Share

Bab 23-2

Penulis: Selene21
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-23 00:03:03

“Ahh!” pekiknya kaget. “Pintunya,” imbuh Elia sembari melemparkan tatapan kesal ke arah Wirasena.

Susan yang melihatnya dari ambang pintu kamarnya, meremas gelas kosong di tangannya. Hatinya semakin panas saat ia pergi ke meja makan dan melihat Marni terkikik geli dengan mata mengarah ke ruang tamu.

“Apa yang lucu?!” hardik Susan kesal.

“Itu lho, Mbak.” Marni tidak mampu berkata, hanya menunjuk ke arah Wirasena dengan Elia yang sibuk meronta dalam gendongannya. “Lucu mereka. Namanya juga penganten baru, ya. Masih muesra, nggemesin.” Marni kembali terkikik dengan wajah merona.

“Ngaca sana! Mukamu sudah mirip kepiting rebus! Jorok!”

Bentakan Susan tidak membuat Marni berhenti, tapi makin menjadi, seolah senang melihat kecemburuan yang membakar Susan.

“Dih!” Susan menghentak gelasnya ke meja dan berlalu meninggalkan Marni yang mengabaikannya.

Wirasena mem

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 24

    ‘Sial! Kenapa aku berdebar begini?’ umpat Wirasena dalam hati. ‘Memalukan!’Wirasena merapatkan kepala Elia ke dadanya untuk melindungi gadis itu dan yang terutama, dirinya sendiri. Ia menganggukkan kepala saat Surya menatapnya meminta persetujuan untuk memulai tindakannya.Surya kembali menyiapkan diri. “Satu … dua … tiga!”Klek.“Argh …!” teriak Elia teredam dalam dekapan Wirasena. Seketika, matanya basah seiring denyutan menyakitkan yang berlipat-lipat di pergelangannya.“Shh … sudah selesai, El,” bisik Wirasena di puncak kepala Elia. Dihujaninya kepala beraroma campuran lemon dan mint segar itu dengan kecupan lembut. “Kamu hebat, El.”Tangan kiri Elia beralih ke pinggang liat Wirasena dan mencengkeramnya kuat, menyalurkan rasa sakit yang menderanya. “Sakit,” desisnya.Setelahnya, Elia tidak merasakan apa-apa lagi selain

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-24
  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 25

    Pucuk di cinta, ulam tiba. Itulah pepatah yang tepat menggambarkan situasinya saat ini. Sejak beberapa bulan lalu, Armand kebingungan memutuskan kandidat calon direktur operasional untuk klinik bersalin yang baru selesai dibangunnya. Beberapa koleganya menyarankan nama-nama yang tidak sesuai dengan hatinya, tapi nama yang menurutnya layak, ditolak oleh jajaran direksi.Hari ini, nama yang selalu menjadi kandidat di hatinya, duduk tenang di lobi rumah sakitnya sambil memainkan gawai.“Mungkin ini yang dinamakan takdir,” gumam Armand dengan hati penuh syukur. “Wira?!” tegurnya dengan harapan baru.Dan beginilah akhirnya, mereka berada dalam ruangan yang sama, memberikan Armand kesempatan untuk menyampaikan niatnya dan menunggu jawaban Wirasena. Namun, ada sedikit ganjalan yang harus Armand luruskan sebelum membawa Wirasena masuk ke jajaran petinggi klinik.“Sebenarnya, saya mencari kontakmu ke beberapa kenalan. Mereka banyak ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 26

    Tawaran Rossa membawakan mangga hasil kebun sendiri sebagai buah tangan untuk Elia memberi kesempatan Wirasena untuk bicara secara pribadi dengan wanita itu. Wirasena sengaja menyusul Rossa ke belakang dengan alasan ingin pergi ke toilet.“Aku ingin tahu apa kamu mengingat wanita yang kamu renggut kebahagiaannya,” gumam Wirasena sembari mengekori langkah Rossa.Detik berikutnya, Wirasena hanya mendengar wanita itu berceloteh sambil merespon seperlunya. Benaknya penuh dengan kenangan masa mudanya yang mendadak gelap sejak kehadiran Rossana di tengah keluarganya. Sampai akhirnya, Wirasena berkesempatan mengingatkan wanita itu tentang ibunya.“Caranya makan mangga, mengingatkan saya pada seseorang.” Wirasena menatap keratin daging mangga yang mekar di tangannya.Tatapan Rossa menunjukkan rasa penasaran. “Siapa?”“Ibu saya, Ratna Hapsari.”Pisau di tangan Rossa jatuh ke lantai, nyaris mengenai jari kakinya. “S-siapa namanya?”Guratan senyum samar terukir di kedua sudut bibir Wirasena mend

