Share

Karenamu

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-03 05:55:54
Emily memperhatikan wajah Alaric saat menanyakan hal itu. Saat melihat ekspresi wajah Alaric biasa saja, membuat Emily langsung berdecak.

“Ah … ekspresimu ga asyik, terkejut saja tidak,” ucap Emily yang sebenarnya sedang menggoda Alaric.

Emily mendekat ke Alaric, lantas memberikan ponsel pria itu ke tangan Alaric.

Alaric malah membeku karena ucapan Emily, bahkan dia tak merespon sama sekali saat Emily melontarkan pertanyaan itu lalu memberikan ponselnya.

“Aku paham, kok. Kamu pasti memasang fotoku untuk memperkuat akting kita, jadi kalau ada yang lihat, mereka pasti langsung berpikir kalau kamu sangat mencintaiku,” cerocos Emily seperti biasa.

Alaric menggenggam ponselnya mendengar ucapan Emily.

“Lagian, mana mungkin pria sepertimu suka dengan wanita sepertiku yang pasti kamu anggap cerewet,” ucap Emily kemudian lantas tertawa karena merasa lucu.

Namun, siapa sangka saat Emily masih tertawa, tiba-tiba saja Alaric merengkuh pinggangnya, membuat Emily terkejut sampai menghentikan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
wah Al udah nyosor aja bikin EMI malu2 tapi mau hahaha
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
al.sufah mengakui perasaan nya loh emi....kok kamu masih malu malu wkwkwkwk
goodnovel comment avatar
eva nindia
kulkas 10 pintu udah mencairr.... ketularan cerewet.a emi wkwkwkkw tpi yg satu masih gengsi yg satuu jaim hahah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Jadi Canggung

    Emily menatap Alaric dengan rasa tak percaya. Bahkan kelopak matanya tampak mengerjap-ngerjap. “Aku akan batalkan perjanjian itu.” “Apa?” Emily lagi-lagi dibuat syok dengan pernyataan Alaric. Emily tiba-tiba mengulurkan tangan, lantas menyentuhkan punggung tangan ke kening Alaric. “Tidak panas, tidak demam, kenapa kamu melantur?” tanya Emily masih tak percaya dengan ucapan pria itu. Alaric menurunkan tangan Emily dari kening, lantas menggenggamnya erat. Dia hanya menatap Emily, tapi bisa membuat jantung wanita itu berdegup cepat. Emily mencoba menarik tangannya, karena posisinya yang berbaring, membuatnya kesulitan melepaskan diri dari Alaric. “Setelah dibatalkan, apa yang kamu inginkan?” tanya Emily memastikan. “Entah, mungkin memulai semuanya dari awal.” Alaric menjawab sambil menatap Emily. Emily menggigit bibir bawahnya, tanpa perjanjian itu, apakah Alaric nantinya akan mencampakkannya? “Kalau begitu jawab dulu. Sejak kapan kamu mengambil foto itu?” tanya Emily

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Makin Romantis

    Emily membuka mata saat pagi hari, tapi ada yang berbeda pagi ini. Jika biasanya dia akan bangun dalam kondisi sendiri karena Alaric pasti sudah bangun lebih dulu, tapi pagi ini pria itu masih memeluknya erat. “Al, sudah pagi. Bangunlah.” Emily mencoba membangunkan Alaric yang memeluknya dari belakang. Setelah semalaman bicara membahas masalah konferensi pers hanya untuk mengurai kecanggungan, keduanya tidur hingga Emily membiarkan Alaric memeluknya. “Lima menit lagi,” bisik Alaric masih belum membuka mata. Embusan napas Alaric menerpa tengkuk leher Emily, membuat bulu kuduknya merinding. “Al bangun atau aku akan menjadi alarm yang akan terus berbunyi sampai kamu bangun,” ancam Emily dengan nada candaan. Alaric tersenyum tipis mendengar ancaman Emily. Dia akhirnya melepas pelukan hingga Emily bisa membalikkan badan ke arahnya. “Biasanya jam segini kamu sudah keluar dari kamar mandi dengan aroma wangi menguar ke mana-mana, sekarang lihat mukamu. Muka bantal, bahkan apa ini? Ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Rahasia

