“Kamu apaan sih, kok namparnya benaran?” tanya Senja.
“CUT! Ada apaan sih? Lagi seru-serunya juga!” tanya sutradara memberengut kesal.“Kamu tampar Senja benaran, Daf?” tanya sang sutradara lagi.“Sorry, aku terlalu menghayati karakter. Lupa kalau ini cuma akting.”“Ya sudah, mulai lagi.”Disa mengangkat tangan kanannya dan melayangkannya pada Adrian. Adrian memegang tangan kanan Disa dan PLAK ... Disa menamparnya dengan tangan kiri.“WOOOIIII ...!” teriak Senja.“CUT! Kalian ini kenapa sih?” sutradara semakin kesal karena harus berhenti lagi.“Bukan salah aku. Dia tiba-tiba pegang tangan aku. Aku jadi refleks pakai tangan kiri.” Dafa membela diri, tentu saja tidak ingin disalahkan.“Kamu kenapa sih, Ja? Kan enggak ada adegan kamu menahan tangan Dafa.”“Lagian dia kayak mau nampar benaran.” Senja terlihat sangat kesal kepada perempuan yang menjadi kawan mainnya itu.“Cobalah yang benar, kalian ini!”Yes yes yes ... rasain tuh, tamparan aku. Ahayyyy!Dafa menunduk, tersenyum senang. Dia memang sengaja mengerjai Senja sebagai pembalasan karena sudah menceburkan dia berkali-kali ke dalam kolam renang.Syuting masih terus berlanjut hingga menjelang subuh. Para kru sudah terlihat sangat lelah namun tetap terlihat semangat. Canda dan tawa mengisi waktu istirahat mereka. Antara para kri dan pemain, semua berbaur tanpa rasa sungkan.“Kamu pasti sengaja, kan. Enggak usah nahan senyum gitu, deh.” Senja menatap Dafa dengan tatapan ingin menelan hidup-hidup.Ya elah, baru segitu saja sudah kesal banget. Aku saja sering kena pukul dan tendangan benaran dari semua film yang aku mainkan, tapi enggak baper tuh kayak dia. Lebay deh.🍂“Untung saja hari ini aku tidak ada jadwal syuting. Nan, tolong telepon Bude Ning, dong, suruh ke sini. Badan aku pegel-pegel bangat.” Satu jam kemudian, Bude Ning, tukang urut langganan Dafa datang. Sudah beberapa tahun dia menjadi tukang urut Dafa.“Mbak Dafa lagi syuting film baru?” tanyanya sambil mengolesi minyak di tangan artis muda itu.“Iya, Bude.”“Kok senang bangat sih main film berantam-berantem gitu?”“Hehehe ... hobi sih, dan menantang.”“Main film sama siapa?”“Mila Yusuf dan Senja Purnama.” Dafa menyebutkan nama Senja Purnama dengan malas-malasan.“Senja Purnama yang penyanyi dan model itu?" tanya bude dengan antusias.“Iya.”“Dia idolanya cucu bude, loh. Setiap hari pasti yang dinyanyikan lagu-lagunya Senja. Ganteng juha sih ya, orangnya ....” Bude terus saja bicara soal Senja, bikin Dafa jadi mengantuk.“Tapi, mbak Dafa kok mau main film sama Senja, kan gosipnya enggak akur?”“Itu mah hanya gosip saja, Bude.” Dafa hanya cengar-cengir. Padahal aslinya, Dafa dan Senja memang tidak pernah akur.“Kirain benaran. Soalnya cucu bude itu sebel bangat sama mbak Dafa.”“Kenapa?”“Iya, katanya, Senja kan baik, ganteng, orangnya enggak sombong, suaranya bagus, lagu-lagunya enak didengar, kok bisa enggak akur sama Dafa. Pasti Dafa yang bermasalah. Sombong bangat itu si Dafa. Sok cantik bangat.”WHAT?! SIALAN! Kenapa Senja yang dipuja-puja, aku yang dicela-cela? Dia enggak tahu apa, neneknya tukang urut langganan aku? Aishh...kalau bukan karena urutan neneknya yang enak, enggak bakalan lagi aku pakai jasa nih nenek.“Hehehe, bisa saja Bude.”“Terus, hari ini enggak syuting?”“Enggak. Sekarang jadwalnya Mila dan Senja.”“Oya mbak Dafa, bude minta tanda tangannya Senja ya. Buat cucu bude. Sebentar lagi dia ulang tahun.”Dih, malas banget.“Iya Bude, nanti aku minta sama Senja.”Emang dasar tuh Senja. Lewat fansnya saja dia tetap mau ngerjain aku.