Pagi itu mentari terlihat begitu cerah nya,sinar nya menembus di sela-sela jendela yang masih tertutup horden itu,sehingga pantulan cahaya nya menembus ke dalam kamar indah milik Bulan,dengan senyum manis nya dia sambut pagi itu,perlahan dia mulai beringsut turun dari ranjang nya,dengan mukenah yang masih membalut tubuh nya,karena setelah subuh tadi Bulan berzikir dan berdo'a hingga dia tertidur kembali.Jika aktifitas ringan dia masih mampu melakukan nya sendiri,tapi jika harus berjalan jauh dia membutuh kan kursi roda,setelah dia menanggalkan mukenah nya lantas dia duduk di depan cermin,pandangan nya sangat sayu saat menatap wajah nya dalam cermin itu,karena kini tidak sehelai rambutpun yang tumbuh di kepala Bulan.Ingin menyesali semua nya tapi itu percuma saja,senyum yang manis tadi seketika pun memudar menjadi tetesan air mata,Bulan sedih dengan kondisi nya sendiri,dia seakan tak percaya jika dirinya lebih mirip seorang pria,perlahan dia usap air mata nya dengan tissu yang di amb
"Bu..,Bulan kamu,rambut kamu,ya Allah maaf kan aku Bulan,kenapa kamu bisa seperti ini?"Mili kembali memeluk erat tubuh Bulan dan masih tidak ingin percaya dengan apa yang di lihat nya."Kakak kaget ya lihat aku seperti ini,aku lebih mirip seorang pria kan kak!"tukas Bulan yang tersenyum sedih.Perlahan Mili melepaskan kembali pelukan nya,dia tatap dalam wajah Bulan yang cantik itu,meski tak sehelai rambut pun yang tumbuh di kepala Bulan,lalu perlahan Mili membelai lembut wajah Bulan."Seperti apa pun kamu,wajah mu tetap cantik Bulan,sesuai dengan nama kamu,Bulan,karena sinar rembulan tetap terlihat indah meskipun di lintasi awan,"puji Mili yang masih tetap menatap dalam wajah Bulan."Kakak jangan bohong!"bantah Bulan seraya dia tunduk kan wajah nya."Aku tidak bohong Bulan,selain cantik kamu juga baik,lembut dan Soleha,maka dari itu Mas Bowo ingin sekali menjadi pendamping kamu,karena kamu adalah wanita yang sempurna,"sahut Mili yang tetap memuji Bulan."Kakak salah,kalau aku sempurna
"kenapa harus ke Luar Negri kak?"tanya Bulan serius."iya,aku cuma ingin mencari ketenangan hidup saja,aku juga ingin mencari pengalaman yang lebih lagi,"jawab Mili penuh dengan keyakinan."tapi Mbak,apa Mbak tidak kasihan dengan Mama nya Mbak Mili,kalau Mbak kuliah di Luar Negri,lalu siapa orang yang akan menjaga beliau nanti Mbak?"pertanyaan Bowo membuat Mili bingung harus menjawab apa."iya kak,kasihan tante Nala kalau kak Mili harus jauh,di kota ini kan banyak Universitas yang bagus dan berkwalitas kak,kenapa tidak tetap di sini aja,"sahut Bulan menimpali nya."kalian benar,ok mungkin aku akan berubah fikiran dan aku akan tetap melanjut kan di kampus yang sekarang,kenapa aku jadi terlupa akan hal itu ya?"dan Mili pun justru bingung sendiri,pasal nya dia hanya ingin menghindari Bowo,dia hanya ingin menjauh dari bayang-bayang Bowo,apa lagi sekarang Bowo sudah ingin menikah,jujur dalam hati Mili sebenar nya dia merasa iri dan sakit hati,tapi semua rasa itu di tepis nya karena cerita
Dengan langkah pasti penuh keyakinan dan percaya diri,kini Bulan pun di dampingi Mili turun dari tangga menuju ke pelaminan,perlahan dia menuruni anak tangga satu per satu."mempelai wanita mulai memasuki singgasana,tamu di mohon berdiri!"suara pembawa acara itu menggelegar dengan merdu saat Bulan mulai menuruni anak tangga.Dan semua pasang mata telah menyaksikan kehadirannya yang bagai bidadari turun dari kayangan itu,gaun putih panjang berlapis sutra yang sangat indah melapisi tubuh Bulan,begitu juga dengan Bowo yang takjub melihat kecantikan Bulan,dia pangling,karena Bulan benar-benar sangat cantik seperti Bulan yang bersinar terang di malam hari.[["Masyaallah istriku sangat cantik sekali,terima kasih ya Allah engkau telah turunkan bidadari secantik ini untuk ku,"]] gumam Bowo dalam hati seraya tersenyum bangga dan bahagia.Semakin lama langkah Bulan pun semakin dekat dengan pelaminan,Bowo lalu menghampiri Bulan dan kini mereka berdua sudah duduk di depan penghulu dan akan menjal