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 27-1

    Barata dan Elena saling pandang dengan wajah tercengang. Pengakuan yang mereka dengar langsung dari Wirasena cukup mengagetkan. Sebelumnya, mereka sudah mendengar rumor yang beredar di kalangan rekan kerja terkait alasan pernikahan Wirasena yang terkesan mendadak, tapi menahannya.Barata yang pertama kali sadar dan berpaling menatap Wirasena.“Tunggu, jadi maksudmu, alasanmu menikahi Elia karena dia hamil?” Raut wajah Barata menjadi tidak bersahabat.Wirasena mengangguk lemas.“Bukannya aku sudah bilang padamu, bantu aku menjaganya, Wir. Ini apa?!” Nada kecewa terdengar jelas dari ucapan Barata. “Masalahnya sudah bertumpuk setelah kepergian ayahnya, tapi apa ini?!”“Tenang, Mas. Biarkan Wira jelaskan dulu. Masalahnya bukan kehamilan Elia, mereka ternyata bersaudara. Fokus, Mas.” Elena mengelus punggung Barata agar lebih tenang.Mata Wirasena memicing curiga melihat reaksi Barata yang menurutnya berlebihan. Ia membetulkan posisi duduknya.“Selama ini aku tidak menyadarinya, tapi sekara

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 27-2

    Elia sedang meringkuk di sofa besar kamarnya yang menghadap taman kecil dengan mata terpejam ketika Wirasena masuk. Pria itu berjalan mengendap menghampiri Elia dan berdiri diam memperhatikan wajah cantik yang semakin hari semakin tirus, tapi membuatnya rindu ingin terus melihat.Tangan Wirasena tidak tahan untuk tidak menyentuh anak rambut yang berjatuhan di dahi Elia. Kakinya menekuk ke depan, mengikis jarak antara mereka. Pelan, ujung jari Wirasena menyingkirkan anak rambut Elia.“Benarkah kamu anak ayahku?” gumam Wirasena sedih.Buku jari luarnya turun mengusap lembut pipi Elia. Rasa geli membuat mata Elia mengerjap dan terbuka perlahan.“Prof?”Cup.Mata yang masih redup karena kantuk seketika terbuka lebar akibat kecupan bibir Wirasena di bibirnya. “Mas Wira!”“Bagus,” sahut Wirasena datar seraya duduk menghimpit tubuh Elia sambil berhadapan. “Ada hal penting yang ingin aku tanyakan.”Elia menarik tubuhnya duduk sembari menutup hidungnya, membuat Wirasena mendengus dan beringsut

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 28

    Pandangan mata sinis Susan mengiring kepergian Elia dan Mika. Wirasena yang melihatnya hanya diam dan berlalu melewati Susan menuju meja makan. Diambilnya sebuah roti bakar buatan Marni dan dilahapnya sambil berdiri.“Duduk, Mas.” Susan menarik sebuah kursi keluar dari bawah meja. “Ada yang ingin aku bicarakan.”“Katakan saja, aku tidak punya banyak waktu,” ketus Wirasena sambil terus mengunyah rotinya.“Jangan ulangi lagi membentakku di depan Mika demi perempuan itu!” Mata Susan menatap tajam ke arah Wirasena yang seketika berhenti mengunyah.“Kamu bisa tinggalkan rumah ini bila tidak berkenan dengan sikap pemilik rumah. Bukan begitu? Seingatku, aku tidak pernah memintamu tinggal atau melarangmu pergi.” Setelah berkata demikian, Wirasena menuju kamar Tatik untuk berpamitan.“Bu,” panggil Wirasena sopan.“Ya,” sahut Tatik dari dalam kamar.Wirasena men

