Share

Semua Berbohong

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-11 06:14:02

“Ayo duduk dulu,” ucap Claudia mengajak Emily duduk.

Emily benar-benar sedih dengan yang terjadi. Dia bingung harus bagaimana mengontrol emosi yang meluap sampai-sampai mengamuk ke semua orang.

Evano terlihat merasa bersalah dan berpikir jika sang kakak menangis karena hubungannya dengan Claudia.

“Duduklah.” Claudia membantu Emily duduk lantas mengambil tisu untuk menyeka air mata sahabatnya itu.

“Kami tidak bermaksud membohongimu, hanya saja aku dan Vano benar-benar masih pacaran biasa, kita juga bisa saja bertengkar dan putus, karena itu aku merasa tak perlu memberitahumu dulu,” ucap Claudia menjelaskan.

Evano terkejut mendengar ucapan Claudia yang mengatakan jika bisa saja putus, membuatnya tak senang karena ucapan wanita yang enam tahun lebih tua darinya itu.

Emily menarik napas panjang lantas mengembuskan kasar. Dia lantas menatap sang adik yang duduk di sebelahnya.

“Bagaimana bisa kamu pacaran sama wanita yang harusnya jadi kakakmu, hah?” Emily mengamuk Evano sambil menarik teli
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
kasihab emi....sabar ya semua pasti berlalu
goodnovel comment avatar
Titin Susiyana
makin ruet aja nih masalah. aduh kang kulkas plis deh jujur aja daripada entar menyesal ditinggal sama emi gimana coba????
goodnovel comment avatar
wardah
pasti tlp dari Al yg cari emi karena g ada kabar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Kebingungan

    Alaric kebingungan karena Emily benar-benar sudah tak ada di perusahaan. Dia sampai memohon ke security untuk membuka rekaman Cctv, untungnya karena dia menantu di perusahaan itu, sehingga kepala security mau memperlihatkan. Alaric melihat Emily pergi lewat taksi yang menjemput di pintu belakang gedung, pantas saja anak buahnya tak melihat. Dia berusaha menghubungi Emily lagi tapi tak berhasil, pulang ke rumah tapi istrinya juga tidak ada di rumah. Ingin bertanya ke keluarga, takutnya semua orang cemas. “Kamu sudah menemukannya?” tanya Alaric saat menghubungi Billy. “Belum, aku coba lacak GPS taksi yang membawa istrimu, tapi belum ketemu karena harus memilah file yang sangat banyak,” jawab Billy. “Lacak pertanggal dan jam tadi, Billy!” Alaric geram karena Billy mendadak lemot. “Sabarlah, aku sedang berusaha.” Alaric mengakhiri panggilan. Dia kebingungan di kamarnya karena Emily belum ditemukan. “Ke mana kamu? Kenapa pergi secara diam-diam bahkan mematikan ponsel?” Ala

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Menenangkan Diri

    “Tolong jaga kakakku,” ucap Evano saat berpamitan dengan Claudia. “Kamu tenang saja, dia kakakmu juga sahabatku tentu aku akan menjaganya dengan baik,” balas Claudia mencoba menenangkan Evano yang cemas. Evano melongok ke dalam, lantas memandang Claudia lagi. “Ada apa?” tanya Claudia yang aneh dengan tingkah kekasih berondongnya itu. Evano menyentuh pipi dengan telunjuk lantas berkata, “Sebelum aku pergi.” Claudia melotot mendengar ucapan pemuda itu. “Ish … kamu ini tidak takut Emi ngamuk lagi? Jangan aneh-aneh!” tolak Claudia padahal sebenarnya malu. “Ayolah, sekali. Biasanya juga tak masalah,” protes Evano. Claudia mengulum bibir, lantas menoleh ke dalam dan tak melihat Emily. Dia mencium pipi pemuda itu dengan cepat, hingga membuat Evano langsung tersenyum semringah. “Sudah sana, pergi.” Claudia mengusir pemuda itu karena malu sendiri. “Baiklah, aku pergi. Kalau ada apa-apa segera hubungi aku,” kata Evano. Claudia hanya mengangguk-angguk, lantas melambai ke Ev

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Gampang Ditipu?

    “Kenapa kamu memacari adikku?” tanya Emily saat diajak makan malam. Claudia terkejut mendengar Emily membahas itu lagi, tapi meski begitu dia berusaha bersikap tenang. “Ya karena suka,” jawab Claudia lantas memasukkan suapan ke mulut. “Apanya suka? Suka karena dia bakal gampang kamu kibulin?” tanya Emily sambil menelisik tajam ke Claudia. Claudia mencebik mendengar pertanyaan Emily. “Kamu tahu betul bagaimana aku, bisa-bisanya kamu nuduh begitu,” balas Claudia. Emily hanya menatap seolah meminta penjelasan. “Dia yang merayuku dulu. Ya, karena aku memang suka yang lebih muda, jadi aku terima saja,” ucap Claudia menjelaskan. “Mana ada tampang Vano yang hanya diam saat ketemu orang, mendadak merayumu. Pasti kamu yang merayu!” Emily mendadak tak terima adiknya dibilang merayu Claudia. “Ih … ga percaya kamu. Dia memang memiliki tampang polos, aslinya juga ….” Claudia langsung mengatupkan bibir tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Menemukan Emi