🍂Semakin hari Dira dan Adrian semakin dekat. Ada hubungan apa sebenarnya di antara mereka? Ini membuat Disa semakin kesal, terutama pada Adrian.“Kamu suka dengan Adrian?” tanya Disa pada Dira.“Emang enggak boleh? Dia baik kok, enak diajak ngobrol. Coba deh, kamu ngobrol sama dia.” Disa meletakkan minumannya dan meninggalkan Dira. Disa berpapasan dengan Adrian namun tidak menghiraukannya.“Tunggu! Sepertinya latihan untukmu harus lebih ditingkatkan lagi. Seharusnya kamu bisa seperti Dira. Perkembangan dia jauh lebih baik dari kamu.”“Cih! Jangan kira karena papa percaya padamu dan sekarang Dira juga menyukaimu, terus aku bakalan ikut menyukaimu. Kau itu menyebalkan, dasar penjilat!”Ekspresi Disa benar-benar terlihat alami, seolah sangat membenci Adrian. Ya, mungkin pengaruh dunia nyata, yang aslinya mereka memang tidak pernah akur. Entah apa alasannya.“Aku heran, kenapa kamu tidak menyukaiku. Bukan aku yang meminta tuan Alex untuk menjadi bodyguard kedua anak perempuannya. Kamu itu juga menyebalkan. Sombong dan kekanakan.”Ekspresi Adrian juga tidak kalah alaminya. Benar-benar membuat orang-orang yang melihat akting mereka ini berdecak kagum, ikut terbawa suasana.“Tutup mulutmu! Tahu apa kamu tentang aku.”“Tidak banyak. Tapi sejauh ini yang aku lihat adalah kamu itu tidak bisa menghargai orang. Tuan Alex menyuruhku melatih kalian agar kalian lebih bisa menjaga diri. Beliau sangat mengkhawatirkan keselamatan kalian. Tapi sayang sekali, anak bungsunya bersikap seperti ini, selalu mengeluh dan tidak mau menilai sesuatu dari segi positifnya.” Adrian pergi meninggalkan Disa begitu saja sebelum Disa sempat mengatakan apa-apa. Sedangkan Disa hanya mengepalkan tangannya erat-erat dengan raut wajah menahan emosi.Dasar cowok sialan, diucapkan oleh dia kepribadian, yaitu Disa dan Dafa.Hari berganti minggu, dan berganti bulan. Malam itu berita mengejutkan sampai di telinga Dira dan Disa. Papa mereka tiba-tiba saja masuk rumah sakit karena serangan jantung. Mereka berdua ditemani oleh Adrian menuju rumah sakit. Alvin, orang kepercayaan tuan Alex mengatakan bahwa papa mereka mengalami serangan jantung setelah mendengar berita bahwa perusahaannya dituduh telah menggelapkan dana sebesar sepuluh milyar yang saat ini tengah diselidiki oleh KPK.Tidak hanya itu, beberapa investor menarik investasi mereka, pemegang saham ada yang menjual saham mereka dengan harga yang murah, menyebabkan nilai saham semakin anjlok. Pemilik tanah yang menjual tanahnya untuk proyek selanjutnya juga menuntut pembayaran segera dilunasi sebesar lima milyar, padahal kenyataan yang sebenarnya, pembayaran tersebut sudah dilunasi tiga bulan yang lalu. Ditambah lagi tanah yang baru-baru ini dibeli dan sudah dilunasi ternyata bermasalah. Dira dan Disa tidak habis pikir, bagaimana bisa masalah ini datang sekaligus. Selama ini mereka tahu, papa mereka bekerja dengan sangat hati-hati, bagaimana bisa jadi seperti ini?“Pasti ada pengkhianat!” Disa mengatakannya dengan penuh emosi.“ Betul. Licik sekali mereka, menyerang papa dengan bertubi-tubi seperti ini.”“Alvin, apa kami bisa mempercayaimu?”“Tentu saja nona Disa. Aku akan mendedikasikan hidupku untuk keluarga tuan Alex dan perusahaan.”“Baiklah kalau begitu, selidiki direktur keuangan dan tuan Juan. Perintahkan pada Peter untuk memeriksa aliran dana mereka dan semua anggota keluarga mereka. Siapa saja orang-orang yang akhir-akhir ini mereka temui. Selidiki juga orang-orang yang terlibat dalam pembelian tanah bermasalah itu. Oya, juga perusahaan XM DnC.”