Gadis menarik

Jacky yang awalnya mengejek dan berniat menjatuhkan Ryu, mendadak mati kutu saat melihat seorang gadis cantik berdiri di belakangnya. Dia berusaha tetap tenang dan tidak terpengaruh akan keberadaan gadis tersebut. Karena yakin, jika itu hanya akal-akalan Ryu.

Berbeda dengan kedua orang tua Ryu, mereka berdua justru tersenyum lebar. Rasa cemas dan tegang yang sebelumnya menyelimuti hati keduanya kini sirna. Sedangkan keluarga yang lain, hanya diam dengan berbagai pertanyaan menghampiri benak mereka.

"Kemarilah!" seru Ryu pada gadis yang menjadi pusat perhatian tersebut.

Gadis itu mengangguk kemudian berjalan mendekati Ryu tanpa mengatakan apapun. Dia hanya tersenyum tipis, menahan kegugupan yang memenuhi dadanya. Terlebih saat ini semua mata mengarah kepadanya.

Ryu menatap gadis tersebut sekilas setelah berdiri tepat di sampingnya. Kemudian beralih menatap Jacky yang juga tengah menatapnya kesal.

"Bagaimana?" tanya Ryu dengan wajah datarnya.

Kening Jacky berkerut. "Apanya?" balas Jacky.

"Apa kamu masih tidak mau mengakui kesalahanmu? Bukannya, ucapanmu tadi tidak terbukti?" sindir Ryu.

Hening, semua tidak ada yang berani bersuara termasuk Jacky. Jelas, jika pria tersebut bingung untuk menjawab apa. Dia sama sekali tidak menyangka jika Ryu benar-benar datang membawa seorang gadis. Padahal dia sudah mengatur semua dengan baik. Termasuk urusan Hellena, yang ternyata karena ulahnya.

Ya, Jacky memang tahu tentang hubungan Ryu dan Hellena dari mata-matanya. Tapi, dia juga tutup mulut karena semua akan berdampak padanya jika hubungan mereka tercium orang luar.

"Apa dengan membawa gadis ini, semua akan percaya dengan masalahmu, wahai sepupuku. Justru, dengan adanya gadis ini. Semakin memperjelas jika dia hanya kau bayar untuk menyelamatkan dirimu yang terancam," cibir Jacky.

Perkataan Jacky sontak membuat kedua alis Ryu terangkat. "Lalu?"

Jacky menarik salah satu sudut bibirnya. Dengan melipat kedua tangan di depan dada, dia kembali bersuara.

"Jika memang kalian benar-benar mempunyai hubungan spesial. Apa kau berani mengumumkan pada semuanya bahkan media masa?" tantang Jacky.

Dia sengaja berkata seperti itu. Karena Ryu bukanlah sosok pria yang akan mengkhianati cintanya. Terlebih Jacky tahu alasan apa yang membuat Ryu bisa menjalin kasih dengan Hellena. Sedangkan dengan gadis di depannya saat ini. Dia sama sekali tidak tahu dan yakin jika mereka hanya sandiwara.

Mendengar tantangan yang di ajukan oleh Jacky. Ryu sontak terdiam. Dia sama sekali tidak bersuara, bahkan tatapan matanya berubah semakin dingin dan tajam.

"Kenapa? Takut? ... karena gadis ini, hanya wanita bayaranmu, bukan kekasihmu." Lagi dan lagi Jacky meremehkan Ryu. Dan kali ini dia dengan berani menatap tajam kedua mata gadis yang di bawa Ryu. Mengintimidasi tanpa mengasihani.

"Sopankah Anda bicara seperti itu?"

Bukan Ryu ataupun anggota keluarga yang bersuara kali ini. Melainkan gadis yang sejak tadi di rendahkan oleh kata-kata kasar Jacky. Yang tentu saja hal itu membuat semua yang ada di ruangan tersebut sontak terkejut dan menatap kearahnya. Termasuk Ryu dan kedua orang tuanya.

"Apa seperti itu cara Anda menghormati orang lain, Tuan Jacky Liando Erlangga?" ucapnya lagi. Terdengar sangat berani, untuk ukuran orang yang baru saja bergabung di keluarga sebesar dan setinggi Erlangga. Terlebih dengan entengnya dia menyebutkan nama keturuan Erlangga, tanpa rasa ragu sedikitpun.

Kedua mata Jacky melebar, dia tidak percaya akan ucapan gadis di depannya. "Wah ... apa ini? Kau kenal siapa aku?" tanya Jacky setelah beberapa saat diam.

