Home / CEO / Dari Petshop Turun ke Hati CEO Tampan / Puzzle Antara 2 Kepribadian

Share

Puzzle Antara 2 Kepribadian

Author: Dearmyr
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mentari pagi menyinari ruangan kamar Vony dan Mikael, Vony mengerjapkan matanya silau saat Mikael menatapnya dengan senyum yang ... melegakan, tidak asing, dan anehnya menghanyutkan baginya itu. Mikael yang baru saja membuka tirai yang menampilkan view padatnya jalanan dan matahari terbit itu menyapa Vony yang sekarang terduduk sambil mengucap kedua matanya dan menguap itu.

Rambutnya yang berantakan, muka naturalnya tanpa make-up tebal namun elegan yang biasa ia kenakan, semua itu memukau Mikael dengan sempurna.

Cantik,’ batin Mikael, Lucu dan menggemaskan, masih sama seperti dulu.

"Apa liat-liat, El?" Ketus Vony dengan suara paraunya, "Kenapa senyum-senyum gitu? Cantik ya? Tau."

Mikael tertawa renyah dan memutar bola matanya pura-pura jengah. Vony dan sarkas penuh percaya dirinya. Sebuah dua kesatuan yang sangat ia rindukan.

"Waktunya sarapan, istriku."

"Najis."

"Mending kamu segera mengganti pakaian dan turun bersamaku," perintah Mikael, matahari yang menyinari wajah serta bibir ranum Vony jelas membuatnya ingin melumat bibir mungil dan berisi milik gadisnya itu, "Atau perlu saya yang gantikan pakaianmu itu?"

"Enyah kau, pria mesum." Vony mengepalkan tangannya membuat gestur ingin meninju pria 'asing' di depannya itu. Ia lalu bangun dan segera masuk ke kamar mandi untuk berganti baju.

Mereka lalu keluar dari ruangan 'malam pertama' mereka itu, Mikael mengulurkan tangannya ke arah Vony yang membuat wanita itu mengernyitkan dahinya heran dan tidak terima, ia jelas paham maksud Mikael.

"Mending saya meraba tembok daripada menggandeng tangan raksasamu itu."

"Kurang ajar."

Mikael menggandeng paksa telapak tangan Vony dan mendekat ke arah telinga Vony, berbisik, "Kesepakatan tetaplah kesepakatan, bersikaplah sesuai perjanjian kita."

Vony memutar kedua matanya jengah, "Ugh!" Ia pun memasang tampang penuh senyum dan mesra memandang Mikael saat ia melihat Bodyguard menyambut mereka di depan lift.

Ia mengutuki dirinya sendiri kesal, mengapa ia menerima perjanjian sinting ini, batinnya.

"Selamat pagi Tuan Kael dan Nyonya Vony!" sapa Anton, tangan kanan orang tua Mikael sekaligus pimpinan para bodyguard yang akan mendampingi kehidupan awal pernikahan Mikael dan Vony.

"Selamat pagi, Anton. Pastikan situasi aman dan terkendali."

"Baik, tuan," jawab Anton sambil memencet tombol lift menuju ke lantai puncak tempat mereka akan menyantap sarapan pertama mereka sebagai 'Pasutri' yang langsung menyuguhkan pemandangan pagi kota.

Lift terbuka, mereka pun segera menuju meja yang dihadapkan pada pemandangan terbaik di lantai ini dan menyantap makanan yang masih panas baru saja dihidangkan.

"Bagaimana masakannya, Sayang?" tanya Mikael lembut sambil menatap Vony yang terlihat berusaha menyembunyikan tampang jijiknya dengan senyuman yang terlihat kaku dimatanya.

Vony benar-benar harus melatih ekspresinya sebelum orang-orang menyadari kepalsuan ini,’batin Mikael yang terlunturkan oleh kalimat halus dan penuh kemesraan yang dituturkan oleh Vony selanjutnya.

"Ini menyenangkan, aku suka sekali suasana dan sarapan pagi ini, Suamiku." Vony tersenyum manis hingga matanya menyipit, Mikael terpana dalam beberapa detik sebelum Vony melanjutkan kembali perkataannya,

"Sayang sekali, satu kekurangannya, aku akan sangat puas apabila hari pertama kita sebagai suami-istri disambut dengan wine putih yang menyegarkan." Livony tersenyum miring saat Mikael membelalakan matanya, tentu saja Vony sengaja meledek Mikael dengan tingkahnya yang diluar nalar dan jauh dari image keluarga Mikael yang sopan dan sedikit religius itu.

