Alaric menjadi kasihan ke Billy, tapi sejak awal Billy juga menerima bersandiwara, kalau akhirnya seperti ini juga tak ada yang menduganya.Alaric pergi ke perusahaan Emily untuk mengajak makan siang bersama. Saat sampai di lobi, Alaric malah melihat Emily berjalan bersama Gio.“Kenapa dia sudah ada di sini?” Alaric langsung tak senang, tentu saja merasa cemburu karena mendadak Gio menjadi bayang-bayang di antara dirinya dan Emily.“Sudah lama?” tanya Emily saat akan masuk mobil.“Baru saja sampai,” jawab Alaric, “kenapa dia di sini bersamamu? Sejak kapan perusahaannya pindah ke sini?” tanya Alaric saat melihat Gio masuk mobil bagian belakang.Gio tahu jika pertanyaan Alaric mengandung nada sindiran, tapi dia tak peduli. Gio tetap duduk dengan tenang di belakang seperti penumpang yang menunggu sopirnya jalan.Emily menoleh ke Gio, lalu menatap suaminya yang sedikit kesal.“Tadi Gio datang membawakan strawbery smooties, karena mendekati jam makan siang, jadi aku ajak dia sekalian makan
Gio menghela napas kasar. Padahal mobilnya ada di perusahaan Emily, tapi dia dipaksa ikut dengan wanita yang baru dikenalnya itu.“Saat pernikahan Emi, aku melihatmu di sana tapi sepertinya kamu tak melihatku,” ucap Christina sambil menoleh Gio yang sedang menyetir.Gio tak mungkin membiarkan wanita menyetir untuk dirinya, sehingga dia menawarkan diri yang membawa mobil itu. Perusahaan Gio dan keluarga Christina ternyata dekat, sehingga Alaric memaksanya ikut Christina karena sejalan.“Iya,” balas Gio singkat.“Sepertinya dulu kamu tidak sependiam ini? Aku melihatmu banyak berinteraksi dengan orang,” ucap Christina mengajak bicara untuk sekadar menghangatkan suasana.Gio tak membalas ucapan Christina, malah seperti sengaja memfokuskan pandangan ke jalanan.Christina akhirnya memilih diam karena Gio tak menanggapi ucapannya, hingga akhirnya mobil mereka sampai di perusahaan Gio.“Terima kasih tumpangannya,” ucap Gio sambil melepas seatbelt.Christina hanya mengangguk lalu turun dari mo
“Vano di mana?” tanya Emily saat datang ke rumah orang tuanya.Emily cemas dengan keadaan sang adik, sehingga dia memilih pulang untuk melihat langsung.“Tadi pulang kuliah langsung masuk kamar. Mungkin belajar, dia sebentar lagi mau ujian,” jawab Aruna sambil menunjuk ke atas.Emily tak berkata-kata lagi, memilih langsung pergi ke kamar sang adik.Aruna keheranan karena tak biasanya Emily mencari Vano sampai terlihat begitu cemas.“Apa terjadi sesuatu?” tanya Aruna ke Alaric.Alaric ingin menjawab jujur, tapi karena Aruna belum tahu soal hubungan Vano dan Claudia, membuatnya memilih mencari alasan lain.“Aku juga kurang tahu, Ma. Mungkin Emi hanya kangen saja, tahu sendiri kalau dia suka minta aneh-aneh setelah hamil,” ujar Alaric memberikan alasan yang masuk akal.Aruna mengangguk-anggukkan kepala, lalu memilih mengabaikan yang dilakukan putrinya itu.Aruna pergi ke
Christina sudah panik, apalagi para pria itu semakin mendekat. Dia menoleh ke kanan dan kiri, ingin masuk mobil juga percuma karena mesinnya mati, ingin lari sepertinya mustahil.“Mobilnya mogok?” tanya salah satu dari pria itu.Christina menoleh saat mendengar pertanyaan pria itu. Dia semakin kebingungan haruskah menjawab atau tidak, hingga tiba-tiba ada mobil melaju ke arahnya.Beberapa detik sebelumnya. Gio baru saja selesai mengurus pekerjaan dan hendak kembali ke apartemen, tapi jalan yang seharusnya dilewati sedang ditutup karena ada kemacetan, membuat Gio memilih jalur lain. Hingga dia melihat mobil berhenti di sisi jalan, saat semakin dekat Gio melihat seorang wanita berjalan mundur dan ada beberapa pria di sana.Sebenarnya Gio ingin mengabaikan, tapi saat menyadari jika wanita itu adalah saudara Emily, membuatnya menepi lalu turun dari mobil.“Ada apa ini?” tanya Gio begitu sudah turun dan berjalan mendekat ke Christina.Christina menoleh ke Gio, sangat bersyukur melihat pria
