Share

Hanya Muak

last update Last Updated: 2024-07-03 07:27:22
“Maaf, maaf.” Susi panik sampai langsung berdiri untuk meminta maaf.

Bahkan Susi mengambil tisu untuk membantu membersihkan rok milik wanita yang terkena dagingnya.

“Sudah, tidak apa-apa.” Wanita itu ternyata Anya. Dia mundur saat Susi ingin membersihkan roknya.

Fandy dan Ira berdiri melihat hal itu, mereka juga panik melihat Susi mengotori pakaian orang.

Di sisi lain Emily baru saja selesai membahas pekerjaan dan baru berpamitan dengan klien. Emily melihat Susi sedang berusaha membersihkan pakaian seorang wanita.

Emily pun mendekat untuk menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi.

“Aku benar-benar minta maaf,” ucap Susi karena panik jika wanita itu marah karena dia tak sengaja mengotori pakaian wanita itu.

“Sudah, tidak usah dibersihkan. Aku tidak apa-apa,” ucap Anya yang seperti enggan disentuh Susi.

“Ada apa ini?” tanya Emily yang muncul di belakang Anya.

Anya membalikkan badan, terkejut melihat Emily di sana.

Emily sama terkejutnya karena bertemu dengan Anya.

“Itu, aku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Emy hamil tuh ....jadi mual dan muntah
goodnovel comment avatar
wardah
jangan "emi hamil ini,,wah makin sabar ya Al klo bener emi hamil
goodnovel comment avatar
Titin Susiyana
kayanya emi bunting nih... hahhahahahahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Masih Mual

    Alaric buru-buru turun dari mobil saat menjemput Emily. Siang tadi dia mendapat informasi dari Fandy kalau Emily sakit, tapi karena dia sedang menemui beberapa klien secara bergantian karena jadwal yang padat. Alaric belum bisa menemui istrinya itu, hanya sempat berbalas pesan.“Kenapa kamu tergesa-gesa?” tanya Emily saat melihat Alaric berjalan cepat ke arahnya yang baru saja keluar dari lift.“Bagaimana kondisimu?” tanya Alaric langsung menyentuh kening Emily untuk mengecek suhu tubuh istrinya itu.Staff yang melihat hal itu langsung menunduk karena tak ingin menganggu.Emily pun sangat terkejut, tak biasanya Alaric menunjukkan perhatian di tempat umum, membuatnya agak malu.“Aku baik-baik saja,” jawab Emily sambil menurunkan tangan suaminya dari kening.“Kamu yakin?” tanya Alaric memastikan lagi meski Emily sudah mengatakan kondisinya saat berbalas pesan dengannya siang tadi.“Iya, tadi ‘kan sudah aku bilang. Aku hanya telat makan, lalu makan mie, jadi lambungku tidak beres. Ini sa

    Last Updated : 2024-07-03
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Keracunan Mie?

    Sudah dua hari semenjak Emily muntah. Dia tidak terlalu memikirkan karena mual setelah menggosok gigi, selebihnya dia baik-baik saja.Sama seperti pagi itu. Emily muntah setelah menggosok gigi, hal itu membuat Alaric cemas karena tiap pagi saat mandi, istrinya pasti muntah.“Emi, kamu serius tidak sakit? Sudah dua hari ini kamu terus muntah ketika mandi?” tanya Alaric saat istrinya itu baru saja keluar dari kamar mandi.Emily menatap Alaric yang sangat mencemaskannya. Seperti biasa dia melebarkan senyum lantas membalas, “Aku ga panas atau demam, Al. Tapi memang gara-gara makan mie waktu itu, tiap merasakan pasta gigi rasanya mau mual dan muntah.”“Jangan-jangan mienya waktu itu kadaluarsa, ya? Makanya aku jadi mual berkepanjangan? Kalau keracunan, tapi aku ga sakit?”Emily malah berpikiran sampai ke sana, tapi juga aneh karena merasa baik-baik saja.Alaric menyentuh kening istrinya, dingin karena Emily baru saja mandi.“Bagaimana kalau ke rumah sakit untuk memeriksa kondisimu? Kalau m

