Share

Takut Kehilangan

last update Last Updated: 2024-06-12 11:20:59

“Al sudah ke kantor?” tanya Bobby karena mereka sarapan tanpa Alaric dan Emily.

Semalam Bobby tidak makan malam, sehingga tak tahu jika cucu dan cucu menantunya tidak di rumah.

“Mereka tidak pulang semalam, mungkin menginap lagi di apartemen. Biarkan saja, asal hubungan mereka semakin mesra,” balas Mia lantas menyantap sarapan yang tersedia.

Bobby mengangguk-angguk mendengar jawaban menantunya itu.

“Lena menghubungiku, apa Papa menemuinya?” tanya Mia sambil menatap ayah mertuanya itu.

Dia tak sempat bertanya karena Bobby terus di kamar setelah kembali dari perusahaan.

Bobby langsung menatap Mia yang baru saja bertanya.

Mia menoleh ayah mertuanya, lantas terlihat sedih.

“Seharusnya aku tak perlu memberitahu Papa, tapi sekarang semua yang terjadi bukan hanya tentangku, tapi juga tentang Al dan Emi,” ucap Mia lagi.

Bobby pun diam mendengar ucapan Mia.

“Aku dan Al selama ini mengalah, tapi kenapa mereka terus berusaha menyingkirkan kami. Apa aku kurang diam? Atau karena aku dan Al diangga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
bagus Billy kamu harus tegas sama al biar dia ga bohongin EMI lagi
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Biar aja al kehilangan EMI abis ngeyel sih ga mau jujur dari awal ,pengen tak getok
goodnovel comment avatar
Wida
yess bner bnget omongan Billy
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Membujuk

    “Apa kamu membuat masalah dengan orang?”Farrel diminta pulang hingga mendapat cecaran dari sang ayah.“Tidak,” jawab Farrel dengan santainya.“Lalu apa ini? Semua klien yang ingin bekerjasama dengan kita, sekarang mundur semua dengan alasan sama, batal tertarik!”Farrel melihat sang ayah yang sangat murka kepadanya.“Kamu tidak jadi menikah dengan Emily saja sudah menjadi bencana, lalu sekarang apa lagi ini? Kamu pikir mudah mencari klien?”Farrel hanya diam saat mendengar sang papa yang terus marah-marah.“Katakan saja jujur ke kami, Nak. Apa kamu membuat masalah atau menyinggung seseorang sampai perusahaan kita dibuat seperti ini?” tanya sang mama sambil menatap Farrel yang hanya diam.“Aku tidak merasa menyinggung siapa pun. Bisa saja itu ulah saingan bisnis kita, makanya mereka mundur karena mendengar cerita buruk yang sifatnya fitnah tentang perusahaan kita,” ucap Farrel membela diri.Sang papa tetap terlihat kesal meski Farrel sudah menjelaskan.“Perusahaan itu papa bangun dari

    Last Updated : 2024-06-13
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Akal Alaric

    Emily berjalan menuju lift setelah selesai bekerja di sore hari. Dia menunggu lift bersama dengan para staffnya, hingga saat pintu lift terbuka, Emily melihat ayahnya ternyata di dalam.Emily tersenyum lantas masuk lift bersama sang papi yang ada di sana bersama asisten pria itu. Staff lain merasa canggung dan memilih tak masuk.“Kemarin kenapa ambil cuti?” tanya Ansel yang ternyata tahu kalau putrinya tidak masuk kerja.“Oh, ya. Kemarin agak tidak enak badan, jadi aku memilih ambil cuti sehari,” jawab Emily terkejut mendengar pertanyaan itu.“Sekarang bagaimana? Masih tidak enak badan?” tanya Ansel lagi.“Sudah mendingan,” jawab Emily lagi.“Kenapa ponselmu tidak aktif?” tanya Ansel seolah menyelidik.Emily mengulum bibir mendengar pertanyaan sang papi, lantas menjawab, “Kemarin aku mematikannya agar bisa istirahat dengan tenang.”Saat selesai menjawab pertanyaan sang papi, Emily pun berjalan keluar dari lift yang terbuka di lobi.“Kamu tidak berangkat kerja dan mematikan ponsel buka

