bahwa itulah cara Alex untuk menjauhkan dirinya dari bahaya. Abigail meraih blazer merah dari balik pintu kemudian memakai sembari melangkah tergesa keluar dari kantornya. Ia sudah membuat janji dengan Mr.Thompson untuk membicarakan tentang misinya. Tidak, ia tidak mengatakan pada dektektif itu detail tujuannya mencari tahu identitas rival bisnis James, ayahnya. Ia hanya akan menyampaikan alasan yang berhubungan dengan bisnis. Saat mobilnya tiba di halaman parkir L'Restaurante, sudah terlihat dari kejauhan sosok Mr.Thompson yang duduk di sudut ruangan dekat dengan jendela besar. Mungkin agar mempermudah dirinya mengawasi sekitar. Tak mas

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • Dark Secret of Lady CEO   Rival

    Abigail masih duduk menghadap layar laptop, mengawasi pergerakan indeks saham untuk beberapa anak perusahaannya. Ia berharap kali ini akan kembali memenangkan beberapa perusahaan incarannya. Ia ingin menanamkan aset di perusahaan pertambangan. Prospek yang cukup bagus dan potensial. Sesekali ia menghubungi Tamara, sekretarisnya untuk melakukan pemeriksaan secara manual dengan menghubungi perusahaan miliknya. Beberapa hari ini akan menjadi hari paling menegangkan baginya dan juga seluruh karyawan perusahaannya. Tak lama ponselnya berdering. Nama Alona tertera di sana. Panggilan rutin yang selalu dilakukan bibinya terlebih setiap kali perusahaan mereka ikut dalam trading besar seperti saat ini. “Halo, Bi,” sapa Abigail, tanpa mengalihkan mata elangnya dari layar. “Kau jangan hanya duduk di depan layar, jangan lupakan perutmu. Bibi tidak mau sampai asam lambungmu kambuh lagi. Siapa nanti yang akan mengurus jika kau sakit?” “Iya, Bi ... aku tahu. Kami sedang bersaing ketat dan ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-04
  • Dark Secret of Lady CEO   The Game Begin

    Abigail dan pria berkumis tebal dengan jas kulit berwarna coklat membungkus tubuhnya, kini tengah duduk di tempat yang sama seperti beberapa waktu sebelumnya. Mereka memutuskan untuk bertemu setiap dua minggu sekali untuk menyetorkan informasi yang ia dapatkan kepada Abigail. Terlebih setelah kekalahan Abigail dalam perang bisnis beberapa waktu lalu, Mr. Thompson kebetulan mengikuti juga perkembangan berita tersebut, membuatnya tak sabar untuk menyampaikan hasil investigasinya. Senyum terulas di sisi wajah Abigail. Lipstik merah menyala yang terpoles di bibirnya menambah kesan dominan dan mungkin antagonis bagi sebagian besar orang yang tidak mengetahui latar belakang gadis itu. Informasi yang ia dapat dari Mr. Thompson cukup sebagai penunjuk arah baginya. Hanya tinggal menyusun rencana untuk langkah selanjutnya. Sepeninggal Mr. Thompson, Abigail mengambil ponsel, kemudian menekan nomor pria itu dan menunggu jawaban dari seberang. Ia membenarkan duduk, melipat kaki dengan anggu

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05
  • Dark Secret of Lady CEO   Another Rival

    Setelah pertemuannya dengan Zachary beberapa kali, Abigail mulai menemukan ritme dan siasat untuk menaklukkan pria itu. Terakhir kali mereka bertemu, Abigail sudah bisa melihat ada ketertarikan di mata pria itu. Kali ini saatnya ia membalas kebaikan Zachary. Ia berencana mengundang pria itu untuk makan malam, ia yang akan menjamu sendiri tamu istimewanya, bahkan mempersiapkan segala bahan yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan ikan paus, ia harus menyiapkan jala yang besar. Bahkan bila perlu, ia akan menggunakan peledak untuk menghancurkannya mangsanya. Apa pun akan ia lakukan demi lancarnya misi balas dendam ini. Abigail berjalan santai mendorong keranjang belanjaan dan memilih bahan yang ia butuhkan. Hingga tak sengaja ia berpapasan dengan seseorang. Seolah takdir memiliki kehendak yang sama, Zachary kini berdiri di hadapan Abigail nyaris tertabrak kereta belanja milik gadis itu. “Whoa ... lihat jalan–“ Zachary membulatkan mata saat melihat siapa yang berada di depannya sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Dark Secret of Lady CEO   Past That Never Pass It By

