Share

Billy Kesal

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-04 11:25:09
“Kamu membuat kesalahan lagi, Al? Aku sudah pusing mengingatkamu, bagaimana bisa kamu tidak mendengarkanku?”

Billy mengamuk Alaric karena kesal temannya itu lagi-lagi membuat masalah.

“Bisakah berhenti menyalahkanku dan bantu aku mencari solusi untuk bisa bicara dengan Emi?”

Alaric datang ke apartemen untuk mencari solusi tapi Billy malah menyalahkan yang membuatnya kesal.

“Kamu memang pantas disalahkan. Bibirku ini sudah menasihatimu berkali-kali, tapi telingamu tidak mau mendengarkan! Sekarang terserah kamu mau melakukan apa, aku sudah kesal menasihatimu!” geram Billy kemudian pergi ke dapur mengambil minum.

Alaric benar-benar tidak tahu harus bagaimana, semua yang dilihat Emily hanya salah paham.

“Foto itu tidak benar. Memang Anya menemuiku, tapi--” Alaric ingin menjelaskan tapi Billy memotong dengan cepat.

“Kamu sudah salah dengan menemuinya!” Billy menoleh Alaric sambil menuang jus ke gelas.

“Aku tidak menemuinya!” teriak Alaric frustasi. Hilang sudah wibawa dan si
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Al harus jelasin sendiri biar Emy faham Emy hamil.nih
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
bagus bil marahin aja itu si Al biar mampus tu kena Omelanmu
goodnovel comment avatar
wardah
marah in aja bill noh si Al,,,susah sih dibilangin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Berusaha Menemui

    “Kamu yakin Emily ke sini?” tanya Alaric saat menemui Fandy di depan gedung perusahaan milik Claudia bekerja.“Iya, Tuan. Tadi saya mengikuti Nona ke sini, lalu sampai detik ini belum ada tanda-tanda Nona keluar dari sana,” jawab Fandy sejak tadi berjaga di depan perusahaan Claudia.Alaric menatap gedung itu, lantas mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Claudia karena ingin memastikan apakah Emily benar di sana.Di ruangan Claudia. Wanita itu sudah memesan makanan dan minuman. Dia bahkan menyiapkan semuanya agar Emily bisa mulai makan.“Makan dulu, ya.” Claudia memberikan perhatian karena Emily terlihat masih sangat sedih.Emily masih diam, rasanya tak berselera sama sekali, apalagi kepalanya mendadak sangat pusing.”Kamu belum tahu apa benar hamil atau tidak. Juga belum tahu apakah foto itu benar atau tidak. Boleh kalau kamu mau menenangkan diri, tapi jangan sampai kamu tidak makan lalu membuatmu sakit,” ujar Claudia sambil memberikan sendok di tangan Emily.Emily menoleh Claudia, wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Belum Berhasil

    Claudia menoleh ke Emily yang sejak tadi diam sambil menyandarkan kepala di pintu mobil. Dia kasihan ke Emily, tapi yang bisa menyelesaikan masalah Emily hanya sahabatnya itu sendiri.“Emi, maaf. Apa yang aku lakukan semata-mata untuk kebaikanmu,” gumam Claudia dalam hati.Claudia melirik spion, memperhatikan mobil yang berjalan di belakangnya, hingga dia akhirnya menepi membuat Emily terkejut.“Ada apa, Claud?” tanya Emily saat menyadari jika sahabatnya itu menepikan mobil.“Sepertinya ada kendala di mesinnya,” jawab Claudia berpura agar bisa berhenti lantas melaksanakan rencana yang sudah disepakatinya dengan Alaric.Emily hendak melepas seatbelt, tapi Claudia langsung mencegah.“Kondisi tubuhmu sedang ga fit, kamu tunggu di sini saja, aku hanya mau mengecek mesinnya saja,” ucap Claudia meyakinkan.Emily tak merasa curiga, dia terlalu lelah untuk mencurigai tindakan temannya itu. Emily pun memilih kembali menyandarkan kepala di tepi pintu.Claudia lega karena Emily tak curiga. Dia p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Hanya Salah Paham

    Di luar ruang inap. Claudia berdiri lesu karena merasa bersalah sudah membuat Emily seperti sekarang. “Dia pasti akan membenciku,” gumam Claudia takut. Billy yang juga ada di sana langsung menoleh Claudia, lantas melipat kedua tangan sambil bersandar di dinding. “Kamu melakukannya demi dia. Mungkin dia marah karena sedang emosi, tapi kalau sudah kembali berbaikan dengan Alaric, Emily pasti akan memahami tindakan yang kamu lakukan,” balas Billy. Claudia menoleh Billy saat mendengar ucapan pria itu, tapi tak bisa membalas ucapan pria itu membuat Claudia memilih diam. “Lagian, dokter sudah memeriksa dan menjelaskan kondisinya. Kamu tidak perlu cemas,” ucap Billy lagi. ** Di kamar inap. Alaric duduk di samping ranjang sambil menggenggam telapak tangan Emily. Dia sangat cemas saat Emily pingsan setelah muntah, membuatnya mengira jika Emily memang keracunan mie sejak dua hari lalu. Namun, saat Sashi memeriksa, ternyata hasilnya berbeda karena sang bibi sudah curiga sejak awal. Setela