"Hm? Kau —ingin apa?" Mikael bertanya memastikan.

"Wine putih, sayangku. Aku ingin meneguknya pagi ini juga bersamamu."

Mikael tertawa pelan dan mengusap kepala Vony yang tentu saja membuatnya risih, namun Mikael sengaja. Usapan dan tawa Mikael sebetulnya merupakan peringatan untuk tidak bertingkah 'keterlaluan' di depan publik, dan Vony menyadarinya.

Ia tidak peduli dengan teguran itu, omong-omong.

"Kumohon," pinta Vony dengan Puppy eyesnya yang begitu menggemaskan di mata Mikael. Gusar dan khawatir dengan ide licik Vony yang akan ia keluarkan berikutnya, ia pun memerintah Anton untuk mengambilkan sebotol Wine putih untuk mereka dan turun ke bawah meninggalkan mereka.

"Terima kasih untuk Wine-nya, Anton. Sekarang kau boleh turun untuk berjaga di sekeliling tempat ini, pastikan semuanya aman terkendali."

Mikael kemudian berdehem, suasana kembali aman dan mereka tersisa berdua di rooftop dengan udara pagi dan segelas wine di tangan mereka masing-masing.

"Kau sebaiknya menjaga sikapmu sebelum aku yang membungkam langsung mulutmu itu dengan bibirku, Nona."

Livony tertawa mengejek, "Coba saja kalau berani, Tuan."

Suasana hening sesaat, Mikael tersenyum miring dan menatap Vony buas membuat wanita itu bergidik ngeri. Belum sempat Vony bangkit menjauh menyelamatkan diri Mikael sudah berdiri dan membungkuk di depan wajahnya persis, "Perintah diterima, Livony sayang."

Mikael memejamkan matanya dan memiringkan wajahnya, kedua tangannya memerangkap tubuh ramping Vony dengan bertumpu di kedua lengan kursi Vony.

Vony membelalakkan matanya terkejut, ia memundurkan tubuhnya namun sial kursi yang ia duduki memiliki sandaran yang tidak cukup jauh dari punggungnya.

Wajah mereka semakin dekat menyisakan hanya dua jengkal ... satu jengkal ... dan ....

"O-oke ... oke! saya menyesal, Mikael! Anda bisa berhenti sekarang!" Vony mendorong dada bidang Mikael yang sayangnya terlalu kokoh membuatnya sedikit terdorong ke belakang, sebelum kursinya terjungkal Mikael segera membuka mata terkejut dan menangkap sigap tubuh Vony dengan lengan kanannya yang kekar dan kuat.

Kursi Vony tertahan dan kembali ke posisi semula yang tegak, bersamaan dengan tubuh Mikael yang sudah maju merengkuh Vony yang hampir terjatuh ke belakang dan,

'Cup'

Bibir mereka bersentuhan dan keduanya sama sama terbelalak terkejut. Vony mendorong tubuh Mikael kencang dan mengumpat dengan spontan, "Lelaki sialan!"

Ia lalu mengusap-usap bibir ranumnya menyesal, raut wajahnya memerah, ia menahan tangis. Ingatannya segera berputar pada peristiwa tidak mengenakkan di masa lalunya. Bajunya yang ditarik paksa, tangannya yang terikat di bangku gudang SMA nya dulu, "Kamu gak bisa ke mana-mana, Sayang."

Sunyi. Pikiran Vony melambung entah kemana. Raganya penuh gelap saat ini, terlihat dari sorot matanya yang mendadak kosong dan tubuhnya yang kaku mematung. Tangannya tidak berhenti menjambakki rambutnya dalam diam.

"Vony?" panggil Mikael yang seketika panik melihat raut wajah Vony yang mendadak berubah dan bertatapan kosong itu, gadis itu lalu memejamkan mata kuat-kuat dan menutup kedua telinganya dan menunduk menunjukkan reaksi traumanya yang muncul ke permukaan.

"Hey, hey ... maafkan saya ...." Mikael berlutut di depan Vony dan mengguncangkan bahunya pelan.

"Saya sungguh tidak sengaja. Saya hanya berusaha menangkapmu yang hampir terjatuh, maafkan saya."