    Last Updated : 2024-07-03
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Kecewa

    Emily bingung mendengar pertanyaan sang bibi. Dia ingin mengecek kalender di ponsel, tapi malah lebih dulu mendapat pesan.Sashi memperhatikan Emily yang hanya diam, hingga kemudian bertanya, “Emi, kamu ingat kapan terakhir datang bulan?”Emily terdiam sesaat, lantas memandang sang bibi yang menunggu jawaban darinya.“Bibi, tiba-tiba saja aku ada urusan. Bisakah nanti aku datang lagi untuk memastikan?” tanya Emily sambil tersenyum ke sang bibi.Sashi melihat senyum terpaksa di wajah keponakannya itu. Dia pun hanya mengangguk karena merasa urusan Emily lebih penting.“Iya, hubungi Bibi kapan pun. Kalau tidak, nanti Bibi datang ke rumahmu, ya.”Emily mengangguk masih sambil tersenyum, lantas pergi dari ruangan bibinya itu.Emily berjalan sambil memandang ponselnya. Bahkan jemari-jemari lentiknya tampak mencengkram benda pipih itu, hingga langkahnya terhenti saat melihat siapa yang berlari ke arahnya.“Bagaimana? Apa kata Bibi?” tanya Alaric saat sudah berdiri di depan Emily.Emily tampa

    Last Updated : 2024-07-04
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Billy Kesal

    “Kamu membuat kesalahan lagi, Al? Aku sudah pusing mengingatkamu, bagaimana bisa kamu tidak mendengarkanku?” Billy mengamuk Alaric karena kesal temannya itu lagi-lagi membuat masalah. “Bisakah berhenti menyalahkanku dan bantu aku mencari solusi untuk bisa bicara dengan Emi?” Alaric datang ke apartemen untuk mencari solusi tapi Billy malah menyalahkan yang membuatnya kesal. “Kamu memang pantas disalahkan. Bibirku ini sudah menasihatimu berkali-kali, tapi telingamu tidak mau mendengarkan! Sekarang terserah kamu mau melakukan apa, aku sudah kesal menasihatimu!” geram Billy kemudian pergi ke dapur mengambil minum. Alaric benar-benar tidak tahu harus bagaimana, semua yang dilihat Emily hanya salah paham. “Foto itu tidak benar. Memang Anya menemuiku, tapi--” Alaric ingin menjelaskan tapi Billy memotong dengan cepat. “Kamu sudah salah dengan menemuinya!” Billy menoleh Alaric sambil menuang jus ke gelas. “Aku tidak menemuinya!” teriak Alaric frustasi. Hilang sudah wibawa dan si

    Last Updated : 2024-07-04
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Berusaha Menemui

    “Kamu yakin Emily ke sini?” tanya Alaric saat menemui Fandy di depan gedung perusahaan milik Claudia bekerja.“Iya, Tuan. Tadi saya mengikuti Nona ke sini, lalu sampai detik ini belum ada tanda-tanda Nona keluar dari sana,” jawab Fandy sejak tadi berjaga di depan perusahaan Claudia.Alaric menatap gedung itu, lantas mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Claudia karena ingin memastikan apakah Emily benar di sana.Di ruangan Claudia. Wanita itu sudah memesan makanan dan minuman. Dia bahkan menyiapkan semuanya agar Emily bisa mulai makan.“Makan dulu, ya.” Claudia memberikan perhatian karena Emily terlihat masih sangat sedih.Emily masih diam, rasanya tak berselera sama sekali, apalagi kepalanya mendadak sangat pusing.”Kamu belum tahu apa benar hamil atau tidak. Juga belum tahu apakah foto itu benar atau tidak. Boleh kalau kamu mau menenangkan diri, tapi jangan sampai kamu tidak makan lalu membuatmu sakit,” ujar Claudia sambil memberikan sendok di tangan Emily.Emily menoleh Claudia, wa