“Baik, Nona Disa.”“Apa rencanamu?” tanya Dira.“Menurutmu apa lagi? Aku melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Kau juga jangan lupa dengan tugasmu, jangan hanya sibuk dengan bodyguard kesayanganmu itu.”“Kau ini, jangan terlalu sinis seperti itu.”“Nona, kalian berdua juga sebaiknya berhati-hati. Inilah yang tuan Alex khawatirkan, beliau juga berpesan pada saya untuk mengingatkan kalian, jika saat seperti ini terjadi, kalian harus lebih waspada dengan orang-orang di sekitar kalian, jangan percaya dengan siapa pun.”“Benar sekali. Jangan percaya pada siapa pun, termasuk dirimu,” kata-kata Disa tajam dan menusuk.Dira dan Disa menunggui papa mereka di rumah sakit. Ruang VVIP itu dijaga ketat oleh lima orang anak buah Adrian. Dira dan Disa selalu mendapatkan laporan rutin dari Alvin, dan besok Dira, Disa dan Adrian akan keluar kota, ke tempat tanah sengketa yang dibeli oleh perusahaan papa mereka.Dira dan Disa terlihat sangat sedih saat memandangi wajah papa mereka yang pucat. Pria beruban namun masih terlihat gagah tersebut masih belum sadarkan diri hingga saat ini. Adrian memandangi wajah pria tua yang terbaring lemah tersebut. Saya berjanji akan melindungi kedua putri Anda, Tuan. Dira dan Disa belum pernah terlihat sesedih ini. Mereka berdua dibesarkan oleh ayah mereka tanpa kasih sayang seorang ibu, yang lebih dulu pergi meninggalkan mereka karena penyakit gagal ginjal.Saat itu Dira masih berumur tujuh tahun, sedangkan Disa berumur empat tahun. Karena keterbatasan ekonomi, papa mereka tidak dapat memberikan pengobatan terbaik. Saat itu papa mereka hanya buruh harian di proyek perumahan. S
Syuting masih terus berlanjut hingga beberapa hari ke depan. Dira, Disa dan papa mereka berpelukan penuh haru dan senang.“CUT!” sorak-sorai bergemuruh, menandakan syuting telah selesai dan film ini akan segera tayang di bioskop-bioskop setelah proses finishing selesai.“Setelah ini kita pesta." Bang Doni terlihat senang. Tentu saja, syuting hari ini berjalan lancar. Tanpa ada gangguan dari Dafa dan si rese Senja. Sepertinya Dafa dan Senja ingin benar-benar hari terakhir syuting ini tidak ingin membuat bang Doni murka tujuh turunan. Bagaimana tidak, ada-ada saja kesalahan yang mereka buat. Sepertinya Dafa ketularan Senja, yang melakukannya dengan sengaja. Seperti Dafa yang menginjak kaki Senja. Senja yang sengaja membuat Dafa kejedot tembok. Dafa yang sengaja membuat tangan Senja kejepit pintu. Senja dengan sengaja menyenggol Dafa dan membuatnya jatuh.Aiihh, berbahaya sekali kesengajaan yang mereka lakukan di lokasi syuting.Bodo ah, yang penting hati senang dan puas, hahaha, batin
Mereka melakukan promo di beberapa kota di Indonesia. Juga beberapa negara lain. Dafa juga mengajak bude Ning untuk mengurutnya di hotel, untuk menghilangkan rasa pegal-pegal. Kalau harus menunggu kembali ke Jakarta, rasanya badannya akan sekaku kayu dan sekeras batu. Gak sanggup rasanya.Bayangkan saya bagaimana senangnya Bude Ning saat artis papan atas itu mengajaknya keliling Indonesia, bahkan ke luar negeri juga, tanpa dia mengeluarkan biaya sedikit pun.Mila dan beberapa artis lainnya juga meminta jasanya. Laris manis nih, si bude.Kenapa tidak ke salon perawatan? Ya karena tidak ada waktu, pergi dari satu kota ke kota lain. Dari satu negara ke negara lain. Tidak apa, yang penting Dafa semakin terkenal. Ya kan? Mereka menyempatkan diri berfoto di bandara. Tentu saja Senja selalu berada di tengah antara Dafa dan Mila. Dafa terus mengembangkan senyum indah nan menawan, meskipun bibirnya sudah sangat pegal. Daya tarik gadis cantik seperti dia harus selalu terpancar.Rony sering bil