Livony terisak, ia tidak kuat lagi menahan tangisnya. Hati Mikael teriris melihat gadis tercintanya meneteskan air mata dan sesenggukkan. Meskipun ia bingung dengan reaksi Vony yang tidak biasa, ia berusaha bersikap netral dan menenangkan dengan sepantasnya. Ia memeluk Vony, tentu saja gadis itu segera terdiam kaku. Pelukan dan usapan pelan Mikael pada punggungnya segera menyadarkan Vony kembali bahwa ia sudah tidak berada di masa lalunya itu.

Ia lalu membuka matanya dan menatap Mikael. Ia tidak mempercayai pria didepannya ini, atau setidaknya belum. Namun untuk saat ini yang ia butuhkan hanya satu, untuk ditenangkan dan diyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja dan ia terlindungi dari apapun itu yang ia takutkan.

Mikael terkejut saat Vony memeluk erat tubuhnya secara tiba-tiba setelah sebelumnya ia merespon terkejut pelukan hangat yang ia berikan, Mikael pun merengkuhnya lebih erat merasa telah mendapatkan ijin dari Vony untuk memeluknya agar tenang.

Livony tidak baik-baik saja, ia tahu reaksi tadi bukanlah hal yang 'kasual' atau reaksi gadis polos yang ciuman pertamanya baru saja direnggut paksa.

"Mikael ...."

"Ya, Vony?"

"Apakah ucapanmu benar? Tentang kau bukanlah pria bengsek? Karena aku sungguh tidak bisa mempercayainya." Livony terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "Bukan, bukan karena tragedi tadi. Aku hanya, benci semua pria sepertimu."

Masih dalam posisi berpelukkan, Mikael menghentikan usapan lembutnya di punggung Livony, ia mengernyitkan dahinya terheran, "Pria sepertiku?"

"Pria yang ... lupakan ...."

Mikael mengencangkan pelukannya hangat, ia mengerti Vony belum bisa mempercayainya, "It's okay, Vony. Kamu tidak perlu menjelaskan jika tidak ingin. Satu hal yang saya ingin kamu tahu, saya mungkin bukan Pria yang baik, tapi bukan berarti saya seburuk atau se-brengsek siapapun 'pria brengsek' di bayanganmu itu."

Vony sedikit lebih tenang dalam pelukan hangat Mikael yang entah mengapa terasa sangat tulus itu, "Kupotong alat kelaminmu itu jika kau berbohong."

Mikael menghembuskan napas lega, Vony sudah menjadi dirinya kembali, ia sudah cukup tenang untuk pelukan tersebut dilepaskan ia rasa. Namun ia mengurungkan niatnya sesaat setelah ia mendengar penuturan Vony tentang pelukan hangatnya itu,

"Aneh ... aku merasa tidak asing saat berada di pelukanmu, Mikael."

Mikael terkejut, ‘Apakah ini saat yang tepat?batinnya.

"Kau tidak sedang melakukan ilmu hitam kepadaku, kan?"

"Bodoh."

"APA KAU BIL—" Mikael sudah memantapkan hatinya, apapun resikonya, "Aku sangat merindukanmu."

Vony menegakkan tubuhnya, terheran dengan apa yang Mikael katakan. Mereka kini berhadapan dengan Mikael yang berlutut di depannya kembali.

"Apa maksudmu? Kau terlalu banyak meminum wine, bodoh."

Mikael menggeleng, "Aku tidak mabuk atau sedang bercanda, Livony."

Meskipun sangat kebingungan dengan maksud Mikael, ia terdiam dan memiringkan wajahnya terheran menunggu Mikael untuk melanjutkan penjelasannya.

"Apa maksudmu? Sungguh!"

Mikael kesal, ia sungguh frustasi. Perasaannya campur aduk dan ia sungguh tidak mengerti kenapa. Sedih, marah, kecewa, dan ... senang?

"Kau sungguh tidak mengenaliku, ya?"

"Aku tidak mengerti."

Mikael menangkup wajah Vony dengan kedua tangannya, "Kau lihat wajahku."

"Lalu?"

Mikael tersenyum tipis, mendengar raut wajah Vony yang berubah datar seperti sedang menyadari sesuatu yang ia amati.

"Siapa aku?" Tanyanya memastikan ingatan Vony.

"Mikael Abraham."

"Salah." Mikael kini tersenyum lebar seolah yakin Vony akan menyadari sinyal-sinyal yang berusaha ia ungkapkan, "Aku adalah pemenangmu."

Vony menepis tangan Mikael yang menangkup wajahnya, "Pria aneh."

"No, it's true, Vony."

