Setelah menunggu beberapa menit lama nya akhir nya Bulan keluar dari ruang pemeriksaan dengan membawa secarik kertas berisi resep obat yang harus di tebus di klinik tersebut,Bowo dengan cepat nya langsung menghampiri Bulan di ikuti oleh rekan-rekan yang lain nya."gimana sayang,apa kata Dokter?"tanya Bowo yang terlihat sangat cemas."gak apa-apa kok Mas,saya cuma kecapekan aja,jadi harus banyak istirahat,"jawab Bulan lemah."nah iya kan,benar kan yang aku bilang,lebih baik kamu istirahat saja dulu di hotel Bulan,jangan dulu ikut ke proyek!"sahut Bu Salsa menimpali nya."baik Bu,"sahut Bulan lirih."ya sudah lebih baik sekarang kita langsung ke Mobil saja biyar saya yang bantu tebus obat nya!"ucap Mili yang meminta kertas resep yang masih di pegang oleh Bulan."terima kasih ya Mbak!"sahut Bowo."sama-sama Mas,udah cepat bawa ke Mobil!"ucap Mili yang lalu beranjak pergi menuju ke apotik yang berada di klinik itu.Sementara itu Bowo dan Bu Salsa mendampingi Bulan untuk menuju ke Mobil,se
Setelah menutup jendela dan telfon Bowo tutup lalu Mili pun kembali mendekati Bulan yang tengah berbaring dengan posisi miring membelakangi Mili."Bulan,kamu tidur ya?"tanya Mili pelan-pelan.Sebenar nya Bulan mendengar kan sapaan Mili,tapi karena dia sedang menangis maka dia memilih diam dan berpura-pura tidur."Bulan kamu beneran tidur ya?"lagi-lagi Mili bertanya,karena tetap tidak ada jawaban maka Mili pun memakaikan selimut dan menutupi sebagian tubuh Bulan.[["Ya Allah berikan lah kesembuhan untuk Bulan,kasihan sekali dia,"]]gumam Mili dalam hati seraya menatap tubuh Bulan.Karena Mili fikir Bulan benar-benar sudah tidur,maka Mili pun meninggalkan Bulan dan duduk di atas sofa sambil mengecek ponsel nya.Sementara itu Bowo dan juga yang lain nya sudah selesai mengecek proyek,dan setelah mengecek proyek mereka melanjut kan ke tempat wisata yang sering di kunjungi oleh para pelancong di setiap akhir pekan."tempat ini lumayan bagus ya Bu,jika jembatan sudah selesai maka akses jalan
Di dalam kamar nya,Bulan merasa bingung dengan lamaran Bowo,pasal nya dia berniat untuk menyatukan Bowo dengan Mili,seraya menarik nafas berat Bulan pun merebahkan tubuh nya di atas kasur,dia tatap langit-langit kamar nya yang penuh dengan hiasan bintang-bintang itu.[["Ya Allah andai saja mereka tau perasaan dan isi hatiku ini,sebenar nya aku sangat mencintai Mas Bowo,aku ingin sekali bisa menjadi pendamping hidup Mas Bowo,tapi aku tidak ingin membuat kak Mili kecewa,lalu aku harus bagaimana ya Allah?"]] gumam Bulan dalam hati seraya dia pejam kan mata nya.Namun sepertinya Bulan tidak kuat memikirkan masalah itu semua,seketika dia merasa kan sakit yang amat sangat di kepala nya,dia memijat pelipis nya dan mendesis kesakitan,tapi dia tidak ingin Bowo tau,dengan langkah sedikit tergopoh-gopoh Bulan pun keluar dari kamar nya dan turun dari tangga untuk menemui Bik Inah,sesampai nya di ujung tangga Bik Inah pun melihat nya dan sontak dia pun menghampiri Bulan."Neng,Neng Bulan kenapa?"t
Pagi itu Bowo dan Abah Jaya masih tetap berada di rumah sakit,Bulan masih terlihat belum membuka mata dan sadarkan diri,hanya saja Bik Inah datang membawakan makana untuk mereka berdua.Klunting...{Mas,gimana dengan kondisi Bulan} pesan masuk dari Mili.Mendengar notifkasi pesan itu seketika fokus Bowo pun berubah,dia buka ponsel nya dan membaca pesan dari Mili itu.{Mbak Bulan sekarang sedang di rumah sakit,semalam setelah sampai di rumah Mbak Bulan mengeluh kan sakit lagi di kepala nya,dan kami membawa nya ke rumah sakit Mbak} Bowo membalas pesan itu.{ya Allah,terus sekarang gimana Mas,apa kata Dokter?} balas Mili.{penyakit kanker Mbak Bulan sudah memasuki setadium 4 Mbak,dan semalam langsung menjalani operasi,saya minta do'a nya dari teman-teman semua ya Mbak} balas Bowo di sertai emoji menangis.{kami pasti mendo'a kan Bulan Mas,semoga Bulan cepat sehat kembali ya Mas,dan untuk Mas Bowo yang sabar ya} balas Mili di sertai emoji yang sama dengan Bowo.{Aamiin,terima kasih ya Mba