Hari pernikahan Billy dan Claudia tiba. Acara pernikahan itu diadakan di sebuah hotel bintang lima. Emily dan Alaric sudah di sana, termasuk keluarga Emily yang memang turut diundang. “Vano tidak ikut?” tanya Emily saat bertemu dengan sang mami. “Kenapa ikut? Dia juga palingan ga mau ikut acara seperti ini,” jawab Aruna. Emily mengulum bibir mendengar jawaban Aruna. Lagian dia salah bertanya karena sang mama juga tidak tahu kalau Vano dan Claudia pernah pacaran. Mereka sudah menunggu di tempat pesta diadakan. Emily sudah sempat menemui Claudia sebelum bertemu dengan Aruna. “Bagaimana kondisi Billy?” tanya Emily saat sudah duduk bersama suaminya. Alaric tadi menemui Billy, sehingga menanyakan kondisi sahabat suaminya itu. “Demam,” jawab Alaric. Emily langsung melotot mendengar jawaban Alaric. “Dia sakit?” tanya Emily. Alaric menoleh sang istri, lalu menjawab, “Semalam katanya demam, tapi pagi ini sudah baik-baik saja.” “Sepertinya dia hanya gugup saja,” imbuh Alaric. Emily
Vano sangat terkejut saat melihat seorang gadis menarik tangannya. Apalagi gadis itu terlihat ketakutan, bahkan sampai menoleh ke belakang beberapa kali. “Tolong aku,” pinta gadis berumur di bawah Vano. Vano menoleh ke arah gadis itu menoleh, lalu bertanya, “Siapa kamu?” Belum juga gadis itu menjawab, dua pria datang mendekat dengan cepat ingin menarik tangan gadis yang meminta tolong Vano. Gadis itu langsung bersembunyi di belakang Vano karena tak ingin dibawa pergi oleh pria yang baru datang. “Jangan membangkang, cepatlah kemari!” bentak salah satu pria. Gadis itu gemetar saat bersembunyi di belakang Vano. Dia mencoba memohon ke pemuda itu. “Tolong aku, aku tidak mau dibawa pergi oleh mereka,” ucap gadis itu memohon sambil memegang lengan Vano. Vano menghela napas kasar, apa lagi ini sampai dirinya didatangi manusia-manusia aneh yang tiba-tiba meminta bantuan. “Kalian dengar, dia tidak mau pergi dengan kalian. Jadi pergilah!” Tubuh dan umur Vano memang tak sebanding dengan d
“Kamu kira aku apa mau jadi pelayanku? Aku saja masih tinggal bersama orang tuaku. Sudah, sana kamu pergi jangan aneh-aneh!” Vano mengusir gadis itu, lalu dia sendiri yang pergi terlebih dahulu.Gadis itu menoleh ke arah pria yang mengejarnya tadi pergi. Gadis itu takut dan panik sehingga memilih mengikuti Vano.Sadar jika sudah diikuti, Vano berhenti berjalan lalu menoleh ke gadis itu.“Apa? Kenapa malah mengikutiku? Kamu bisa pergi ke rumah orang tuamu atau ke temenmu atau saudara lain. Bukankah yang penting sekarang sudah bebas, kenapa malah mengikutiku!” amuk Vano kesal, apalagi dia sebenarnya sedang dalam kondisi mood buruk.“Orang tuaku entah di mana, aku tinggal dengan pamanku tapi dia menjualku. Kalau aku pulang, aku pasti diseret lalu diserahkan ke pria hidung belang. Aku tidak mau, biarkan aku ikut denganmu.” Gadis itu mencoba memohon karena tidak punya pilihan.Vano menghela napas kasar mendengar permi
“Vano tadi langsung pergi. Dia baik-baik saja, kan?” tanya Claudia saat duduk berdua dengan Emily.Emily menatap Claudia yang masih mencemaskan Vano. Dia mencoba untuk menjelaskan agar Claudia merasa lega.“Dia pasti baik-baik saja. Dia bilang akan belajar melepas. Jika kamu menunjukkan kecemasanmu ini kepadanya, aku yakin dia tidak akan bisa bangkit. Biarkan dia merenung sejenak, setelahnya aku yakin dia akan baik-baik saja,” balas Emily meyakinkan Claudia.Claudia menarik napas panjang lalu mengembuskan perlahan.“Aku hanya tak tega saat dia bicara tadi, dia seperti sangat sedih,” ujar Claudia karena tahu betul bagaimana sifat Vano.“Ya, sedih itu pasti. Tapi biarkan untuk sementara seperti itu,” balas Emily meyakinkan agar Claudia tak terlalu memikirkan Vano.Yang harus merelakan bukan hanya Vano, Claudia juga harus merelakan karena bagaimanapun dia sudah menjadi istrinya Billy, meskipun per