    Last Updated : 2024-06-13
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mencoba Berbaikan

    Bukannya menghentikan laju mobil, Alaric semakin memacu membuat Emily agak panik.“Al!” teriak Emily takut.Alaric membelokkan mobil di area taman yang agak sepi. Namun, dia mengunci pintu mobil secara otomatis yang hanya bisa dibuka olehnya, membuat Emily sama sekali tak bisa berkutik.“Buka pintunya!” perintah Emily.Alaric hanya menoleh istrinya itu tanpa membalas ucapan Emily sama sekali.Emily melirik tajam ke suaminya, tapi akhirnya memilih melipat kedua tangan di depan dada sambil mendengkus kasar.“Apa sebenarnya yang kamu inginkan?” tanya Emily menurunkan ego karena tak bisa kabur dari sana. Dia bicara dengan nada suara yang diturunkan beberapa oktaf.“Hanya ingin duduk denganmu,” jawab Alaric.Emily menoleh suaminya sekilas lantas kembali memandang ke depan.Emily tak tahu apa yang sebenarnya diinginkan Alaric. Mereka hanya duduk diam tanpa kata, bahkan Emily berpikir jika suaminya tak ada usaha sama sekali untuk meminta maaf.Saat keduanya masih diam di sana, Emily melihat

    Last Updated : 2024-06-13
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mencoba Jujur

    “Apa kamu bilang?” Emily langsung melotot mendengar jawaban Alaric.Alaric hanya menahan tawa melihat istrinya itu emosi. Dia menghela napas kasar lantas mencoba menjelaskan.“Aku sama sekali tidak bermaksud berbohong. Saat itu posisiku sulit. Jika aku jujur, lalu kamu tak terima dan melaporkannya ke polisi, maka posisiku di keluarga dan di mata publik akan terancam,” ujar Alaric akhirnya menjelaskan.Emily diam mendengar ucapan Alaric. Meski alasannya masuk akal, tapi tetap saja baginya menyakitkan.“Kamu lebih mementingkan warisan!” ketus Emily kesal.“Karena banyak yang aku perjuangkan di sini, bukan hanya aku tapi juga Mama. Aku hanya berusaha terlihat baik dan menghindari masalah,” balas Alaric menjelaskan.“Aku benar-benar tak berniat terus berbohong, tapi aku hanya mencari waktu yang tepat. Tapi ternyata sebelum aku jujur, sudah ada tangan jahil yang berusaha menghancurkan kepercayaanmu kepadaku,” ujar Alaric lagi.Emily pun terdiam mendengar penjelasan Alaric, hingga dia menol

    Last Updated : 2024-06-13
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Orangtua Overthinking

    “Ceritanya sudah balikan?”Claudia menatap Emily yang sedang mengemas barang lantas melirik Alaric yang duduk di ruang tamu.“Sudah,” jawab Emily tanpa rasa malu sama sekali setelah bertengkar dengan suaminya.“Dih, gitu lho ngapain sampai minggat? Harusnya kamu tuh ga usah pakai acara pergi segala, tinggal bicarakan juga kelar, kenapa harus pakai acara diem-dieman.” Claudia menggeleng kepala setelah bicara karena merasa tingkah sahabatnya itu lucu.“Kamu juga diem-dieman saat bertengkar dengan adikku!” ledek Emily.“Itu beda!” sanggah Claudia.Emily menghela napas kasar. Dia menoleh ke pintu kamar yang terbuka, melihat Alaric yang menunggunya di sana.“Bukan sekadar marah, aku hanya sekadar memberinya shock therapy agar dia tak melakukan hal itu lagi,” ujar Emily menjelaskan.“Shock therapy apanya? Yang ada kamu shick shack shock kalau suamimu cuek,” balas Claudia yang tahu betul kalau Emily tak mau disalahkan atas keputusan yang dibuat.Emily hanya tertawa mendengar balasan Claudia.