Sebenar nya Bulan ingin sekali berbicara dengan Abah nya,tapi Bulan masih belum bisa berbicara karena dia merasa masih sangat lemah,Bulan hanya bisa mengekspresikan perasaan sedih nya dengan linangan air mata saja,dia sudah tau apa yang akan terjadi pada diri nya."kamu yang kuat ya Neng!"ucap Abah yang lalu berpaling meninggalkan Bulan,melihat hal itu Bowo pun penasaran ingin tau dengan apa yang terjadi,dia pun mengikuti Abah Jaya keluar dari ruang rawat."Abah,apa saya boleh bertanya sesuatu?"Bowo pun menghadang langkah Abah Jaya yang tampak lesu itu."iklas kan Nak,jangan sampai Bulan terbebani,"jawaban Abah Jaya mebuat Bowo semakin bingung."maksud Abah apa,Bowo tidak paham Bah,"sahut Bowo yang semakin bingung saja.Tanpa menjawab apa-apa,Abah Jaya pun duduk di kursi yang berada di depan ruang tunggu kamar rawat Bulan,dan Bowo mengikuti nya."Nak Bowo,Abah minta maaf ya,kita harus menerima semua kenyataan ini,karena tadi Dokter bilang operasi nya gagal dan kemungkinan usia Bulan t
Pagi itu mentari terlihat begitu cerah nya,sinar nya menembus di sela-sela jendela yang masih tertutup horden itu,sehingga pantulan cahaya nya menembus ke dalam kamar indah milik Bulan,dengan senyum manis nya dia sambut pagi itu,perlahan dia mulai beringsut turun dari ranjang nya,dengan mukenah yang masih membalut tubuh nya,karena setelah subuh tadi Bulan berzikir dan berdo'a hingga dia tertidur kembali.Jika aktifitas ringan dia masih mampu melakukan nya sendiri,tapi jika harus berjalan jauh dia membutuh kan kursi roda,setelah dia menanggalkan mukenah nya lantas dia duduk di depan cermin,pandangan nya sangat sayu saat menatap wajah nya dalam cermin itu,karena kini tidak sehelai rambutpun yang tumbuh di kepala Bulan.Ingin menyesali semua nya tapi itu percuma saja,senyum yang manis tadi seketika pun memudar menjadi tetesan air mata,Bulan sedih dengan kondisi nya sendiri,dia seakan tak percaya jika dirinya lebih mirip seorang pria,perlahan dia usap air mata nya dengan tissu yang di amb
"Bu..,Bulan kamu,rambut kamu,ya Allah maaf kan aku Bulan,kenapa kamu bisa seperti ini?"Mili kembali memeluk erat tubuh Bulan dan masih tidak ingin percaya dengan apa yang di lihat nya."Kakak kaget ya lihat aku seperti ini,aku lebih mirip seorang pria kan kak!"tukas Bulan yang tersenyum sedih.Perlahan Mili melepaskan kembali pelukan nya,dia tatap dalam wajah Bulan yang cantik itu,meski tak sehelai rambut pun yang tumbuh di kepala Bulan,lalu perlahan Mili membelai lembut wajah Bulan."Seperti apa pun kamu,wajah mu tetap cantik Bulan,sesuai dengan nama kamu,Bulan,karena sinar rembulan tetap terlihat indah meskipun di lintasi awan,"puji Mili yang masih tetap menatap dalam wajah Bulan."Kakak jangan bohong!"bantah Bulan seraya dia tunduk kan wajah nya."Aku tidak bohong Bulan,selain cantik kamu juga baik,lembut dan Soleha,maka dari itu Mas Bowo ingin sekali menjadi pendamping kamu,karena kamu adalah wanita yang sempurna,"sahut Mili yang tetap memuji Bulan."Kakak salah,kalau aku sempurna
"kenapa harus ke Luar Negri kak?"tanya Bulan serius."iya,aku cuma ingin mencari ketenangan hidup saja,aku juga ingin mencari pengalaman yang lebih lagi,"jawab Mili penuh dengan keyakinan."tapi Mbak,apa Mbak tidak kasihan dengan Mama nya Mbak Mili,kalau Mbak kuliah di Luar Negri,lalu siapa orang yang akan menjaga beliau nanti Mbak?"pertanyaan Bowo membuat Mili bingung harus menjawab apa."iya kak,kasihan tante Nala kalau kak Mili harus jauh,di kota ini kan banyak Universitas yang bagus dan berkwalitas kak,kenapa tidak tetap di sini aja,"sahut Bulan menimpali nya."kalian benar,ok mungkin aku akan berubah fikiran dan aku akan tetap melanjut kan di kampus yang sekarang,kenapa aku jadi terlupa akan hal itu ya?"dan Mili pun justru bingung sendiri,pasal nya dia hanya ingin menghindari Bowo,dia hanya ingin menjauh dari bayang-bayang Bowo,apa lagi sekarang Bowo sudah ingin menikah,jujur dalam hati Mili sebenar nya dia merasa iri dan sakit hati,tapi semua rasa itu di tepis nya karena cerita