Sementara tawaran main film lagi belum ada, Dafa sibuk menciptakan lagu-lagu baru. Gadis itu memainkan gitar, tapi sia-sia saja. Tidak ada satupun inspirasi yang dia dapat. Akhirnya Dafa memutuskan untuk berjalan-jalan di mall.Orang-orang melihat Dafa dan mengambil foto dirinya dengan kamera ponsel mereka.“Kak Dafa, boleh minta tanda tangan dan foto bareng enggak?” tanya seorang remaja perempuan.“Boleh, dong.” Dafa tersenyum pada gadis remaja yang masih menggunakan seragam sekolah itu. Beberapa orang lainnya ikut-ikutan minta foto bareng dan tanda tangan.Ya ampun, niatnya mau mencari inspirasi malah jadi sibuk foto-foto dan tanda tangan.“Sudah dulu, ya.” Dafa buru-buru pergi, tapi beberapa orang malah mengikuti. Dafa berjalan lebih cepat, tahu begini tadi dia diam saja di rumah.“Maaf,” kata Dafa, karena tidak sengaja menabrak salah seorang yang berdiri berkerumun.“Loh, ini ada Dafa.”Dafa langsung berjalan lagi. Suara-suara di belakang dia bertambah heboh. Dafa bersembunyi di b
Masih banyak lagi pertanyaan serupa. Capek Dafa membacanya satu-satu. Terutama di grup, mereka malah ngomongin Dafa di sana.Woi, enggak sadar apa, kalau orang yang kalian omongin itu, anggota di grup itu? Susah dah, apalagi kalau salah satu anggotanya pembawa acara gosip. Awas aja ya, omongan di grup, malah di omongin di depan kamera infotainment!Dafa hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia langsung mengirim chat pribadi kepada temannya yang membawa acara gosip di salah satu stasiun televisi.[Awas, jangan digosipin aku!][Kalau ingat. Lagian kan aku hanya membacakan berita, harus ikut apa kata atas. Jadi itu deritamu, wkwkwk,] balas temannya.Dasar!🍂Hari ini, Dafa menjadi bintang tamu di sebuah acara live. Sebenarnya malas sih, paling yang ditanya masalah pribadi. Tapi apa boleh buat, biar tetap eksis. Apalagi punya manager seperti Roni, enggak bisa apa milih-milih tawaran pekerjaan? Seolah Dafa ini artis yang baru meniti karir, apaan aja diembat biar cepat tenar!“Dafa, katanya
Dafa bengong. Lebih tepatnya syok.“Mukanya jangan galak gitu, ini siaran langsung. Enggak bisa diedit-edit.” Senja membisikkan itu di telinga Dafa. Dia memberikan Dafa bunga itu, dengan senyum yang sok menawan.Orang-orang semakin histeris. Dafa langsung tersenyum, seolah sangat bahagia. Padahal mah jangan ditanya deh, keselnya luar biasa.“Makasih, bunganya bagus bangat.” Ngapain Senja di sini? Rony enggak bilang kalau Senja juga bakalan datang.“Cieee, yang grogi,” celetuk Ayung.“Putri, maaf ya aku datang terlambat, jangan marah lagi.”“Iya.” Senja mengusap-usap rambut Dafa dari belakang, satu helai rambut Dafa fitarik sama dia hingga kecabut.Kamvreett, sialan kau Senja!“Udah Daf, baikan lah sama Senja,” ucap Yoyo seolah memohon.Kenapa jafi Dafa dan Senja? Kan ceritanya putri sama pangeran. Gimana sih? Plin plan nih, acara. Senja memeluk Dafa sesaat.Eh eh ehhhh, apa-apaan ini. Tidak ada di script kalau ada adegan peluk-pelukkan.Penonton lagi-lagi dibuat heboh. Dafa merangkul