    Last Updated : 2024-06-13
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Kerjasama

    Farrel masuk ke salah satu private room di klub itu. Dia melihat seorang pria yang sudah duduk di sana. Farrel belum bisa melihat pasti wajah pria yang hendak menemuinya karena ruangan itu begitu gelap. “Duduklah.” Suara pria bernada tegas terdengar, membuat Farrel duduk di salah satu sofa. Farrel pun akhirnya melihat siapa pria yang menghubunginya. “Kupikir kamu takkan percaya dengan pesanku,” ucap Gio sedikit mencondongkan tubuh untuk meraih gelas yang ada di meja. Farrel masih memperhatikan Gio yang sama sekali tak dikenalnya. “Kamu tidak berusaha membohongiku, kan?” tanya Farrel agak waspada. Gio sedang menenggak minumannya saat mendengar pertanyaan Farrel. Pria itu memulas senyum setelah selesai minum, dia bahkan menuangkan minuman berwarna coklat ke gelas kaca yang ada di meja. “Untuk apa membohongimu? Aku benar-benar ingin menawarkan kerjasama,” ucap Gio sambil mengulurkan gelas kaca berisi minuman ke Farrel. Farrel masih menatap tak langsung mengambil gelas dari tangan

    Last Updated : 2024-06-14
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Besar Kepala

    “Tidak apa-apa jika kalian masih mau menginap di sini. Tapi, kalau memang kurang enak badan atau sakit, jangan disembunyikan seperti kemarin,” ucap Mia ke Emily. “Iya, Emi. Kalau sakit itu bilang, jangan diam-diam saja. Kalau kamu kenapa-kenapa gimana? Biasanya juga kalau sakit selalu manja, kenapa sekarang malah sembunyi-sembunyi?” Aruna ikut menimpali. Emily langsung malu mendengar ucapan sang mami, membuatnya terlihat seperti anak kecil di depan mertua. “Sekarang sudah ada Al, kalian jangan cemas,” balas Emily agar dua wanita itu tidak mencurigai atau mencemaskannya lagi. Emily melirik Alaric yang berdiri di sampingnya, menebak jika pria itu pasti besar kepala karena ucapannya. Mia dan Aruna langsung melirik sambil saling senyum mendengar balasan Emily, mereka pun akhirnya pamit setelah makan malam di apartemen itu. Emily dan Alaric mengantar orang tua mereka sampai di depan pintu, lantas kembali masuk setelah memastikan ibu mereka masuk lift. “Sekarang sudah ada aku yang me

    Last Updated : 2024-06-14
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mencari Partner

    “Sepertinya kamu harus waspada.” Alaric langsung menatap Billy yang baru saja mengatakan itu. “Ada informasi apa?” tanya Alaric karena tahu maksud ucapan Billy. Billy menggoyangkan kursi yang diduduki, dua tangan tampak memainkan pulpen. “Gio merekrut orang untuk melawanmu,” ucap Billy. Alaric diam dengan tatapan tajam mendengar ucapan Billy. “Dia masih ingin melawanku?” Alaric benar-benar tak senang akan hal itu. “Ya, tentu saja.” Billy meletakkan pulpen di meja, lantas memandang Alaric yang terlihat tak senang sama sekali. “Dia takkan menyerah sebelum kamu mundur dari jabatanmu dan melepas semua milikmu. Dia pasti akan melakukan segala cara meski kamu sudah memperingatkan,” ucap Billy sambil menatap Alaric yang terlihat kesal. Alaric mengepalkan telapak tangan. Dia benar-benar tak menyangka jika Gio akan semakin menjadi-jadi setelah dirinya menikah. “Ternyata dia tak mau berhenti meski sudah kalah,” geram Alaric. “Dia takkan berhenti sebelum kamu mati!” timpal Billy yang

    Last Updated : 2024-06-14

Latest chapter

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status