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Penjelasan Alaric

    Siang sebelumnya.Alaric menatap Anya yang terus memaksa ingin bicara. Dia tidak tahu lagi apa yang sebenarnya diinginkan wanita itu. Namun, jika Alaric tak mendengarkan, maka Anya akan terus menghantui hidupnya.“Lima menit, dimulai sekarang.” Alaric memberi kesempatan tapi tak mau jika diajak pergi ke tempat lain.Anya sangat terkejut mendengar ucapan Alaric, dia pun buru-buru menjelaskan.“Keluargaku saat itu hampir bangkrut, Al. Aku tidak tahu harus minta tolong siapa agar perusahaan Papa tidak koleps. Lalu bibimu datang, menawari bantuan dengan syarat agar aku meninggalkanmu. Aku ingin minta tolong kepadamu, tapi aku tahu saat itu kamu baru saja bekerja di perusahaan kakekmu, aku tidak punya pilihan selain menerima tawaran bibimu, karena itu aku pergi untuk menyelamatkan perusahaan Papa.”Alaric langsung tersenyum miring mendengar penjelasan Anya.“Kupikir setelah sekian tahun, aku masih bisa kembali kepadamu ketika semua membaik. Aku benar-benar menyesal.” Anya bicara sambil men

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Akhirnya Baikan

    Alaric sangat terkejut mendengar pertanyaan Emily. Itu adalah pertanyaan random yang membuat pusing kepala.“Kenapa kamu tanya seperti itu?” tanya Alaric benar-benar harus bersabar menghadapi Emily.“Ya siapa tahu kamu berniat melakukannya. Aku sedang hamil, tidak bisa melayanimu, barangkali kamu terbujuk rayuan mantanmu!” sewot Emily karena moodnya yang berubah-ubah.Alaric ingin sekali menepuk jidat mendengar ucapan Emily, istrinya itu dapat pemikiran dari mana sampai curiga jika dia akan melakukan hal itu.“Kenapa kamu sampai berpikiran ke sana? Apa aku ini memiliki tampang selingkuh?” tanya Alaric benar-benar tak habis pikir.“Ada,” jawab Emily tegas tanpa berpikir.“Itu di film-film, saat istrinya hamil lalu melahirkan, suaminya malah asik selingkuh!” Emily bicara dengan nada emosi.Alaric menghela napas kasar, lantas meraih telapak tangan Emily dan menggenggamnya erat.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mulai Mencurigai

    “Kamu sudah baik-baik saja?” tanya Claudia yang akhirnya masuk bersama Billy untuk melihat kondisi Emily.“Apa? Apa? Dasar pengkhianat!” amuk Emily lantas memanyunkan bibir.Claudia sampai meremas tali tasnya mendengar sahabatnya mengamuk.“Tapi terima kasih,” ucap Emily kemudian karena dirinya tak mungkin memarahi temannya itu.Claudia langsung menatap Emily yang tersenyum ke arahnya, membuatnya ingin menangis juga senang karena akhirnya temannya itu mau memaafkan dirinya.“Emi, kupikir kamu akan marah selamanya.” Claudia langsung memeluk Emily dengan erat.“Mana ada aku marah selamanya. Ga bisa aku melepas teman yang bisa diajak gila kayak kamu,” seloroh Emily.“Ish ... apaan diajak gila.” Claudia melepas pelukan, tanpa menatap Emily yang sudah terlihat lebih baik.Claudia melirik ke perut Emily yang masih datar, lantas menyentuhnya sambil mengusap lembut

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Jangan Banyak Marah

    “Aku mau makan semangka, Al.”Emily bicara sambil menatap penuh harap ke Alaric yang baru saja keluar dari kamar mandi.Emily sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya yang stabil.“Semangka?” Alaric menengok ke jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.“Iya.” Emily memandang Alaric dengan bola mata berkaca-kaca.“Coba aku lihat apa di dapur ada. Kamu di kamar saja,” ujar Alaric.Emily mengangguk-angguk sambil tersenyum lebar mendengar ucapan suaminya itu.Alaric pun pergi ke dapur, saat membuka lemari pendingin, tak melihat ada semangka.“Bagaimana ini?”Alaric bingung sendiri, jangan sampai Emily merajuk karena tak mendapat apa yang diinginkan.“Nyari apa, Tuan?”Suara pelayan rumah membuat Alaric terkejut. Pria itu pun menoleh dan melihat pelayan rumah mendekat.“Emi mau makan semangka, ternyata di kulkas tidak ada semangka,” jawab Alaric.“Oh ... ada kok, Tuan. Tapi belum dipotong, makanya masih disimpan di sana,” kata pelayan sambil menunjuk ke sebelah lemari p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Sarkasnya Emi

    Emily memandang Anya yang duduk berhadapan dengannya. Dia sebenarnya enggan berhadapan apalagi bicara dengan wanita itu. Namun, karena rasa penasarannya dengan munculnya Anya terus menerus di kehidupannya dan Alaric, membuat Emily akhirnya mau bicara berdua dengan wanita itu.“Apa yang ingin kamu bicaralan?” tanya Emily dengan nada ketus.Anya memulas senyum mendengar pertanyaan Emily, bersikap seolah dirinya itu tak ada rasa bersalah atau canggung karena menemui Emily.“Aku hanya ingin meluruskan kesalahpahaman yang terjadi,” ucap Anya.Emily mengerutkan dahi mendengar ucapan Anya. Apa maksud dari ingin meluruskan kesalahpahaman.“Maaf, kesalahpahaman apa?” Emily bicara dengan nada sindiran.Anya menatap Emily yang bersikap tak senang kepadanya, tapi meski begitu dia berusaha bersikap biasa saja.“Aku tahu kamu salah paham akan hubunganku dan Al. Kedatanganku hanya untuk menjelaskan alasan kenapa dulu aku pergi. Aku yakin Al mengerti dan memaafkan karena begitulah dia. Meski dia perna

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-07

Bab terbaru

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status