“Vano di mana?” tanya Emily saat datang ke rumah orang tuanya.Emily cemas dengan keadaan sang adik, sehingga dia memilih pulang untuk melihat langsung.“Tadi pulang kuliah langsung masuk kamar. Mungkin belajar, dia sebentar lagi mau ujian,” jawab Aruna sambil menunjuk ke atas.Emily tak berkata-kata lagi, memilih langsung pergi ke kamar sang adik.Aruna keheranan karena tak biasanya Emily mencari Vano sampai terlihat begitu cemas.“Apa terjadi sesuatu?” tanya Aruna ke Alaric.Alaric ingin menjawab jujur, tapi karena Aruna belum tahu soal hubungan Vano dan Claudia, membuatnya memilih mencari alasan lain.“Aku juga kurang tahu, Ma. Mungkin Emi hanya kangen saja, tahu sendiri kalau dia suka minta aneh-aneh setelah hamil,” ujar Alaric memberikan alasan yang masuk akal.Aruna mengangguk-anggukkan kepala, lalu memilih mengabaikan yang dilakukan putrinya itu.Aruna pergi ke
Christina sudah panik, apalagi para pria itu semakin mendekat. Dia menoleh ke kanan dan kiri, ingin masuk mobil juga percuma karena mesinnya mati, ingin lari sepertinya mustahil.“Mobilnya mogok?” tanya salah satu dari pria itu.Christina menoleh saat mendengar pertanyaan pria itu. Dia semakin kebingungan haruskah menjawab atau tidak, hingga tiba-tiba ada mobil melaju ke arahnya.Beberapa detik sebelumnya. Gio baru saja selesai mengurus pekerjaan dan hendak kembali ke apartemen, tapi jalan yang seharusnya dilewati sedang ditutup karena ada kemacetan, membuat Gio memilih jalur lain. Hingga dia melihat mobil berhenti di sisi jalan, saat semakin dekat Gio melihat seorang wanita berjalan mundur dan ada beberapa pria di sana.Sebenarnya Gio ingin mengabaikan, tapi saat menyadari jika wanita itu adalah saudara Emily, membuatnya menepi lalu turun dari mobil.“Ada apa ini?” tanya Gio begitu sudah turun dan berjalan mendekat ke Christina.Christina menoleh ke Gio, sangat bersyukur melihat pria
Hari pernikahan Billy dan Claudia tiba. Acara pernikahan itu diadakan di sebuah hotel bintang lima. Emily dan Alaric sudah di sana, termasuk keluarga Emily yang memang turut diundang. “Vano tidak ikut?” tanya Emily saat bertemu dengan sang mami. “Kenapa ikut? Dia juga palingan ga mau ikut acara seperti ini,” jawab Aruna. Emily mengulum bibir mendengar jawaban Aruna. Lagian dia salah bertanya karena sang mama juga tidak tahu kalau Vano dan Claudia pernah pacaran. Mereka sudah menunggu di tempat pesta diadakan. Emily sudah sempat menemui Claudia sebelum bertemu dengan Aruna. “Bagaimana kondisi Billy?” tanya Emily saat sudah duduk bersama suaminya. Alaric tadi menemui Billy, sehingga menanyakan kondisi sahabat suaminya itu. “Demam,” jawab Alaric. Emily langsung melotot mendengar jawaban Alaric. “Dia sakit?” tanya Emily. Alaric menoleh sang istri, lalu menjawab, “Semalam katanya demam, tapi pagi ini sudah baik-baik saja.” “Sepertinya dia hanya gugup saja,” imbuh Alaric. Emily
Vano sangat terkejut saat melihat seorang gadis menarik tangannya. Apalagi gadis itu terlihat ketakutan, bahkan sampai menoleh ke belakang beberapa kali. “Tolong aku,” pinta gadis berumur di bawah Vano. Vano menoleh ke arah gadis itu menoleh, lalu bertanya, “Siapa kamu?” Belum juga gadis itu menjawab, dua pria datang mendekat dengan cepat ingin menarik tangan gadis yang meminta tolong Vano. Gadis itu langsung bersembunyi di belakang Vano karena tak ingin dibawa pergi oleh pria yang baru datang. “Jangan membangkang, cepatlah kemari!” bentak salah satu pria. Gadis itu gemetar saat bersembunyi di belakang Vano. Dia mencoba memohon ke pemuda itu. “Tolong aku, aku tidak mau dibawa pergi oleh mereka,” ucap gadis itu memohon sambil memegang lengan Vano. Vano menghela napas kasar, apa lagi ini sampai dirinya didatangi manusia-manusia aneh yang tiba-tiba meminta bantuan. “Kalian dengar, dia tidak mau pergi dengan kalian. Jadi pergilah!” Tubuh dan umur Vano memang tak sebanding dengan d