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 29

    Sudah setengah jam berlalu sejak bel pertanda pulang berdering, tapi Wirasena belum melihat sosok Elia ataupun Mika keluar dari gedung sekolah. Ia pun memutuskan untuk keluar dari mobil dan mencari.Situasi sekolah lumayan sepi karena sudah banyak siswa yang meninggalkan sekolah. Wirasena berjalan menuju ruang FO yang sempat dibacanya dari dalam mobil karena iseng.“Permisi.”“Ya, Pak. Ada yang bisa dibantu?” tanya seorang petugas dari balik meja.“Saya ingin menjemput Mikayla. Di mana kelasnya?” tanya Wirasena.“Maaf, Pak. Biasanya anak-anak akan menunggu jemputan di taman bermain sebelah sana.” Petugas itu menunjuk ruangan teduh berpagar besi penuh dengan berbagai macam wahana bermain.“Oke. Kalau ruang kelasnya di mana?” ulang Wirasena kukuh.Ekspresi keramahan petugas FO mulai memudar perlahan, tapi senyumnya tetap bertahan pada ukuran simetris. “Mikayla kelas apa,

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 30

    Selesai mengganti kemeja basah Elia, Wirasena menutupi Elia dengan selimut dan beralih ke celana. Jarinya ragu sejenak, diam di atas pengait celana katun istrinya. Kepalanya tertunduk dengan mata terpejam, membulatkan tekad dan keberanian.“Maaf,” lirihnya sambil mulai bekerja.Gerakan jarinya ragu melepas pengait celana Elia. Hatinya kebat-kebit mengingat kejadian malam itu. Meskipun dalam kondisi setangah sadar, otak cerdas Wirasena mengingat setiap detail peristiwa dan jengkal kulit Elia.“Ish!” gerutunya, ketika zipper celana itu tersangkut dan sulit lepas. “Ayolah …!” keluhnya.“Kenapa, Pa?” tanya Mika penasaran sambil menengok ke belakang.“Lihat depan!” tukas Wirasena datar.Perhatiannya tetap tertuju pada masalah yang menunggunya di balik selimut. Jantung Wirasena berdegup kencang manakala buku jarinya tidak sengaja menyentuh kain berenda di balik celana katun.“Sial!” umpatnya lagi.“Papa,” tegur Mika dengan kepala tetap menghadap lurus ke kaca belakang mobil. “Oma bilang, ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11

Bab terbaru

  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 48

    Haris duduk bersandar pada kursi plastik tebal yang baru pertama kali dipakainya menemui tamu karena semenjak dirinya mendekam dalam tahanan, belum ada satu orang pun yang menjenguknya, termasuk para perempuannya. Ia mengernyit melihat dua pria yang menjadi tamu pertamanya. Rasanya, ia belum pernah melihat apalagi mengenal mereka berdua. “Kalian siapa?” Pria berdasi menegakkan punggungnya dan mengeluarkan selembar kertas dari dalam tas kulit hitam yang biasanya juga Haris pakai ketika menemui klien atau yang berkaitan dengan kasus yang ditanganinya. “Saya Danar Wiguna, kuasa hukum dari Wirasena. Saya datang untuk menyampaikan ini kepada anda.” Danar memutar kertas menghadap Haris agar pria itu mudah membacanya. Tangan bergelang borgol itu, menerima dengan ragu. Bola matanya bergerak lambat mencermati setiap kata yang tertera dalam kertas. Sejurus kemudian, senyum sinis terbersit di sudut kanan bibirnya. “Pemalsuan surat wasiat? Apa ini?!” Haris meremas kertas di tangannya dan mem

  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 47

    Mata wanita Bali itu lekat menatapnya, membuat Elia was-was.“Secara keseluruhan, kondisi bayinya sehat. Hanya saja ….”“Hanya saja apa, Dok? Bayi saya kenapa?” sambar Elia cepat.Tok tok tok.“Masuk.”Elia sedikit kesal pada pemilik tangan di balik pintu yang mengganggunya. Wajah cemberutnya tidak lepas dari pengamatan Kadek.“Permisi, Dok. Apa suami pasien sudah boleh masuk?” tanya perawat pendamping polos.“Boleh. Persilakan masuk, Sus.” Senyum jenaka terbersit di sudut bibir Kadek.Elia memalingkan wajahnya menanti kemunculan Jonas. Begitu pria itu menampakkan wajah tampannya yang sedang tersenyum canggung, Elia menekuk bibirnya keluar.“Kenapa masuk sekarang, sih?!” ketus Elia disambut ekspresi kebingungan Jonas.“Hah?”“Silakan duduk.” Kadek berdiri dan mengulurkan tangan. “Tidak perlu kaget, pengaruh pregnancy hormone.”Mulut Jonas membulat tanda maklum. “Jadi, bagaimana dengan bayinya, Dok?” Jonas mengambil kursi di samping Elia, mengabaikan wajah cemberut yang masih menatapny