Seharusnya Rony, sang manager yang juga belum laku itu, tidak hanya menyodorkan tawaran pekerjaan, tapi juga laki-laki yang sepadan denganku.Ah, pikiran Dafa jadi melantur ke mana-mana, kan. Tapi untung saja dia juga belum laku, tidak adil rasanya kalau dia bisa mendapat perhatian dari pacarnya, sedangkan Dafa? Merana sendiri. Tentu saja itu tidak boleh terjadi. Kembali lagi ke masalah film di Thailand, judulnya ‘THE SECRET’. Dafa akan beradu akting dengan aktor pendatang baru. Menurut Rony, orangnya ganteng.Tetapi selera Rony juga harus dipertanyakan soal mana yang bisa dibilang ganteng, mana yang enggak. Contohnya saja—bagi Rony—Senja itu ganteng.Ck, ganteng dari mana, coba? Jangan-jangan dia fans sejati Senja? Dasar pengkhianat, batin Dafa yang kesal sendiri dengan pikirannya. “Daf, ada pengusaha yang minta kamu menemani dia, satu malam.” Tentu saja yang berbicara itu, Rony.Mendengar itu, Dafa merasa ada yang aneh. perka
Hari ini Dafa, Rony dan asistennya kembali ke Jakarta. Saat di Jakarta nanti, tentu saja tidak ada waktu bagi Dafa untuk beristirahat. Dia akan melakukan pemotretan untuk salah satu produk makanan.Lelah rasanya, tapi Rony—manager matre—itu selalu mengingatkan Dafa agar saldo rekeningnya semakin bertambah. Dafa memiliki keinginan untuk mendirikan rumah produksi sendiri. Jadi saat sudah tua dan tidak bisa lagi bermain film, dia masih punya sarang duit yang lain.Mereka tiba di Bandara. Dafa memakai masker dan kaca mata hitamnya agar orang-orang tidak ada yang mengenalinya. Dia lagi malas untuk berfoto-foto dan memberikan tanda tangan, juga beramah tamah. Sopir sudah menunggu kedatangan mereka, dan langsung membantu membawa dua koper Dafa. Setelah ada di dalam mobil, Dafa melepaskan kaca mata hitamnya dan masker."Kita makan dulu, lapar banget aku.""Mau makan apa?""Ikan bakar."Satu setengah jam kemudian mereka tiba di
Dafa pergi ke Thailand subuh ini. Dua hari lagi dia akan memulai syuting pertamanya. Ini adalah film pertamanya yang perdana sebagai hantu.Bayangkan saja, hantu!Rony terus saja meyakinkan dirinya kalau ini akan menjadi dobrakan baru dalam karirnya."Awas saja ya, kalau si Japur itu malah menertawakan aku.""Dia tidak akan menertawakan kamu, selama akting kamu bagus dan sangat memuaskan.""Akting aku memang selalu bagus dan memuaskan, tapi kamu tahu sendiri lah, bagaimana si Japur itu, gak jelas. Dia selalu saja mencari celah untuk menjatuhkan aku.""Aku yakin, kali ini dia akan kagum dan terpesona padamu.""Kagum dan terpesona pada seorang hantu?"Rony menutup mulutnya rapat-rapat. Bicara dengan Dafa, apalagi yang menyangkut Senja, akan selalu salah di mata gadis itu.Mereka akhirnya tiba juga di negara tujuan. Sudah ada supir yang menunggu kedatangan mereka. Barang-barang yang dibawa oleh Dafa cukup banyak.Mereka diantar ke apartemen yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama
Hari ini Dafa, Rony dan asistennya kembali ke Jakarta. Saat di Jakarta nanti, tentu saja tidak ada waktu bagi Dafa untuk beristirahat. Dia akan melakukan pemotretan untuk salah satu produk makanan.Lelah rasanya, tapi Rony—manager matre—itu selalu mengingatkan Dafa agar saldo rekeningnya semakin bertambah. Dafa memiliki keinginan untuk mendirikan rumah produksi sendiri. Jadi saat sudah tua dan tidak bisa lagi bermain film, dia masih punya sarang duit yang lain.Mereka tiba di Bandara. Dafa memakai masker dan kaca mata hitamnya agar orang-orang tidak ada yang mengenalinya. Dia lagi malas untuk berfoto-foto dan memberikan tanda tangan, juga beramah tamah. Sopir sudah menunggu kedatangan mereka, dan langsung membantu membawa dua koper Dafa. Setelah ada di dalam mobil, Dafa melepaskan kaca mata hitamnya dan masker."Kita makan dulu, lapar banget aku.""Mau makan apa?""Ikan bakar."Satu setengah jam kemudian mereka tiba di