    “Kenapa tidak membalas panggilanku semalam?”Alaric menatap Billy yang baru saja datang dan langsung mengamuk.“Aku tidak lihat,” balas Alaric dengan santainya.“Ck … tidak lihat, sepertinya kamu memang mengabaikan,” gerutu Billy sambil menarik kursi yang ada di depan meja kerja Alaric dan duduk di sana.“Ada apa?” tanya Alaric menatap Billy yang baru saja duduk.Billy menatap Alaric, tapi sedetik kemudian mencebik kesal karena sahabatnya itu baru sekarang bertanya.“Aku hanya ingin memberitahu informasi soal Aster,” jawab Billy.Alaric langsung memasang wajah tak senang saat mendengar nama Aster.“Apa yang ingin kamu sampaikan?” tanya Alaric.“Dia kabur ke luar negeri, sepertinya tahu jika akan terkena masalah besar karena klarifikasimu, sebab itu dia memilih pergi lebih dulu,” jawab Billy menjelaskan.“Bersama siapa? Gio?” tanya Alaric memastikan.“Tidak. Sepupumu itu masih di kota ini. tampaknya Aster pergi untuk menghindari masalah yang akan menjeratnya karena kasus ini,” jawab Bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Membalas Selena

    Emily pergi dari perusahaan menggunakan mobil sang papi. Dia mengemudikan mobil menuju ke sebuah kafe untuk membeli makan siang. Emily pergi ke kafe langganannya, lantas memesan menu makanan dari sana juga minuman untuk disantap bersama Alaric. “Pesanan Anda.” Emily menatap pelayan yang baru saja memberikan pesanannya lantas berterima kasih. Saat akan berdiri karena harus pergi, tiba-tiba saja ada yang berdiri di hadapannya. “Ternyata benar, kamu menikah dadakan karena merebut calon suami orang.” Emily menatap Selena yang bicara sangat pedas akan statusnya. Rivalnya itu sepertinya takkan puas sebelum bicara buruk tentangnya untuk menjatuhkan. Emily hanya tersenyum miring mendengar tuduhan itu, lantas berdiri sambil memandang Selena. “Ternyata kamu kurang update. Apa televisi di rumahmu rusak? Atau jangan-jangan ponselmu rusak dan kamu tak mampu beli. Mau aku belikan?” Emily langsung melontarkan kalimat ejekan bernada sindiran untuk membalas Selena. Selena tampak kes

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Karena Itu Kamu

    “Bukan mengawasi, aku menyuruh mereka untuk menjagamu hanya berjaga-jaga saja karena kita tidak tahu imbas apa yang didapat dari masalah kemarin. Mereka akan selalu berada di dekatmu untuk berjaga-jaga jika ada gerak-gerik yang mencurigakan.”Alaric menjelaskan agar Emily tak salah paham.Emily mengangguk-angguk mendengar penjelasan Alaric, hingga tangannya ditarik agar duduk di sampingnya.“Kamu terus berdiri seperti pelayan,” ucap Alaric.Emily menggelembungkan kedua pipi mendengar ucapan pria itu.“Ya, aku ‘kan lagi nyiapin makanan. Bukankah harusnya begini?” tanya Emily berusaha belajar jadi istri yang baik.“Harus begini bagaimana? Tidak perlu melakukan apa pun. Jika aku bisa sendiri, aku akan melakukannya sendiri,” ujar Alaric sambil mengambil sendok di meja.“Mami selalu menyiapkan segala kebutuhan Papi meski bisa sendiri juga ada pembantu, jadi tidak ada salahnya aku belajar seperti itu,” ucap Emily sambil menatap Alaric.Alaric menoleh ke Emily saat mendengar apa yang diucapk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Tidak Bisa Pergi