"Sungguh tidak jelas dan aneh kau ini." Vony menyatukan kedua alisnya jengah sebelum membelalakkan matanya mendengar penuturan Mikael beberapa detik kemudian.

"Aku pernah mangajakmu menikah saat kita bermain ayunan bersama dulu dan kau menolakku, tapi lihat? Kau istriku sekarang." Mikael tersenyum tulus dan berharap Vony mengingat semua tentangnya meskipun ia pesimis apa yang Vony rasakan terhadapnya masih sama.

"No, shit! Kamu ...? KAMU?" Vony gugup dan tersenyum lebar, ia menghembuskan dan menarik napasnya berulang kali menata pikirannya yang terlalu 'exited'.

"El!"

Vony lalu memeluk pria didepannya erat dan menangis terharu, ia tidak menyangka bahwa masih satu-satunya pria yang sebenarnya ia cintai sejak dulu masih ada, bahkan berlutut di depannya sekarang.

Mikael merengkuh dan mengelus rambut panjang Vony lembut, "Iya, Vony. Aku di sini. Aku masih disini menjagamu, seperti janjiku."

Mereka pun hanyut dalam momentum kebahagiaan yang meluap bersama kasih sayang lama yang kembali berlabuh pada pelabuhan cinta satu sama lain.

Namun, di balik sinar cinta yang tumbuh, Livony menyembunyikan perjuangan pribadi yang rumit.

***

Related chapters

  • Dari Petshop Turun ke Hati CEO Tampan   Kepemimpinan yang Menantang

    Mikael memandangi ibunya di depan meja kantornya sekarang, ia mengerjap bingung dengan wajah antusias mamanya yang tidak berhenti membicarakan 'momongan' dari satu jam yang lalu. "Laki-laki dan perempuan ya, El-ku sayang. Mama mohon!"Mikael menelan ludah, bagaimana harus menjelaskan situasinya tanpa bertindak gegabah pada dua orang wanita yang sangat dicintainya, Vony dan Dini-mamanya."Udahlah, Ma ... El baru aja menikah tiga hari yang lalu. El sama Vony juga sudah sepakat untuk menunda momongan. El minta tolong jangan dibahas dulu, apalagi di depan Livony."Dini menggelengkan kepala sambil menggoyangkan jari telunjuknya tanda tidak setuju. "Mana bisa?!" El hanya bisa memijat dahinya kebingungan, "Mama justru ingin anak kembar dari kalian.""Astaga, Mama! Kita sama-sama gak punya garis keturunan kembar, ma! Apalagi ini?" bantah Mikael semakin pusing dibuatnya."Pokoknya mama mau— ehh menantu kesayangan mama!"Mikael menoleh ke arah pintu dan membelalakkan matanya ke arah Livony yan

  • Dari Petshop Turun ke Hati CEO Tampan   Ciuman Kedua dan Dinner bersama Mertua

    Mikael tertawa geli mengingat masa lalunya beberapa waktu lalu sebelum menikah dimana rumor bahwa ia adalah seorang penyuka sesama jenis beredar di kantornya sendiri, apalagi jika bukan karena ia yang selalu sendiri di usianya yang cukup matang bahkan sudah lebih dari stabil dalam hal apapun terutama finansial? Tapi yasudahlah, semua sudah berlalu, batinnya. "Heh! Senyam-senyum sendiri. Kemasukan kamu, El?" celetuk Vony. El bergidik ngeri saat melihat tatapan Vony yang seakan ingin membunuhnya, "Kenapa tatapan kamu? Naksir?" "Naksir bayangannya." "Ah mengaku saja lah!" "Ssttt! Aku jadi lupa mau ngomong apa." Livony mengetuk-ngetukkan jari pada dagunya, "Ah, iya!" Ia lalu mengerutkan kedua alisnya dan memelototi Mikael lalu memukul-mukul bahunya dari seberang meja, "Gila kamu ya! Kenapa ga bilang ada tante Dini! Udah mati kutu aku gara-gara kamu padahal niatku cuma kesini karena asistenmu suruh aku interview formalitas atau apalah itu untuk jadi scriptwriter!" Mikael sumringah,

