Share

Kerjasama

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-14 05:53:33

Farrel masuk ke salah satu private room di klub itu. Dia melihat seorang pria yang sudah duduk di sana. Farrel belum bisa melihat pasti wajah pria yang hendak menemuinya karena ruangan itu begitu gelap.

“Duduklah.” Suara pria bernada tegas terdengar, membuat Farrel duduk di salah satu sofa.

Farrel pun akhirnya melihat siapa pria yang menghubunginya.

“Kupikir kamu takkan percaya dengan pesanku,” ucap Gio sedikit mencondongkan tubuh untuk meraih gelas yang ada di meja.

Farrel masih memperhatikan Gio yang sama sekali tak dikenalnya.

“Kamu tidak berusaha membohongiku, kan?” tanya Farrel agak waspada.

Gio sedang menenggak minumannya saat mendengar pertanyaan Farrel. Pria itu memulas senyum setelah selesai minum, dia bahkan menuangkan minuman berwarna coklat ke gelas kaca yang ada di meja.

“Untuk apa membohongimu? Aku benar-benar ingin menawarkan kerjasama,” ucap Gio sambil mengulurkan gelas kaca berisi minuman ke Farrel.

Farrel masih menatap tak langsung mengambil gelas dari tangan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (11)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
kamu malah akan semakin hancur farel
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
hadeeehhhh dua orang yg sm2 cari mati kalian
goodnovel comment avatar
Titin Susiyana
duo laknat kolaborasi...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Besar Kepala

    “Tidak apa-apa jika kalian masih mau menginap di sini. Tapi, kalau memang kurang enak badan atau sakit, jangan disembunyikan seperti kemarin,” ucap Mia ke Emily. “Iya, Emi. Kalau sakit itu bilang, jangan diam-diam saja. Kalau kamu kenapa-kenapa gimana? Biasanya juga kalau sakit selalu manja, kenapa sekarang malah sembunyi-sembunyi?” Aruna ikut menimpali. Emily langsung malu mendengar ucapan sang mami, membuatnya terlihat seperti anak kecil di depan mertua. “Sekarang sudah ada Al, kalian jangan cemas,” balas Emily agar dua wanita itu tidak mencurigai atau mencemaskannya lagi. Emily melirik Alaric yang berdiri di sampingnya, menebak jika pria itu pasti besar kepala karena ucapannya. Mia dan Aruna langsung melirik sambil saling senyum mendengar balasan Emily, mereka pun akhirnya pamit setelah makan malam di apartemen itu. Emily dan Alaric mengantar orang tua mereka sampai di depan pintu, lantas kembali masuk setelah memastikan ibu mereka masuk lift. “Sekarang sudah ada aku yang me

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mencari Partner

    “Sepertinya kamu harus waspada.” Alaric langsung menatap Billy yang baru saja mengatakan itu. “Ada informasi apa?” tanya Alaric karena tahu maksud ucapan Billy. Billy menggoyangkan kursi yang diduduki, dua tangan tampak memainkan pulpen. “Gio merekrut orang untuk melawanmu,” ucap Billy. Alaric diam dengan tatapan tajam mendengar ucapan Billy. “Dia masih ingin melawanku?” Alaric benar-benar tak senang akan hal itu. “Ya, tentu saja.” Billy meletakkan pulpen di meja, lantas memandang Alaric yang terlihat tak senang sama sekali. “Dia takkan menyerah sebelum kamu mundur dari jabatanmu dan melepas semua milikmu. Dia pasti akan melakukan segala cara meski kamu sudah memperingatkan,” ucap Billy sambil menatap Alaric yang terlihat kesal. Alaric mengepalkan telapak tangan. Dia benar-benar tak menyangka jika Gio akan semakin menjadi-jadi setelah dirinya menikah. “Ternyata dia tak mau berhenti meski sudah kalah,” geram Alaric. “Dia takkan berhenti sebelum kamu mati!” timpal Billy yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Bisa Badas

    “Al, Mama mau bicara sebentar,” ucap Mia saat Alaric baru saja pulang bekerja bersama Emily. Alaric menatap Mia yang agak cemas. Dia menoleh Emily yang berdiri di sampingnya. “Naiklah ke kamar dulu,” kata Alaric ke Emily. Emily mengangguk dengan seulas senyum, lantas memilih meninggalkan suaminya bersama sang mertua. Mia dan Alaric menatap Emily yang pergi menaiki anak tangga, hingga Mia mengajak Alaric duduk lebih dulu. “Apa ada masalah?” tanya Alaric saat melihat sang mama cemas. “Apa kamu tahu soal kabar Gio mau menikah?” tanya Mia. Alaric terkejut mendengar ucapan sang mama, lantas menggelengkan kepala untuk menjawab. “Dia mau menikah? Dengan Aster?” tanya Alaric memastikan. “Entah, mama tidak tahu,” jawab Mia karena tak yakin. “Tadi kakekmu mendapat kabar kalau besok malam Gio akan mengadakan makan malam untuk memperkenalkan calon istrinya, itu berarti bukan Aster,” ucap Mia menjelaskan apa yang diketahuinya dari sang ayah mertua. Alaric pun diam sambil berpikir. Tentu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Calon Istri