    “Papi!” Emily langsung menghampiri Ansel yang datang ke ruang kerjanya. “Kenapa tidak memintaku ke ruangan Papi saja?” tanya Emily sambil merangkul lengan sang papi lantas mengajak duduk di sofa. “Kebetulan dari luar, jadi sekalian mampir untuk menyampaikan pesan mamimu,” jawab Ansel saat sudah duduk bersama Emily. Emily terkejut mendengar Ansel membahas sang mami, hingga kemudian bertanya, “Mami kenapa?” Emily langsung cemas jika menyangkut tentang ibunya. “Mami tidak kenapa-napa. Dia tadi bilang kalau kangen kamu makan malam di rumah. Kalau kamu dan Alaric ada waktu, mampirlah ke rumah,” ucap Ansel. Emily langsung sedih karena sudah membuat ibunya rindu. “Iya, Pi. Kami pasti akan ke sana,” balas Emily. Emily melihat sang papi yang memperhatikannya, membuat Emily salah tingkah. “Papi kenapa menatapku seperti itu?” tanya Emily melihat tatapan sang papi yang aneh. Ansel malah tersenyum mendengar pertanyaan putrinya itu. “Kamu terlihat lebih bahagia, pasti Alaric memperlakuka

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mabuk?

    Emily berbaring miring di ranjang dengan perasaan kesal. Meski tahu kalau pekerjaan lebih penting, tapi Alaric yang tak bicara sepatah kata pun kepadanya, membuat Emily semakin kesal.Bahkan saat suaminya pergi, Emily memilih diam saja di kamar. Sekarang sudah pukul sepuluh malam, belum ada tanda Alaric pulang membuat Emily masa bodoh dengan pria itu.“Dia menyebalkan, kenapa tidak berkata sesuatu sebelum pergi, setidaknya maaf atau apa.”Emily menggerutu, sampai-sampai tak bisa tidur karena kesal.Emily mengecek ponsel, tak ada pesan atau panggilan dari Alaric untuk sekadar mengabari, membuat Emily semakin diabaikan.Baru saja Emily meletakkan ponsel kembali ke nakas, terdengar kamar pintu terbuka. Emily langsung bangun, dia melihat Alaric yang baru saja pulang.“Kamu belum tidur?” tanya pria itu sambil melonggarkan dasi lantas melepasnya.Emily memperhatikan wajah Alaric yang agak menunduk. Pria itu sedang melepas jas.“Kamu mabuk?” tanya Emily karena wajah dan mata pria itu agak me

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Kalah Saing

    Emily masih memejamkan mata saat bibir mereka saling bertautan, hingga dia merasakan tangan Alaric yang menyentuh kancing piyamanya“Al.” Emily melepas pagutan sambil mencoba mencegah apa yang hendak dilakukan pria itu.Alaric menatap Emily yang baru saja melepas tautan bibir mereka.“Kenapa?” tanya Alaric sambil menatap wajah Emily yang bersemu merah.Emily mengulum bibir sambil menatap mata Alaric.“Aku belum siap,” ucap Emily langsung karena paham ke mana arah yang dilakukan Alaric.Alaric menatap Emily yang tampak takut. Dia pun mengecup kening istrinya itu dengan lembut.“Tidak apa, aku ke kamar mandi dulu. Tidurlah,” ucap Alaric lantas pergi meninggalkan Emily.Emily hanya menggigit bibir bawahnya. Dia benar-benar belum siap jika harus melakukan hubungan suami-istri secepat itu.Emily memilih kembali berbaring miring sambil membungkus tubuhnya dengan selimut. Dia tak bisa memejamkan karena takut tiba-tiba Alaric memaksanya.Beberapa saat kemudian. Emily mendengar suara pintu ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05

Bab terbaru

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status