  • Dari Petshop Turun ke Hati CEO Tampan   Awal Pernikahan Sialan dengan Mr. M

    Livony Zea, seorang penulis dengan kepribadian yang garang, 25 tahun, memandang hidup dengan prinsip yang unik dan kuat. Satu hal yang membuatnya memilih untuk menemukan kebahagiaan dalam rencananya yang unik yaitu menua bersama sepuluh kucing dan dua anak hasil adopsi tanpa menikah, semua itu karena ia membenci pria. Menurutnya semua lelaki sama saja, brengsek. Hingga suatu hari, Livony melangkah menuju pusat adopsi hewan dan bertemu seorang CEO muda, dan agak gila. Keduanya tertarik pada seekor kucing yang sama. Himalaya putih dengan mata biru."Saya sudah mengincar kucing seperti ini dari lama untuk diadopsi. Apa urusannya dengan Anda? Silahkan pilih kucing lainnya di sini.""Saya juga tertarik padanya. Kucing ini memiliki daya tarik luar biasa dan saya akan memberikannya untuk keponakan saya sebagai hadiah ulang tahun. Silahkan ikhlaskan kucing ini karena saya akan bayar mahal, saat ini juga."Pertentangan pun dimulai, dengan kucing menjadi simbol persaingan antara dua kepribadia

  • Dari Petshop Turun ke Hati CEO Tampan   Pertemuan yang Direncanakan

    Vony tidak bisa lagi menahan air matanya, ia tidak menyangka statusnya akan berubah dalam sekejap mata dengan cara kotor seperti ini. Pun ia tahu kehidupannya akan sangat terbantu oleh imbalan yang diberikan, ia tidak bisa menyembunyikan kegelisahan hati terkecilnya. Kenangan masa kecilnya kembali menyeruak ke permukaan. Tangannya yang bergetar dan berubah sedingin es tidak berhenti memainkan cincin hitam di tangan kirinya untuk mengalihkan kegugupan yang menyeruak dalam raganya.Entah sudah beberapa kali ia mendongakkan kepala agar air matanya tidak tumpah, napasnya yang terengah-engah dan sedikit tertahan menyita perhatian Mikael. Ia jelas bisa membaca dan memahami reaksi Vony, "Ketakutan terbesarmu masih sama kaya dulu, Von," ucapnya dalam hati. Mikael lalu menarik telapak tangan 'mempelai' wanitanya itu dan menggenggam lembut tangan Vony dibalik meja Akad. Tatapannya terus menjurus ke depan dimana sang penghulu merapikan posisinya mempersiapkan diri.Vony tersentak pelan saat tan

Latest chapter

  • Dari Petshop Turun ke Hati CEO Tampan   Ciuman Kedua dan Dinner bersama Mertua

    Mikael tertawa geli mengingat masa lalunya beberapa waktu lalu sebelum menikah dimana rumor bahwa ia adalah seorang penyuka sesama jenis beredar di kantornya sendiri, apalagi jika bukan karena ia yang selalu sendiri di usianya yang cukup matang bahkan sudah lebih dari stabil dalam hal apapun terutama finansial? Tapi yasudahlah, semua sudah berlalu, batinnya. "Heh! Senyam-senyum sendiri. Kemasukan kamu, El?" celetuk Vony. El bergidik ngeri saat melihat tatapan Vony yang seakan ingin membunuhnya, "Kenapa tatapan kamu? Naksir?" "Naksir bayangannya." "Ah mengaku saja lah!" "Ssttt! Aku jadi lupa mau ngomong apa." Livony mengetuk-ngetukkan jari pada dagunya, "Ah, iya!" Ia lalu mengerutkan kedua alisnya dan memelototi Mikael lalu memukul-mukul bahunya dari seberang meja, "Gila kamu ya! Kenapa ga bilang ada tante Dini! Udah mati kutu aku gara-gara kamu padahal niatku cuma kesini karena asistenmu suruh aku interview formalitas atau apalah itu untuk jadi scriptwriter!" Mikael sumringah,

  • Dari Petshop Turun ke Hati CEO Tampan   Kepemimpinan yang Menantang

    Mikael memandangi ibunya di depan meja kantornya sekarang, ia mengerjap bingung dengan wajah antusias mamanya yang tidak berhenti membicarakan 'momongan' dari satu jam yang lalu. "Laki-laki dan perempuan ya, El-ku sayang. Mama mohon!"Mikael menelan ludah, bagaimana harus menjelaskan situasinya tanpa bertindak gegabah pada dua orang wanita yang sangat dicintainya, Vony dan Dini-mamanya."Udahlah, Ma ... El baru aja menikah tiga hari yang lalu. El sama Vony juga sudah sepakat untuk menunda momongan. El minta tolong jangan dibahas dulu, apalagi di depan Livony."Dini menggelengkan kepala sambil menggoyangkan jari telunjuknya tanda tidak setuju. "Mana bisa?!" El hanya bisa memijat dahinya kebingungan, "Mama justru ingin anak kembar dari kalian.""Astaga, Mama! Kita sama-sama gak punya garis keturunan kembar, ma! Apalagi ini?" bantah Mikael semakin pusing dibuatnya."Pokoknya mama mau— ehh menantu kesayangan mama!"Mikael menoleh ke arah pintu dan membelalakkan matanya ke arah Livony yan