    Mr. Thompson menyodorkan sebuah kartu nama pada Abigail. Dengan cepat gadis itu meraihnya dari meja dan membaca barisan huruf yang tertulis di sana. Alice Denver, merupakan detektif yang direkomendasikan oleh Mr. Thompson untuk menyelidiki dan mencari keberadaan adik Abigail. Beberapa saat Abigail terdiam, menimbang-nimbang keputusan darinya apakah akan menyewa Alice atau tetap menyerahkan semua pada Mr. Thompson. Sejauh ini ia tidak mengalami masalah dengan pria itu. Namun, justru pria itu sendiri yang menyarankan untuk memakai jasa lain agar kasus tidak tercampur. Terlebih, Abigail masih mampu membayar bahkan ratusan detektif sekali pun. Ia hanya mempertimbangkan, dengan adanya pihak lain yang ia gerakkan, itu berarti latar belakang keluarganya akan diketahui lebih banyak orang. Dan ia tak ingin itu terjadi. “Ia sangat kompeten dan bisa dipercaya, jika itu yang menjadi pertimbanganmu, Nona Genovhia.” Mr. Thompson berusaha meyakinkan Abigail untuk segera membuat keputusan. Gad

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06

Bab terbaru

  • Dark Secret of Lady CEO   Rencana yang Gagal

    Belum pukul lima bahkan, tetapi Zachary sudah berada di ruangan Abigail sekarang. Duduk dengan manis memerhatikan gadis yang akan segera menjadi kekasihnya itu kini tengah bergulat dengan setumpuk berkas. Belum lagi beberapa map yang dibawa oleh Zachary sore ini.“Seriously, you gonna be killing me, Zac! Berkas ini … file bulan lalu, kan? Mengapa baru diserahkan hari ini?” tanya Abigail, sembari menatap pria di hadapannya dengan sorot tajam.“Sidney yang menyimpannya. Kupikir ia telah menyerahkan padamu. Sepertinya ia memang tak ingin jika aku bertemu denganmu, karena itu ia menyembunyikan file itu,” terang pria itu, berharap mendapat pemakluman dari gadis di hadapannya“Hmm … gadis itu cukup berbahaya, rupanya. Aku jadi takut.”Zachary bangkit dari tempatnya, menuju ke tempat di mana Abigail duduk, ia kemudian berjongkok dan meraih jemari gadis itu untuk diremasnya lembut.“Sekarang ia tak akan ada di sekeliling kita lagi, Abby. Sekarang hanya ada aku dan kau.”“Ke mana lainnya?” tan

  • Dark Secret of Lady CEO   Memperjuangkan Keadilan

    Abigail duduk di depan meja kerjanya, menghadap pada tumpukan berkas dan laptop yang masih menyala. Kemarin ia tak langsung datang pada Zachary meski demi mengabarkan tentang berakhirnya hubungan dirinya dan Ashton. Seperti yang selalu ia katakan, ia hanya ingin melampiaskan dendnya pada keluarga Emerson, jadi apa pun yang terjadi pada Zachary, tak akan pernah penting bagi gadis itu. Satu pria yang dicintai Abigail, hanyalah Ashton. Ia tak pernah memikirkan pria lain. Meski terkadang ada desir aneh muncul di hatinya setiap memikirkan Zachary, dengan cepat ia singkirkan semua itu. Zachary hanyalah sarana. Meski mungkinnia tak bersalah, tetapi tetap saja salah ketika ia terlahir dari keluarga Emerson. Terlebih ia merupakan putra dari Garry Emerson, pria yang telah menghancurkan keluarganya juga kebahagiaannya. Pria yang telah membuat dirinya dan Gin menjadi yatim piatu, memisahkan dirinya dan Gin sekian lama. Ia tak mungkin bisa memaafkan sikap pria itu dan apa yang telah ia lakuka