    Last Updated : 2024-07-04
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Belum Berhasil

    Claudia menoleh ke Emily yang sejak tadi diam sambil menyandarkan kepala di pintu mobil. Dia kasihan ke Emily, tapi yang bisa menyelesaikan masalah Emily hanya sahabatnya itu sendiri.“Emi, maaf. Apa yang aku lakukan semata-mata untuk kebaikanmu,” gumam Claudia dalam hati.Claudia melirik spion, memperhatikan mobil yang berjalan di belakangnya, hingga dia akhirnya menepi membuat Emily terkejut.“Ada apa, Claud?” tanya Emily saat menyadari jika sahabatnya itu menepikan mobil.“Sepertinya ada kendala di mesinnya,” jawab Claudia berpura agar bisa berhenti lantas melaksanakan rencana yang sudah disepakatinya dengan Alaric.Emily hendak melepas seatbelt, tapi Claudia langsung mencegah.“Kondisi tubuhmu sedang ga fit, kamu tunggu di sini saja, aku hanya mau mengecek mesinnya saja,” ucap Claudia meyakinkan.Emily tak merasa curiga, dia terlalu lelah untuk mencurigai tindakan temannya itu. Emily pun memilih kembali menyandarkan kepala di tepi pintu.Claudia lega karena Emily tak curiga. Dia p

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Hanya Salah Paham

    Di luar ruang inap. Claudia berdiri lesu karena merasa bersalah sudah membuat Emily seperti sekarang. “Dia pasti akan membenciku,” gumam Claudia takut. Billy yang juga ada di sana langsung menoleh Claudia, lantas melipat kedua tangan sambil bersandar di dinding. “Kamu melakukannya demi dia. Mungkin dia marah karena sedang emosi, tapi kalau sudah kembali berbaikan dengan Alaric, Emily pasti akan memahami tindakan yang kamu lakukan,” balas Billy. Claudia menoleh Billy saat mendengar ucapan pria itu, tapi tak bisa membalas ucapan pria itu membuat Claudia memilih diam. “Lagian, dokter sudah memeriksa dan menjelaskan kondisinya. Kamu tidak perlu cemas,” ucap Billy lagi. ** Di kamar inap. Alaric duduk di samping ranjang sambil menggenggam telapak tangan Emily. Dia sangat cemas saat Emily pingsan setelah muntah, membuatnya mengira jika Emily memang keracunan mie sejak dua hari lalu. Namun, saat Sashi memeriksa, ternyata hasilnya berbeda karena sang bibi sudah curiga sejak awal. Setela

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Penjelasan Alaric

    Siang sebelumnya.Alaric menatap Anya yang terus memaksa ingin bicara. Dia tidak tahu lagi apa yang sebenarnya diinginkan wanita itu. Namun, jika Alaric tak mendengarkan, maka Anya akan terus menghantui hidupnya.“Lima menit, dimulai sekarang.” Alaric memberi kesempatan tapi tak mau jika diajak pergi ke tempat lain.Anya sangat terkejut mendengar ucapan Alaric, dia pun buru-buru menjelaskan.“Keluargaku saat itu hampir bangkrut, Al. Aku tidak tahu harus minta tolong siapa agar perusahaan Papa tidak koleps. Lalu bibimu datang, menawari bantuan dengan syarat agar aku meninggalkanmu. Aku ingin minta tolong kepadamu, tapi aku tahu saat itu kamu baru saja bekerja di perusahaan kakekmu, aku tidak punya pilihan selain menerima tawaran bibimu, karena itu aku pergi untuk menyelamatkan perusahaan Papa.”Alaric langsung tersenyum miring mendengar penjelasan Anya.“Kupikir setelah sekian tahun, aku masih bisa kembali kepadamu ketika semua membaik. Aku benar-benar menyesal.” Anya bicara sambil men

    Last Updated : 2024-07-05

Latest chapter

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status