  • Dari Petshop Turun ke Hati CEO Tampan   Puzzle Antara 2 Kepribadian

    Mentari pagi menyinari ruangan kamar Vony dan Mikael, Vony mengerjapkan matanya silau saat Mikael menatapnya dengan senyum yang ... melegakan, tidak asing, dan anehnya menghanyutkan baginya itu. Mikael yang baru saja membuka tirai yang menampilkan view padatnya jalanan dan matahari terbit itu menyapa Vony yang sekarang terduduk sambil mengucap kedua matanya dan menguap itu.Rambutnya yang berantakan, muka naturalnya tanpa make-up tebal namun elegan yang biasa ia kenakan, semua itu memukau Mikael dengan sempurna.‘Cantik,’ batin Mikael, ‘Lucu dan menggemaskan, masih sama seperti dulu.’"Apa liat-liat, El?" Ketus Vony dengan suara paraunya, "Kenapa senyum-senyum gitu? Cantik ya? Tau."Mikael tertawa renyah dan memutar bola matanya pura-pura jengah. Vony dan sarkas penuh percaya dirinya. Sebuah dua kesatuan yang sangat ia rindukan."Waktunya sarapan, istriku.""Najis.""Mending kamu segera mengganti pakaian dan turun bersamaku," perintah Mikael, matahari yang menyinari wajah serta bibir

  • Dari Petshop Turun ke Hati CEO Tampan   Pertemuan yang Direncanakan

    Vony tidak bisa lagi menahan air matanya, ia tidak menyangka statusnya akan berubah dalam sekejap mata dengan cara kotor seperti ini. Pun ia tahu kehidupannya akan sangat terbantu oleh imbalan yang diberikan, ia tidak bisa menyembunyikan kegelisahan hati terkecilnya. Kenangan masa kecilnya kembali menyeruak ke permukaan. Tangannya yang bergetar dan berubah sedingin es tidak berhenti memainkan cincin hitam di tangan kirinya untuk mengalihkan kegugupan yang menyeruak dalam raganya.Entah sudah beberapa kali ia mendongakkan kepala agar air matanya tidak tumpah, napasnya yang terengah-engah dan sedikit tertahan menyita perhatian Mikael. Ia jelas bisa membaca dan memahami reaksi Vony, "Ketakutan terbesarmu masih sama kaya dulu, Von," ucapnya dalam hati. Mikael lalu menarik telapak tangan 'mempelai' wanitanya itu dan menggenggam lembut tangan Vony dibalik meja Akad. Tatapannya terus menjurus ke depan dimana sang penghulu merapikan posisinya mempersiapkan diri.Vony tersentak pelan saat tan

  • Dari Petshop Turun ke Hati CEO Tampan   Awal Pernikahan Sialan dengan Mr. M

    Livony Zea, seorang penulis dengan kepribadian yang garang, 25 tahun, memandang hidup dengan prinsip yang unik dan kuat. Satu hal yang membuatnya memilih untuk menemukan kebahagiaan dalam rencananya yang unik yaitu menua bersama sepuluh kucing dan dua anak hasil adopsi tanpa menikah, semua itu karena ia membenci pria. Menurutnya semua lelaki sama saja, brengsek. Hingga suatu hari, Livony melangkah menuju pusat adopsi hewan dan bertemu seorang CEO muda, dan agak gila. Keduanya tertarik pada seekor kucing yang sama. Himalaya putih dengan mata biru."Saya sudah mengincar kucing seperti ini dari lama untuk diadopsi. Apa urusannya dengan Anda? Silahkan pilih kucing lainnya di sini.""Saya juga tertarik padanya. Kucing ini memiliki daya tarik luar biasa dan saya akan memberikannya untuk keponakan saya sebagai hadiah ulang tahun. Silahkan ikhlaskan kucing ini karena saya akan bayar mahal, saat ini juga."Pertentangan pun dimulai, dengan kucing menjadi simbol persaingan antara dua kepribadia

DMCA.com Protection Status