    “Kamu takut istrimu disekap?” tanya Billy saat melihat Alaric yang terlihat sangat tegang. “Tidak, aku yakin dia baik-baik saja, hanya saja aku perlu tahu, kenapa dia mematikan ponsel dan tak memberitahuku,” jawab Alaric sambil mengecek daftar pemilik unit apartemen yang didapat Billy. Alaric fokus melihat satu persatu nama yang tertera, hingga tatapan matanya tertuju ke satu nama. “Claudia Grasyella, dia di tempat Claudia,” gumam Alaric lantas bernapas lega karena Emily pasti baik-baik saja di sana. Namun, pertanyaannya sekarang adalah kenapa Emily ke tempat Claudia lantas mengabaikannya. “Sepertinya adiknya juga berbohong,” ucap Alaric setelah memastikan Emily di mana. “Adik?” Billy mengerutkan alis. “Ya, aku bertemu adiknya Emi saat di apartemen. Dia berkata kalau tak bertemu Emi dan di sana karena menemui kekasihnya. Bisa jadi Evano di sana karena menemui Emi tapi menyembunyikannya dariku,” ujar Alaric menjela

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Tak Mau Melihat

    Emily sangat terkejut melihat siapa yang datang. Dia berdiri sambil memalingkan muka. “Mau apa ke sini?” tanya Emily tanpa mau menatap pria yang ada di depannya. “Kenapa tidak bisa dihubungi?” tanya Alaric yang pagi itu nekat menemui Emily. “Aku sedang malas,” jawab Emily lantas ingin menutup pintu tapi ditahan Alaric. Pria itu mendorong pintu agar terbuka lebar, lantas merangsek masuk. Emily tak bisa berbuat banyak, hingga memilih mengabaikan dengan meninggalkan Alaric. “Kamu masih marah soal pembahasan tempo hari?” tanya Alaric sambil berjalan mengikuti Emily. Emily menghentikan langkah mendengar pertanyaan Alaric. Dia membalikkan badan lantas menatap Alaric. “Kamu benar-benar munafik!” sembur Emily kembali kesal. “Jika kamu tak menjelaskan apa kesalahanku, apa kamu berniat terus diam seperti ini?” tanya Alaric tak menanggapi amukan istrinya. Emily tertawa sumbang mendengar pertanyaan Alaric, hingga kemudian menatap suaminya itu. “Kamu memang egois, Al! Bagaiman

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Takut Kehilangan

    “Al sudah ke kantor?” tanya Bobby karena mereka sarapan tanpa Alaric dan Emily.Semalam Bobby tidak makan malam, sehingga tak tahu jika cucu dan cucu menantunya tidak di rumah.“Mereka tidak pulang semalam, mungkin menginap lagi di apartemen. Biarkan saja, asal hubungan mereka semakin mesra,” balas Mia lantas menyantap sarapan yang tersedia.Bobby mengangguk-angguk mendengar jawaban menantunya itu.“Lena menghubungiku, apa Papa menemuinya?” tanya Mia sambil menatap ayah mertuanya itu.Dia tak sempat bertanya karena Bobby terus di kamar setelah kembali dari perusahaan.Bobby langsung menatap Mia yang baru saja bertanya.Mia menoleh ayah mertuanya, lantas terlihat sedih.“Seharusnya aku tak perlu memberitahu Papa, tapi sekarang semua yang terjadi bukan hanya tentangku, tapi juga tentang Al dan Emi,” ucap Mia lagi.Bobby pun diam mendengar ucapan Mia.“Aku dan Al selama ini mengalah, tapi kenapa mereka terus berusaha menyingkirkan kami. Apa aku kurang diam? Atau karena aku dan Al diangga

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Membujuk

    “Apa kamu membuat masalah dengan orang?”Farrel diminta pulang hingga mendapat cecaran dari sang ayah.“Tidak,” jawab Farrel dengan santainya.“Lalu apa ini? Semua klien yang ingin bekerjasama dengan kita, sekarang mundur semua dengan alasan sama, batal tertarik!”Farrel melihat sang ayah yang sangat murka kepadanya.“Kamu tidak jadi menikah dengan Emily saja sudah menjadi bencana, lalu sekarang apa lagi ini? Kamu pikir mudah mencari klien?”Farrel hanya diam saat mendengar sang papa yang terus marah-marah.“Katakan saja jujur ke kami, Nak. Apa kamu membuat masalah atau menyinggung seseorang sampai perusahaan kita dibuat seperti ini?” tanya sang mama sambil menatap Farrel yang hanya diam.“Aku tidak merasa menyinggung siapa pun. Bisa saja itu ulah saingan bisnis kita, makanya mereka mundur karena mendengar cerita buruk yang sifatnya fitnah tentang perusahaan kita,” ucap Farrel membela diri.Sang papa tetap terlihat kesal meski Farrel sudah menjelaskan.“Perusahaan itu papa bangun dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Akal Alaric

    Emily berjalan menuju lift setelah selesai bekerja di sore hari. Dia menunggu lift bersama dengan para staffnya, hingga saat pintu lift terbuka, Emily melihat ayahnya ternyata di dalam.Emily tersenyum lantas masuk lift bersama sang papi yang ada di sana bersama asisten pria itu. Staff lain merasa canggung dan memilih tak masuk.“Kemarin kenapa ambil cuti?” tanya Ansel yang ternyata tahu kalau putrinya tidak masuk kerja.“Oh, ya. Kemarin agak tidak enak badan, jadi aku memilih ambil cuti sehari,” jawab Emily terkejut mendengar pertanyaan itu.“Sekarang bagaimana? Masih tidak enak badan?” tanya Ansel lagi.“Sudah mendingan,” jawab Emily lagi.“Kenapa ponselmu tidak aktif?” tanya Ansel seolah menyelidik.Emily mengulum bibir mendengar pertanyaan sang papi, lantas menjawab, “Kemarin aku mematikannya agar bisa istirahat dengan tenang.”Saat selesai menjawab pertanyaan sang papi, Emily pun berjalan keluar dari lift yang terbuka di lobi.“Kamu tidak berangkat kerja dan mematikan ponsel buka

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13

Bab terbaru

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status