    Malam itu Emily sedang bersiap-siap untuk ikut ke acara makan malam yang diadakan keluarga Gio.Meski dirinya malas karena perbuatan Gio yang terus berusaha merusak hubungannya dengan Alaric, tapi Emily harus tetap ikut untuk menjaga nama baik keluarga Alaric.“Kamu sudah siap?” tanya Alaric saat mengecek Emily di kamar ganti.Emily menoleh suaminya. Dia baru saja selesai memakai anting.“Apa penampilanku berlebihan?” tanya Emily meminta pendapat. Dia tak mau mempermalukan suaminya jika berpenampilan buruk.Alaric mendekat ke Emily, lantas memperhatikan gaun hingga perhiasan yang dipakai istrinya itu.“Tidak sama sekali. Bahkan ini sempurna dan sangat cocok denganmu,” jawab Alaric memuji istrinya itu.Emily tersipu malu mendapat pujian itu. Sejak berbaikan, Alaric jadi lebih sering memujinya.“Ayo!” ajak Alaric karena Emily sudah siap.Emily mengangguk lantas menggandeng tangan suaminya itu.Mereka berangkat menggunakan mobil sendiri, sedangkan Bobby dan Mia pergi menggunakan mobil la

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Pandai Akting

    Anggota keluarga lain mengucapkan selamat dan senang dengan kehadiran Selena, tapi tidak dengan Emily.“Apa maksudnya ini?” Emily benar-benar tak memprediksi semua ini.“Kecurigaanku benar, pasti ada sesuatu,” gumam Alaric sambil menoleh Emily.Emily pun tak menyangka jika Selena akan menikah dengan Gio padahal rivalnya itu baru merebut Farrel darinya.“Dia benar-benar busuk, kan? Dia selalu berusaha mengambil apa pun yang aku miliki, apakah ini salah satu rencana untuk mendapatkan apa yang aku miliki?” Emily menoleh Alaric hingga keduanya saling tatap.Alaric mengajak Emily berdiri, lantas berbisik, “Tetaplah tenang.”Emily mencoba tenang meski rasanya berat karena yang ada di hadapannya sekarang adalah musuh yang terus berusaha menjatuhkannya.Alaric dan Emily terpaksa menemui Selena karena menjaga nama baik Mia.Saat Emily dan Alaric berjalan mendekat ke Selena yang sedang menerima selamat dari anggota keluarga lain, wanita itu menatap Emily sambil tersenyum tipis.“Kamu pasti tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Obsesi ke Emily

    “Kamu yakin mau makan di tempat seperti ini?” tanya Alaric sambil menatap heran ke Emily.“Iya, memangnya kenapa?” Emily melepas sabuk pengaman ingin segera turun dari mobil.Alaric tak bisa mencegah keinginan Emily. Dia pun akhirnya turun mengikuti Emily yang ingin makan di tenda pinggir jalan daripada di restoran mewah.“Dulu waktu masih kuliah, aku sama Claud sering makan di pinggir jalan. Nyari suasana baru, ga melulu di retoran atau kafe,” ucap Emily sambil mengulurkan tangan ke Alaric untuk mengajak suaminya itu.Alaric menatap Emily yang terlihat senang, tiba-tiba saja terbesit sebuah kerinduan dalam pancaran matanya.“Ada apa?” tanya Emily keheranan karena tatapan suaminya agak berbeda.Alaric tersenyum tipis sambil menggeleng kepala pelan. Dia pun meraih tangan Emily, lantas keduanya berjalan menuju warung tenda bersama.“Kamu alergi seafood, ga?” tanya Emily saat akan memesan.“Tidak,” jawab Alaric.“Oke,” balas Emily lantas memesan menu tanpa bertanya apa yang diinginkan Al

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Membuat Rencana Licik

    “Jika Emily benar hamil, maka bisa jadi semua orang akan semakin menyayangi dan melindunginya.”Selena menggigit ujung kuku setelah mengatakan itu. Dia mendadak cemas jika tak bisa menggeser posisi Emily.Gio melirik Selena yang terlihat cemas. Dia sedang menuang minuman ke gelas, setelahnya mendekat ke wanita itu sambil membawa dua gelas berisi minuman.Mereka pergi ke apartemen milik Gio setelah makan malam selesai, tentu saja keduanya ke sana untuk membahas rencana mereka setelah mendeklarasikan pernikahan mereka.“Itu tugasmu. Kamu harus memikirkan cara agar bisa membuat Emily tak memiliki posisi di keluarga,” ucap Gio sambil menyodorkan salah satu gelas ke Selena.Selena menatap pria itu, lantas menerima gelas yang disodorkan.“Kamu wanita cerdas. Jika kamu bisa merebut apa pun darinya, kamu juga pasti bisa membuatnya tersingkirkan dari posisinya sekarang,” ucap Gio lagi lantas menenggak minuman yang ada di gelas.Selena terdiam sejenak, lantas membalas, “Jika aku hamil, dia tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Rapat Pemegang Saham

    “Siang ini Pak Bobby akan memberikan 30 persen saham miliknya di perusahaan utama ke sepupumu.”Gio mengepalkan erat mendengar informasi dari seberang panggilan.“Tapi ini belum enam bulan, kenapa Kakek sudah mau memberikan perusahaan itu ke Alaric?”Suara Gio sangat tinggi. Dia emosi karena sang kakek memajukan jadwal dari yang seharusnya.Gio seharusnya memiliki waktu tiga bulan lagi untuk membuat Alaric dan Emily berpisah agar syarat yang diberikan Bobby gagal terpenuhi, tapi siapa sangka sang kakek malah mengubah rencana.“Ya, itu keputusan kakekmu. Pemberitahuan soal rapat pemegang saham diumumkan semalam, mungkin kakekmu sedang mengantisipasi sesuatu,” ucap pria dari seberang panggilan.Gio mengepalkan telapak tangan erat. Dia akhirnya mematikan panggilan itu karena kesal.“Agh! Sialan!”Gio mengumpat sambil mendorong semua barang di meja hingga jatuh berserakan di lantai. Dia mengamuk untuk meluapkan kekesalannya atas keputusan sang kakek yang berubah.“Alaric! Alaric! Terus sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16

Bab terbaru

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status