  • Dark Secret of Lady CEO   Perpisahan

    Abigail berlari sekuat yang ia mampu demi mengejar Ashton yang mungkin saja sudah naik ke pesawat. Ia masih berharap pria itu sedang menanti di lounge, menunggu kedatangannya setidaknya untuk sekedar ciuman selamat tinggal. Namun, ketika tiba di bandara, ia hanya mendulang kekecewaan lantaran tak menemukan Ashton di mana pun. Ia nyaris meninggalkan bandara saat kemudian peia itu berdiri tepat di hadapannya. "Abby-bear ... apa yang kau lakukan di sini?a apakah kau ingin ikut—" Abigail menggeleng cepat. "Uhm ... tidak. Ya, sebenarnya aku sangat ingin ikut bersamamu, Ash. Namun, kau tahu, kan kalau aku masih memiliki tanggung jawab atas apa yang telah kumulai?" "Kau benar." Ashton mengangguk sembari mengulas senyum pedih. Ini sungguh perpisahan terpahit yang pernah ia rasakan. Ia tak menyangka jika dirinya harus berakhir sendiri lagi, meninggalkan Abigail dengan mimpi yang tak pernah terwujud. Mimpinya untuk menikahi satu-satunya wanita yang ia cintai di dunia ini setelah ibunya. Ki

  • Dark Secret of Lady CEO   Langkah Cepat

    Abigail tengah menikmati sarapan bersama Gin, saat terdengar suara bel. Salah seorang asisten rumah tangga tergopoh membuka pintu dan disusul suara langkah kaki mendekat, serta kehadiran seorang pria berambut sewarna tembaga. Sorot matanya tampak cerah dan bersinar seketika tatkala menemukan gadis tercintanya yang tengah meneguk jus di tangannya. "Hey, Zac. Kemarilah, bergabung bersama kami." Abigail membuka piring di atas meja tepat di sampingnya, kemudian salah seorang pelayan menuangkan jus ke dalam gelasnya, lalu menyajikan sepiesi pancake. "Apa hang membawamu kemari sepagi ini?" tanya Abigail, setelah Zachary mulai menikmati sarapannya. "Oh, maaf ... habiskan dulu sarapanmu, kita bicara nanti." Abigail mengulas senyum, yang sesungguhnya tak ingin ia sunggingkan. Bagaimana tidak, dirinya tengah patah hati karena kepergian Ashton, dan sekarang harus beramah tamah dengan pria yang merupakan sasaran dari misinya, sungguh itu membuatnya hak bers

  • Dark Secret of Lady CEO   Menuntaskan Rencana

    Ashton terenyak kala mendengar apa yang baru saja diucapkan kekasihnya. Ia beringsut bangkit dan duduk menghadap pada Abigail yang duduk bersandar pada tepian ranjang. "Kau tidak serius mengatakan itu, kan, Abby?" tanya pria itu lagi, berusaha meyakinkan diri bahwa Abigail saat ini mungkin tengah mengerjainya, seperti apa yang biasa dilakukan gadis itu. Namun, tak ada jawaban dari Abigail, ia tetap bergeming dengan ekspresi penuh kesedihan. "Maafkan aku, Ash. Aku tak ingin kita mengakhiri hubungan ini. Kau tahu, aku hanya ... maukah kau mendengarkanku dulu?" Abigail membenarkan selimut yang menutupi dadanya, kemudian meraih jemari kekasihnya, kemudian mengecupnya. "Masih ada beberapa hal yang harus kulakukan, Ash. Demi kedua orang tuaku dan adikku." Ashton mengerutkan dahinya kala mendengar perkataan Abigail. "Apa itu? Mungkin aku bisa membantumu, agar segalanya bisa lebih cepat selesai, dan kita bisa segera menikah." Gadis itu menggeleng.

  • Dark Secret of Lady CEO   Refusal

    Sidney membelalakkan maniknya kala mendengar kalimat yang dengan ringannya diloloskan oleh Zachary. Ia tak menyangka bahwa kisah cintanya harus berakhir begitu menyedihkan. Sbeelumnya, belum pernah ada yang mencampakkannya seperti ini. Ia termasuk wanita paling didambakan oleh beberapa pria di kampus bahkan di dunia bisnis. Mungkin. Sampai akhirnya Zachary, dan beberapa pria mengetahui kualitas Abigail yang jelas tak hanya mengandalkan kecantikan luar saja, melainkan juga kecerdasan yang berhasil membuat pria sekelas Zachary dan Ashton bisa begitu bertekuk lutut. Itu salah satunya yang membuat Sidney sangat tidak menyukai gadis itu. Ia hampir saja mengetahui banyak hal mengenai kisah hidup Abigail, jika tidak dihalangi oleh seorang pria dan wanita misterius yang ia tidak ketahui. Tepat saat dirinya datang berkunjung ke unit rehabilitasi kejiwaan di mana Selena dirawat. Salah seorang perawat bersedia memberi keterangan mengenai Abigail, tetapi seorang pria yang tidak ia kenali memin