Seharusnya Rony, sang manager yang juga belum laku itu, tidak hanya menyodorkan tawaran pekerjaan, tapi juga laki-laki yang sepadan denganku.Ah, pikiran Dafa jadi melantur ke mana-mana, kan. Tapi untung saja dia juga belum laku, tidak adil rasanya kalau dia bisa mendapat perhatian dari pacarnya, sedangkan Dafa? Merana sendiri. Tentu saja itu tidak boleh terjadi. Kembali lagi ke masalah film di Thailand, judulnya ‘THE SECRET’. Dafa akan beradu akting dengan aktor pendatang baru. Menurut Rony, orangnya ganteng.Tetapi selera Rony juga harus dipertanyakan soal mana yang bisa dibilang ganteng, mana yang enggak. Contohnya saja—bagi Rony—Senja itu ganteng.Ck, ganteng dari mana, coba? Jangan-jangan dia fans sejati Senja? Dasar pengkhianat, batin Dafa yang kesal sendiri dengan pikirannya. “Daf, ada pengusaha yang minta kamu menemani dia, satu malam.” Tentu saja yang berbicara itu, Rony.Mendengar itu, Dafa merasa ada yang aneh. perka
Dafa bengong. Lebih tepatnya syok.“Mukanya jangan galak gitu, ini siaran langsung. Enggak bisa diedit-edit.” Senja membisikkan itu di telinga Dafa. Dia memberikan Dafa bunga itu, dengan senyum yang sok menawan.Orang-orang semakin histeris. Dafa langsung tersenyum, seolah sangat bahagia. Padahal mah jangan ditanya deh, keselnya luar biasa.“Makasih, bunganya bagus bangat.” Ngapain Senja di sini? Rony enggak bilang kalau Senja juga bakalan datang.“Cieee, yang grogi,” celetuk Ayung.“Putri, maaf ya aku datang terlambat, jangan marah lagi.”“Iya.” Senja mengusap-usap rambut Dafa dari belakang, satu helai rambut Dafa fitarik sama dia hingga kecabut.Kamvreett, sialan kau Senja!“Udah Daf, baikan lah sama Senja,” ucap Yoyo seolah memohon.Kenapa jafi Dafa dan Senja? Kan ceritanya putri sama pangeran. Gimana sih? Plin plan nih, acara. Senja memeluk Dafa sesaat.Eh eh ehhhh, apa-apaan ini. Tidak ada di script kalau ada adegan peluk-pelukkan.Penonton lagi-lagi dibuat heboh. Dafa merangkul
Masih banyak lagi pertanyaan serupa. Capek Dafa membacanya satu-satu. Terutama di grup, mereka malah ngomongin Dafa di sana.Woi, enggak sadar apa, kalau orang yang kalian omongin itu, anggota di grup itu? Susah dah, apalagi kalau salah satu anggotanya pembawa acara gosip. Awas aja ya, omongan di grup, malah di omongin di depan kamera infotainment!Dafa hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia langsung mengirim chat pribadi kepada temannya yang membawa acara gosip di salah satu stasiun televisi.[Awas, jangan digosipin aku!][Kalau ingat. Lagian kan aku hanya membacakan berita, harus ikut apa kata atas. Jadi itu deritamu, wkwkwk,] balas temannya.Dasar!🍂Hari ini, Dafa menjadi bintang tamu di sebuah acara live. Sebenarnya malas sih, paling yang ditanya masalah pribadi. Tapi apa boleh buat, biar tetap eksis. Apalagi punya manager seperti Roni, enggak bisa apa milih-milih tawaran pekerjaan? Seolah Dafa ini artis yang baru meniti karir, apaan aja diembat biar cepat tenar!“Dafa, katanya
Sementara tawaran main film lagi belum ada, Dafa sibuk menciptakan lagu-lagu baru. Gadis itu memainkan gitar, tapi sia-sia saja. Tidak ada satupun inspirasi yang dia dapat. Akhirnya Dafa memutuskan untuk berjalan-jalan di mall.Orang-orang melihat Dafa dan mengambil foto dirinya dengan kamera ponsel mereka.“Kak Dafa, boleh minta tanda tangan dan foto bareng enggak?” tanya seorang remaja perempuan.“Boleh, dong.” Dafa tersenyum pada gadis remaja yang masih menggunakan seragam sekolah itu. Beberapa orang lainnya ikut-ikutan minta foto bareng dan tanda tangan.Ya ampun, niatnya mau mencari inspirasi malah jadi sibuk foto-foto dan tanda tangan.“Sudah dulu, ya.” Dafa buru-buru pergi, tapi beberapa orang malah mengikuti. Dafa berjalan lebih cepat, tahu begini tadi dia diam saja di rumah.“Maaf,” kata Dafa, karena tidak sengaja menabrak salah seorang yang berdiri berkerumun.“Loh, ini ada Dafa.”Dafa langsung berjalan lagi. Suara-suara di belakang dia bertambah heboh. Dafa bersembunyi di b