"Tentu, Anda adalah putra pertama keluarga Liando. Pemimpin perusahaan Lian Gemilang yang kini menduduki tingkat ke 11 perusahaan sukses tahun ini." Lantang tanpa keraguan sedikitpun. Hingga membuat Jacky penasaran dengan siapa gadis di depannya itu. Menarik, itulah yang kini dia pikirkan. Terlebih sejak awal memang terlihat berkelas dan cukup cantik di banding wanita-wanita yang selama ini dia temui.

Baru kali ini, dia bertemu dengan wanita yang berani mengangkat wajahnya di depannya. Bahkan, jelas jika yang di depannya kali ini bukan wanita sembarangan.

"Menarik," gumam Jacky tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis tersebut.

Menyadari akan pandangan Jacky, Ryu segera bersuara.

"Apa jawabannya cukup untuk semua bualanmu itu?" sarkas Ryu.

Jacky kembali tersenyum. Dia mengangkat sedikit wajahnya dan mengangguk pelan. Terlihat begitu sombong dan menjengkelkan.

"Menarik. Tapi, belum cukup yakin kalau benar dia pasanganmu."

Entah sampai kapan adu argumen itu berlangsung. Widuri yang sudah hafal dengan kelakuan kedua cucunya, segera menengahi. Dia tidak mau, acara besar itu menjadi ajang saling menjatuhkan antar saudara.

"Sudah, hentikan semua!" seru Widuri. "Sampai kapan kalian akan seperti ini? Apa setiap bertemu akan terus bersiteru?" imbuhnya sembari menatap kedua cucunya bergantian.

Tidak ada lagi yang bersuara. Mereka diam namun masih dalam posisi yang sama.

Melihat hal tersebut, Widuri melenggang melewati kedua cucunya yang masih saling melempar tatapan tajam. Dia langsung menghampiri gadis yang di bawa oleh Ryu.

Dengan senyuman hangat, Widuri memeluknya dan mengusap lembut punggung sang gadis.

"Selamat datang di keluarga kami," ucap Widuri lembut setelah pelukannya terlepas.

Gadis itu membalas senyuman Widuri dengan sopan dan lembut. "Terima kasih, Oma."

Widuri mengangguk. "Ah iya. Siapa namamu?" Tanyanya lagi.

Gadis itu tidak langsung menjawab, dia justru mengalihkan pandangannya ke arah Ryu. Sedangkan Ryu yang paham arti tatapan tersebut, segera mengangguk.

"Nama saya Galuh, Oma."

Ya, dia adalah Galuh. Sekretaris Ryu di kantornya. Wanita yang cukup dekat dan sedikit tahu akan keluarga Erlangga karena sudah cukup lama bekerja di perusahaan Ryu.

Oleh karena itu, dia mengetahui tentang Jacky. Karena memang silsilah keluarga Erlangga terpampang nyata di ruangan Ryu dan hampir semua tahu jika keluarga Kaviar dan Liando sedikit berjarak, meski masih satu marga.

"Nama yang sangat cantik. Seperti pemiliknya," puji Widuri.

Galuh tersipu, dia tersenyum dan mengangguk pelan. "Terima kasih, Oma."

"Jangan banyak-banyak terima kasih, Sayang. Karena seharusnya Oma yang berterima kasih karena kamu mau datang ke sini."

Widuri dan Galuh tampak langsung akrab. Mereka berdua saling bertukar cerita ringan selama acara malam itu. Bahkan, Widuri yang biasanya hanya bicara hal-hal penting dan serius, kini terlihat lebih ceria dan banyak bicara.

Interaksi keduanya bahkan menarik semua anggota keluarga yang hadir. Mereka merasa jika sosok Galuh memang cocok dan akan menjadi cucu mantu kesayangan di keluarga Erlangga.

Bahkan, orang tua Ryu ikut mengobrol. Mereka tampak antusias dan ramah. Karena kedatangan Gakuh memang momen yang sangat di nantikan. Terlebih tampak jelas jika dia diterima baik di keluarganya.

"Xia, apa kamu sudah menyiapkan cincinnya?" tanya Widuri.

Semua seketika terdiam mendengar pertanyaan Widuri kali ini. Terlebih Ryu yang duduk di samping Galuh. Dia sontak menatap kedua manik Galuh, karena tahu apa maksud Widuri.

Xia menoleh ke samping. Menatap sang suami yang juga tengah menatapnya. Detik kemudian, anggukan kepala dari Chandra membuat jawaban Xia langsung terdengar.

"Sudah, Ma."

Widuri tersenyum lega. "Baiklah. Kalau begitu kita mulai saja acara pertunangannya."