  • Dark Secret of Lady CEO   Break Up

    Zachary tak mampu menahan reaksinya akan perkataan Abigail. Mengapa ia harus kaget? Bukankah sejak awal hal itu yang menjadi permasalahan antara dirinya dan Zachary? Bahwa Abigail merasa menjadi wanita murahan karena ia bersedia saja tidur dengan pria itu sementara pria itu jelas sudah memiliki kekasih. Zachary yang selalu datang pada Abigail dan berakhir dengan hubungan panas, pada akhirnya akan selalu kembali lagi pada Sidney dan mungkin akan mengulang apa yang dilakukannya dengan Abigail. Sungguh sangat tak adil bagi Abigail, bukan? Wajar, jika lantas ia meminta apa yang seharusnya menjadi haknya. Zachary mengangguk paham. Ia kemudian membiarkan salah satu jemarinya membelai lembut wajah mulus Abigail, yang berhasil membuat gadis itu kesulitan untuk bernapas. Karena hanya dengan seperti itu saja mampu menyentuh sisi hati yang terdalam dari gadis itu. "Bagaimana dengan calon tunanganmu? juga rencana pertunangan yang hanya tinggal menghitung waktu .

  • Dark Secret of Lady CEO   I'll be Yours

    "Jadi begitu? Kau melupakanku dan tidak mengundangku?" tanya seorang gadis yang jelas kedatangannya selalu membuat suasana Abigail memburuk seketika. Untuk apa ia datang jika dirinya tidak diundang? Tentu saja, untuk menyusul kekasihnya. Abigail menghentikan apa yang sedang ia lakukan. "Sedang apa kau di sini, Sidney? Kau tidak diundang." Gadis itu berbalik demi menghadapi gadis cantik yang sejak tadi berada di balik punggungnya. "Oh, begitu, ya? Lalu, mengapa kau mengundang Zachary? Bukankah ia adalah rival bisnismu? Atau ... jangan-jangan kalian ada hubungan di balik puinggungku." "Mengapa pikiranmu selalu mengarah ke sana? Apakah kau punya bukti?" Sungguh, andai ia tidak sedang mengatur taktik lain, saat ini juga ia akan mengiyakan tudingan Sidney itu. Bukankah ia dan Zachary memang ada hubungan? Bahkan hubungan terlarang. Hmm ... bagaimana sebutan yang sesuai untuk hubungan mereka? Karena keduanya bahkan tidak berteman. "Aku akan buktikan it

  • Dark Secret of Lady CEO   Negosiasi dalam cinta

    "Aku menginginkan hatimu, Abby ... aku ingin tempat di sana, yang tidak terjamah oleh siapa pun, dan hanya untukku saja." Zachary mengulang kalimatnya yang tentu saja membuat Abigail terdiam sekarang. Apa yang harus ia katakan, jika apa yang diminta Zachary adalah hal yang jelas sulit untuk ia kabulkan. Menang. Ia menang, kan, sekarang? Ia sudah berhasil membuat Zachary begitu mendambakannya. Begitu menginginkannya, bahkan rela melakukan apa pun. Begitu yang pria itu katakan tadi, kan? Lalu apa lagi? Bukankah ini saatnya menjadikan Zachary hancur berkeping-keping untuk menghancurkan Emerson? Tidak. Bagi Abigail, ini belum saatnya. Membuat Zachary begitu gila, ternyata bukan akhir dari semuanya. Dendam ini membuat Abigail lebih gila lagi. Ia menginginkan lebih. Ia mau yang lain lagi. Ia ingin membuat luka lain yang lebih lebar menganga di hati Zachary, membuatnya gila, hancur, tak berdaya, agar ia lebih puas. Dendam ini membuat Abigail menggila. Membuatnya kecanduan ketika seg

DMCA.com Protection Status