“Kamu kira aku apa mau jadi pelayanku? Aku saja masih tinggal bersama orang tuaku. Sudah, sana kamu pergi jangan aneh-aneh!” Vano mengusir gadis itu, lalu dia sendiri yang pergi terlebih dahulu.Gadis itu menoleh ke arah pria yang mengejarnya tadi pergi. Gadis itu takut dan panik sehingga memilih mengikuti Vano.Sadar jika sudah diikuti, Vano berhenti berjalan lalu menoleh ke gadis itu.“Apa? Kenapa malah mengikutiku? Kamu bisa pergi ke rumah orang tuamu atau ke temenmu atau saudara lain. Bukankah yang penting sekarang sudah bebas, kenapa malah mengikutiku!” amuk Vano kesal, apalagi dia sebenarnya sedang dalam kondisi mood buruk.“Orang tuaku entah di mana, aku tinggal dengan pamanku tapi dia menjualku. Kalau aku pulang, aku pasti diseret lalu diserahkan ke pria hidung belang. Aku tidak mau, biarkan aku ikut denganmu.” Gadis itu mencoba memohon karena tidak punya pilihan.Vano menghela napas kasar mendengar permi
“Vano tadi langsung pergi. Dia baik-baik saja, kan?” tanya Claudia saat duduk berdua dengan Emily.Emily menatap Claudia yang masih mencemaskan Vano. Dia mencoba untuk menjelaskan agar Claudia merasa lega.“Dia pasti baik-baik saja. Dia bilang akan belajar melepas. Jika kamu menunjukkan kecemasanmu ini kepadanya, aku yakin dia tidak akan bisa bangkit. Biarkan dia merenung sejenak, setelahnya aku yakin dia akan baik-baik saja,” balas Emily meyakinkan Claudia.Claudia menarik napas panjang lalu mengembuskan perlahan.“Aku hanya tak tega saat dia bicara tadi, dia seperti sangat sedih,” ujar Claudia karena tahu betul bagaimana sifat Vano.“Ya, sedih itu pasti. Tapi biarkan untuk sementara seperti itu,” balas Emily meyakinkan agar Claudia tak terlalu memikirkan Vano.Yang harus merelakan bukan hanya Vano, Claudia juga harus merelakan karena bagaimanapun dia sudah menjadi istrinya Billy, meskipun per
“Bu Emi, ada tamu,” kata Febry saat baru saja membuka pintu.Emily memandang ke arah Febry, lalu bertanya, “Siapa?”Febry membuka lebar pintu, hingga memperlihatkan seseorang yang ingin menemui Emily.“Chris. Ayo masuk!” Emily terlihat senang melihat kedatangan saudaranya itu.Christina berterima kasih ke Febry, lalu berjalan masuk menghampiri Emily yang sudah berdiri menyambutnya.“Apa yang membuatmu datang ke sini? Apa ada masalah?” tanya Emily lalu mengajak Christina duduk.Christina meletakkan paper bag di sofa, lalu duduk bersama Emily.“Sebenarnya aku mau minta tolong,” kata Christina.Emily menatap Christina sambil mengangguk. “Iya, tolong apa?”“Berikan ini ke Gio,” kata Christina sambil memberikan paper bag yang dibawanya.Emily mengerutkan dahi mendengar perkataan Christina, lalu memandang saudaranya itu sebelum menerima paper bag itu.“Jangan salah paham. Aku hanya mau berterima kasih saja waktu itu dia membantu dan menemaniku saat mobilku mogok. Beberapa hari lalu aku ke l
“Apa ini?” tanya Gio bingung saat Emily memberinya paper bag.Sore itu Gio diminta datang ke rumah Bobby atas permintaan Emily. Dia bingung kenapa tiba-tiba diberi paper bag.“Itu dari Chris, dia bilang sebagai tanda terima kasih karena sebelumnya kamu membantu dan menemaninya saat mobilnya mogok,” jawab Emily menjelaskan.Gio terdiam mendengar penjelasan Emily, lalu mengembalikan paper bag itu.“Kenapa dikembalikan?” tanya Emily terkejut.“Aku tidak mau menerima apa pun dari seseorang, jadi kembalikan saja kepadanya,” jawab Gio.“Dia sudah baik hati mau terima kasih, apa ini balasanmu?” Emily langsung mengamuk karena Gio menolak pemberian Chris.Gio melihat Emily yang kesal, lalu mencoba menjelaskan, “Bukan apa-apa, hanya saja aku tidak bisa menerimanya.”“Terima saja apa salahnya, hah? Jangan nyakitin hati orang yang berniat baik. Lagi pula Chris juga tak punya maksud lain, apa susahnya tinggal nerima?!” Emily yang mengamuk karena Gio kekeh tak mau menerima.“Ada apa sih?” tanya Mia