  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 46

    “Mana Elia, Bang?” Jonas heran melihat hanya ada Barata di meja makan sedang termenung.“Ha? Eh, dia baru saja berangkat.”Jonas makin heran, kala melihat piring dengan nasi dan sendok masih utuh di meja. “Ada apa, Bang? Elia gak jadi sarapan?”Barata mendesah. “Sepertinya aku membuat napsu makannya hilang,” akunya lemah.“Ish, dia ‘kan lagi hamil. Butuh banyak nutrisi. Emangnya, bahas apaan, sih?!” Jonas bergegas menuju pintu rumah. Dilihatnya, Elia sudah mencapai lobi puskesmas. “Marah dia?” tanyanya seraya berbalik menatap Barata.“Hhh, entahlah. Kenapa jadi aku yang susah, ya? Padahal niatnya cuma pengen bantuin.” Barata menengadah menatap langit rumah.“Udah, biarin aja.” Jonas menghampiri Barata. “Kita semua sudah dewasa. Bisa selesaikan masalah masing-masing. Jangan ikut campur, Bang.”Barata melirik iparnya sambil

  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 45

    “Masuk, Bang!” Jonas mengiring Barata masuk. “Kok gak kabar-kabar dulu? Kakak gaka ikut?”Elia hanya terbengong melihat Jonas begitu akrab dengan dosen walinya. Kalau hanya kenal, dirinya juga mengenal Barata dengan baik. Tapi ini, lebih dari sekedar saling kenal.“Halo, Elia. Apa kabar?” sapa Barata ramah. “Mau ikut wisuda periode berapa?” Barata duduk di sofa panjang satu-satunya yang ada di ruangan itu. “Duduk, El.”Jonas kasihan melihat Elia yang terkejut. “El.” Jonas menyentuh lengan Elia dan mengajaknya duduk. “Aku kenalkan, meskipun kamu pasti sudah kenal baik.”Rasa gugup menghampiri Jonas ketika mata Elia menuntutnya. Ia menggosok kedua tangannya ke celana menutupi rasa gugupnya.“Engh, ini kakak iparku. Suami kakakku Elena. Di kampus, biasanya kita panggil Prof. Bara.”Tawa Barata menggelegar. “Bisa gugup juga kamu, Nas?” god

  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 44

    “Mau apa?” Mata Elia melebar karena panik.Alih-alih menjawab pertanyaan Elia, Jonas menarik turun kedua kaki Elia dan meletakkannya di dalam ember berisi larutan garam hangat.“Rendam kakimu sebentar.” Jonas merasa Elia menarik kakinya dengan tatapan curiga. “Larutan garam,” imbuhnya sambil tersenyum.“Owh.”Jonas tergelitik ingin menggoda Elia karena sikap panik dan tatapan curiga gadis itu. “Kamu mikir apa tadi, sampai panik begitu?”“Eh, enggak. Kaget aja. Aku ketiduran tadi.”Tidak ingin membuat suasana semakin canggung, Jonas mengalihkan pembicaraan. “Gimana, pengalaman rujuk pertama kali?”Senyum Elia lemah. “Hmm, jauh ternyata,” desahnya. “Untung kondisi pasien stabil selama perjalanan. Kalau sampai anfal di tengah jalan, bisa panik aku.”“Oh ya.” Saking semangatnya, Elia menumpukan tangannya di atas t