Mereka melakukan promo di beberapa kota di Indonesia. Juga beberapa negara lain. Dafa juga mengajak bude Ning untuk mengurutnya di hotel, untuk menghilangkan rasa pegal-pegal. Kalau harus menunggu kembali ke Jakarta, rasanya badannya akan sekaku kayu dan sekeras batu. Gak sanggup rasanya.Bayangkan saya bagaimana senangnya Bude Ning saat artis papan atas itu mengajaknya keliling Indonesia, bahkan ke luar negeri juga, tanpa dia mengeluarkan biaya sedikit pun.Mila dan beberapa artis lainnya juga meminta jasanya. Laris manis nih, si bude.Kenapa tidak ke salon perawatan? Ya karena tidak ada waktu, pergi dari satu kota ke kota lain. Dari satu negara ke negara lain. Tidak apa, yang penting Dafa semakin terkenal. Ya kan? Mereka menyempatkan diri berfoto di bandara. Tentu saja Senja selalu berada di tengah antara Dafa dan Mila. Dafa terus mengembangkan senyum indah nan menawan, meskipun bibirnya sudah sangat pegal. Daya tarik gadis cantik seperti dia harus selalu terpancar.Rony sering bil
Syuting masih terus berlanjut hingga beberapa hari ke depan. Dira, Disa dan papa mereka berpelukan penuh haru dan senang.“CUT!” sorak-sorai bergemuruh, menandakan syuting telah selesai dan film ini akan segera tayang di bioskop-bioskop setelah proses finishing selesai.“Setelah ini kita pesta." Bang Doni terlihat senang. Tentu saja, syuting hari ini berjalan lancar. Tanpa ada gangguan dari Dafa dan si rese Senja. Sepertinya Dafa dan Senja ingin benar-benar hari terakhir syuting ini tidak ingin membuat bang Doni murka tujuh turunan. Bagaimana tidak, ada-ada saja kesalahan yang mereka buat. Sepertinya Dafa ketularan Senja, yang melakukannya dengan sengaja. Seperti Dafa yang menginjak kaki Senja. Senja yang sengaja membuat Dafa kejedot tembok. Dafa yang sengaja membuat tangan Senja kejepit pintu. Senja dengan sengaja menyenggol Dafa dan membuatnya jatuh.Aiihh, berbahaya sekali kesengajaan yang mereka lakukan di lokasi syuting.Bodo ah, yang penting hati senang dan puas, hahaha, batin
Dira dan Disa menunggui papa mereka di rumah sakit. Ruang VVIP itu dijaga ketat oleh lima orang anak buah Adrian. Dira dan Disa selalu mendapatkan laporan rutin dari Alvin, dan besok Dira, Disa dan Adrian akan keluar kota, ke tempat tanah sengketa yang dibeli oleh perusahaan papa mereka.Dira dan Disa terlihat sangat sedih saat memandangi wajah papa mereka yang pucat. Pria beruban namun masih terlihat gagah tersebut masih belum sadarkan diri hingga saat ini. Adrian memandangi wajah pria tua yang terbaring lemah tersebut. Saya berjanji akan melindungi kedua putri Anda, Tuan. Dira dan Disa belum pernah terlihat sesedih ini. Mereka berdua dibesarkan oleh ayah mereka tanpa kasih sayang seorang ibu, yang lebih dulu pergi meninggalkan mereka karena penyakit gagal ginjal.Saat itu Dira masih berumur tujuh tahun, sedangkan Disa berumur empat tahun. Karena keterbatasan ekonomi, papa mereka tidak dapat memberikan pengobatan terbaik. Saat itu papa mereka hanya buruh harian di proyek perumahan. S