Sambil menangis dan memukul-mukul kan kepalan tangan nya dengan pelan ke dinding,Bowo pun meratapi nasib pernikahan nya,dia tidak ingin kehilangan orang yang di sayangi untuk kedua kali nya."Nak Bowo sabar ya,semua ini sudah takdir Tuhan Nak!"ucap pak Kusuma seraya mengusap punggung Bowo dengan lembut."Mas harus sabar,Mas tidak boleh seperti ini,lebih baik Mas ambil air wudu dan berdo'a kepada Allah minta kelancaran operasi nya Bulan!"sahut Mili yang ikut memberi kan nasehat kepada Bowo.Mendengar nasehat-nasehat dari orang terdekat nya,lantas Bowo pun mulai menarik nafas panjang dan lalu mengusap air mata nya."Mbak Mili benar,sebaik nya saya ambil air wudu dan berdo'a untuk istriku,saya permisi!"dan Bowo pun melangkah dengan cepat menuju ke Musola yang ada di rumah sakit itu,niat Mili ingin mengikuti Bowo,namun pak Kusuma mencegah nya."jangan Nak,biyar kan Bowo sendiri!"ucap pak Kusuma yang lalu menghentikan langkah Mili."iya Nak,mungkin Bowo butuh sendiri,saya bingung jika suda
Hari telah berganti,sepekan sudah Bulan terbujur koma di rumah sakit,sejak hari itu juga Bowo belum sehari pun pulang ke rumah nya,banyak dari para sahabat termasuk Bu Salsa dan juga kedua rekan Arsitek nya itu datang ke rumah sakit untuk menjenguk Bulan,para Asisten rumah tangga mereka pun juga bergantian menjenguk ke rumah sakit."Bowo,kamu harus sabar,kami do'a kan semoga Bulan cepat sadar dari koma nya dan cepat sembuh kembali!"ucap Bu Salsa yang saat itu berada di rumah sakit."Aamiin Bu,terima kasih Ibu dan bapak semua sudah berkenan hadir untuk menjenguk istri saya!"sahut Bowo yang saat itu masih sedih,namun tidak selesu sebelum nya."sama-sama Bowo,kami ini kan rekan kerja Bulan,kami juga sudah sangat rindu dengan kebersamaan kita di proyek,"Tama menimpali nya."betul sekali Bowo,"sahut Boby yang juga membenarkan kata-kata Tama.Suport dan dukungan untuk Bowo telah rekan-rekan nya berikan,begitu juga do'a-do'a yang tiada henti dari para penjenguk,tidak hanya sahabat dan rekan
Setelah beberapa menit berlalu,akhir nya Mobil jenazah pun sampai di rumah duka,suasana haru sudah menyelimuti kedatangan jenazah Bulan,begitu juga dengan Abah Jaya yang sudah tidak bisa berkata apa-apa,di temani saudara dan juga sahabat nya pak Kusuma,beliau hanya terdiam dan terus-terusan berzikir agar diri nya kuat.Suara sirine Ambulance yang sebelum nya terdengar sangat lantang,kini suara itu telah terhenti,Abah Jaya mulai keluar dari dalam rumah nya,beliau menghampiri peti jenazah sang putri tercinta nya itu."Anak Abah,Neng cantik!"ucap Abah Jaya yang sudah bercucuran air mata.Setelah itu peti jenazah pun mulai di masuk kan kedalam rumah duka,susana haru sudah mulai terlihat,sahabat dan semua pekerja Bulan sudah menangis sedih,mereka semua meratapi kepergian sang majikan muda nya itu,sungguh hal yang tidak mereka sangka,hari bahagia Bulan berubah menjadi duka cita.makin "Nak Bowo,iklas kan Nak Bulan,agar kepergian nya tidak terbebani,Abah sudah pasrah dengan ini semua,"ucap A
Hari-hari telah Bowo lewati dan minggu pun telah berlalu begitu cepat,tidak mudah bagi Bowo untuk melupakan semua kenangan indah nya bersama Bulan,setiap hari Bowo selalu mendatangi makam istri tercinta nya,sehingga makam Bulan selalu terlihat segar dan wangi karena di taburi bunga-bunga yang harum di setiap hari nya oleh Bowo.[["sayang,Mas yakin kamu sudah bahagia di sana,beristirahat lah dengan tenang sayang,tunggu Mas di surga ya sayang,"]] gumam Bowo dalam hati seraya menaburkan bunga mawar yang telah di beri wewangian.Tak lama kemudian datang juga Abah Jaya yang di temani oleh Bik Inah,dengan langkah yang sudah mulai lemah Abah Jaya di tuntun Bik Inah menuju ke makam."Nak Bowo ada di sini juga?"sapa Abah Jaya yang bertanya dengan lirih dan lalu Bowo pun menoleh kan pandangan nya menuju sumber suara."Abah!"sapa Bowo kembali yang lalu mencium punggung tangan Abah mertua nya itu."sudah lama kamu di sini Nak Bowo?"tanya Abah Jaya."lumayan lama Bah,karena di rumah sedang tidak a