  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 43

    Wirasena berjalan cepat ke ruang Elena, istri Barata. Wanita itu sedang menonton sesuatu di laptopnya. Melihat Wirasena masuk, ia hanya melirik sekilas, lalu melanjutkan kegiatannya.“El, tolong aku.”“Ogah!” sahut Elena ketus.“Elia mengirimkan gugatan cerai. Aku harus bagaimana?”Tanpa mengalihkan matanya dari layar, Elena mengacungkan kedua jempolnya dan menjungkirnya ke bawah dengan cepat. “Bagus, lah! Kalau aku jadi dia, aku sudah menceraikanmu sejak hari pertama menikah.”“El, please, help!” rengek Wirasena.Brak.Elena menutup laptopnya kasar. “Profesor Wirasena yang terhormat, percuma kamu merengek di sini. Aku sudah janji, gak akan bantu kamu lagi. Jengkel aku, Wir!”Seolah tidak puas melampiaskan marahnya dari jarak jauh, Elena keluar dari balik mejanya dan duduk di samping Wirasena.“Coba kamu pikir, berapa kali dia masuk IG

  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 42

    “Kamu cukup diam di tempat, El. Biar aku yang mengambil langkah menghampirimu. Hmm?”Terbalut rasa lelah dan putus asa, Elia berusaha berdiri dan menunggu apa yang akan Jonas lakukan selanjutnya. Akankah pria itu sungguh mengambil langkah awal untuk mendapatkannya?“Aku menunggu,” ucap Elia saat Jonas hanya berdiri terpaku.“Serius, El?” tanya Jonas tidak percaya. “Aku tidak akan mengecewakanmu,” sambungnya seraya berjalan cepat menghampiri Elia begitu gadis itu menganggukkan kepala.Mereka berdiri berhadapan dengan canggung. Lama mereka bertatapan tanpa kata, hanya mata yang bicara.“Elia,” ucap Jonas akhirnya. “Aku tidak akan memaksamu. Aku hanya ingin menjagamu dan, ehm, bayimu.”“Menjaga jodoh orang, maksudmu?” goda Elia.“Berlebihan rasanya, memintamu membalas perasaanku di saat kamu sedang mengandung bayi pria lain. Aku hanya minta, jangan

  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 41

    “Jonas! Apa benar yang dikatakan nenek Aminah?!” tanya Andika tak sabar.Mulut Jonas setengah terbuka hendak menjawab pertanyaan Andika, tapi urung karena kepala-kepala lain menyusul di belakang Andika. Tatapan penasaran menghujani Elia dan Jonas yang masih bingung mencerna kondisi yang sedang terjadi.“Jonas, jawab! Malah bengong.” Andika melangkah masuk dengan kesal.“Dok, saya akan jelaskan situasinya. Tapi, tidak di sini. Hanya kita bertiga. Bisa?” pinta Jonas lirih.Prok prok prok.Andika segera membalik tubuhnya dan bertepuk tangan membubarkan barisan anak buah yang menunggu kejelasan cerita cinta mengejutkan antara dokter ganteng yang ramah dan dokter pendatang baru yang luar biasa cantik dan anggun.“Yok … bubar dulu, yok! Nanti akan ada pers release, oke?” Andika menutup pintu perlahan.“Hhhuuuu …!” sorak semuanya kompak. “Gak asik, Dok!” protes mereka teredam daun pintu.“Oke, sebelum kalian mulai menjelaskan, saya awali dulu.” Andika menarik kursi dan duduk. “Bukan bermaksu

  • Dari Pegawai Jadi Mempelai   Bab 40

    “Aku sedang hamil.”Jonas tampak terkejut, tapi berusaha untuk menahannya agar tidak menyinggung Elia. “Oh, ya. Oke.” Senyum kikuk terulas di bibir Jonas.“Itu saja? Gak ada yang mau kamu tanyakan?” heran Elia.“Gak ada. Kalau kamu tidak keberatan dan ingin bercerita, aku akan dengarkan. Aku menghargai privasimu, El.” Jonas hendak berbalik, namun urung. “Perlu aku buatkan sesuatu?” tawarnya tulus.“Bisa kita duduk sebentar?” tanya Elia ragu.“Oke.” Jonas mendahului Elia menarik sebuah kursi dari bawah meja makan. “El, sungguh. Kalau kamu keberatan menceritakannya.” Jonas tidak melanjutkan ucapannnya dan hanya mengangkat kedua tangannya senada dengan endikkan bahunya.Jonas semakin tidak enak hati menyadari raut wajah Elia berubah sendu ketika gadis itu duduk berhadapan dengannya.“Aku hanya tidak ingin kamu salah sangka atau hubungan

DMCA.com Protection Status